Guntur sang Penakluk

By Lucy Sunday, September 1, 2019
Perkenalkan aku, namaku Guntur umurku 34 tahun dengan tinggi badan 172 cm dan berat badan 65 kg. Wajahku tidak begitu ganteng, dan kulitku kecoklatan tapi lumayan terurus. Aku kini bekerja sebagai Manager di salah satu perusahaan di Kalimantan.

Kejadian ini terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berusia 24 tahun. Saat itu aku bekerja sebagai Asisten kebun di sebuah perkebunan karet dan membawahi 60 orang karyawan. Sebagian besar karyawanku adalah pendatang dari Jawa, baik dari Jabar, Jateng maupun Jatim. Dari 60 orang tersebut 40 orang adalah perempuan. Dan bawahanku yang disebut mandor ada 5 orang dimana salah satunya adalah perempuan.

Sebagai Asisten kebun, aku harus tinggal di lokasi kerja dimana dibuatkan sebuah rumah semi permanen untukku sedangkan karyawan serta mandorku tinggal di perumahan panjang berpintu 5. Jarak antara tempat karyawanku dengan rumah dinasku sekitar 100 meter dan terdapat kantor serta embung air diantaranya.

Mandor perempuanku bernama Lianah, dia adalah seorang janda berumur 26 tahun, mempunyai anak satu berumur 3 tahun dan mereka tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Sejak aku datang 6 bulan yang lalu dia merupakan mandor sekaligus induk semangku karena aku ikut makan di tempat dia sebab perusahaan tidak menyediakan makan karyawannya.

Lianah berasal dari Jawa Timur, dia merupakan anak transmigran daerah setempat yang berjarak 20 km dari perkebunan, dia merupakan wanita yang mandiri, wajahnya sebenarnya manis tapi tertutupi oleh bedak dingin dan pakaian lengan panjang yang dipakainya setiap kerja. Bila dirumah dia terlihat cantik dan kulitnya sawo matang dengan rambutnya yang lurus dan panjang disertai bodinya yang tinggi langsing sekitar 165 cm dengan berat sekitar 50 kg, tidak memperlihatkan bahwa dia adalah perempuan desa yang sudah mempunyai anak. Rambutnya hitam dan lurus sebahu, payudaranya besar membusung dan pantatnya agak besar namun bulat.

Kata karyawannya dia juga agak galak dan sering marah-marah bila karyawannya salah dalam mengerjakan pekerjaannya. Tapi saat aku ke rumahnya, dia merupakan wanita yang manis dan lemah lembut.

Suatu ketika sehabis gajian aku pergi ke kota kabupaten yang berjarak sekitar 40 km dari tempatku bekerja untuk membeli keperluan bulanan dan beberapa potong baju mengendarai motor yang merupakan fasilitas dari perusahaan. Setelah lelah berputar-putar, aku makan di sebuah warung makan. Saat aku makan, datanglah Lianah dan anaknya untuk makan dan langsung aku sapa untuk duduk di depanku. Saat itu dia membawa tas belanja besar dan berisi sayuran, ikan, ayam dll. Sambil makan akupun bertanya padanya

“Belanjaannya banyak betul, mau ada acara kah?” Tanyaku

“Nggak pak, hanya kebutuhan untuk 2 minggu biar tidak bolak balik ke pasar. Bapak belanja juga ?” tanyanya

“Iya nih, biasa belanja bulanan juga ama baju, soalnya beberapa bajuku udah perlu diganti dan ada yang robek. Oya pulang naik apa ? “ tanyaku sambil melahap ikan bakar dan teh es.

“Pulang naik angkutan pak, tapi sudah jam segini takutnya sudah nggak ada lagi, makanya makanannya dibungkus saja” jawabnya polos.

Maklum, di sini tidak seperti di Jawa, angkutan pedesaan paling hanya sampai jam 15.00 itupun hanya ada 4 unit mobil saja dan menunggu penumpang sampai penuh dahulu baru kemudian berangkat.

“Ibu…cika lapar, makan dulu yah kaya pak Gun” ujar Cika, anak Lianah

“Aduh, jangan sayang, nanti kita kehabisan mobil dan tidak bisa pulang” jawab Lianah pada anaknya

“Lia, mending makan dulu saja, nanti pulang bareng saya aja naik motor, kan lebih fleksibel” kataku pada Lianah karena kasihan pada anaknya

“Enggak pak, takut merepotkan bapak” Jawabnya

“Nggak papa kok, lagipula aku sendirian, dan butuh teman ngobrol selama perjalanan” Jawabku

Akhirnya Lia dan anaknya makan di warung makan itu. Cika terlihat makan dengan lahapnya seperti sudah kelaparan.

Setelah selesai makan, aku bayar semua makanan yang kami makan, lalu aku ajak mereka untuk membeli beberapa barang yang belum kubeli. Lia juga membeli kebutuhannya yang belum terbeli. Ketika di toko pakaian, aku bermaksud membeli celana dalam dan Lia terlihat memilih BH. Setelah membayar barang yang aku beli, aku hampiri Lia yang sepertinya bingung memilih BH.

“Ukuran yang 36 B ada mbak?” tanyanya kepada penjaga toko

“Gede juga punyamu” kataku

“Hehehe…Bapak tau aja, punya pacar Bapak gede juga kan?” tanyanya sambil tersenyum

“Aku belum punya pacar kok, baru 1 tahun lulus kuliah, belum mikir masalah itu” jawabku

“Belum punya disini ya, tapi di Jawa sudah ada yang nunggu” katanya sambil menggoda

“Yah….dibilangin jujur malah tidak percaya. Kalo kamu gimana? Dah ada yang ngelamar belum?” tanyaku untuk menggoda dia.

“Belum ada pak, mana ada yang mau sama saya. Saya kan janda, lagipula semua karyawan laki laki kan sudah punya istri semua” jawabnya spontan

“Memang belum kalo di kebun, tapi di luar kebun udah ada yang nunggu. Juragan lagi” jawabku sambil menggoda lagi

“Iya bener pak, sumpah” jawabnya

“Asyik…bisa dong…..” tanyaku

“Bisa apa pak?” tanyanya

“Bisa deketin kamu dong” jawabku spontan

“He..he..he….” jawabnya sambil mengeluarkan uang untuk membayar BH tersebut

Dari raut mukanya, dia tersipu malu dan pipinya memerah. Aku tahu bahwa dia pasti merindukan kehangatan laki-laki, apalagi sudah 2 tahun menjanda. Setelah itu kamipun bergegas untuk pulang karena mendung sudah menggantung di langit dan kami takut kehujanan karena bila hujan, jalan di kebun menjadi licin walaupun kearah tempatku banyak yang sudah diberi batu.

Setelah menempuh ½ perjalanan, gerimis pun datang dan tak lama kemudian bertambah deras. Sehingga aku harus mencari lokasi berteduh. Untungnya ada sebuah pondok dibalik rimbunnya pepohonan pinggir jalan. Akupun menuju pondok itu dan rupanya sebuah rumah bekas transmigran. Pondok itu sudah kelihatan kotor dan jarak dari jalan raya sekitar 20 meter serta tertutup beberapa pohon buah didepannya.

Setelah mengangkat cika ke teras rumah tersebut, aku membantu Lia untuk membawa belanjaannya ke teras. Untung teras rumah tersebut mempunyai bangku yang lebar sehingga enak untuk nongkrong dan tiduran. Saat itu jam 16.30 tapi kelihatan gelap karena hujan deras dan mendung. Tak lama setelah kami duduk dan ngobrol, cika pun tertidur pulas diatas jaketku.

“Enak bener si Cika yach, dimanapun bisa tidur” kataku pelan

“Iya pak, dia gampang tidurnya, kadang kadang jam 8 malam sudah tidur” jawabnya

“Kalo ibunya gampang ngga tidur?” tanyaku

“Kalo saya 2 bulan ini agak susah tidur pak, nggak tau kenapa” jawabnya

“Kalo itu butuhnya ditiduri dulu baru bisa pulas tidur. Ha..ha…ha” tawaku

“Ah, bapak ini bisa aja, tapi sama siapa” jawabnya pelan

Sambil merapatkan posisi dudukku ke badannya akupun memeluk pinggang Lia. Dia tidak menolak dan malah merapatkan dadanya ke bahuku. Aku pun langsung bereaksi, dan kukecup bibir lia, dia juga membalas kecupanku. Tak lama kemudian, bibir kami sudah beradu dan lidah lami saling melilit. Tanganku pun menjamah payudaranya yang kenyal dan kemudian menelusupkan tanganku di dalam bajunya. Diapun membalas dengan memegang kemaluanku yang sudah tegak seperti monas tapi masih tertutup oleh celana jeans.

Lama lama gairah kami memuncak dan aku lihat bahwa pintu rumah tersebut tidak terkunci rapat dan bisa aku buka. Aku tarik Lia ke dalam rumah dan di dalam rumah aku lihat ada karpet plastik kecil tergulung. Langsung aku buka karpet itu dan kemudian aku kembali mencium bibir Lia. Setelah itu, aku buka baju dan BH yang dia pakai. Dia pun tak kalah sigap, tangannya membuka celanaku dengan cepat.

Sambil berdiri, aku hisap payudara Lia dan tanganku membuka celana jeansnya. Terlihat celana dalam warna krem berenda yang kelihatan tidak muat dipinggangnya. Tubuh Lia terlihat ramping dengan sedikit lemak di pinggang dan perutnya.

Setelah itu tanganku mencari celah pangkal pahanya ternyata sudah basah sekali celana dalamnya. Tangan Lia membuka celana dalamku dan “jreenggg” terpampanglah adik kecilku yang berukuran 16 cm dengan diameter 3,5 cm sudah tegak dan siap melaksanakan tugasnya. Lia kemudian mengocok lembut penisku. Tak kusangka, walaupun seorang mandor yang kerja di kebun karet tangannya halus dan lembut.

“Akhh…enak Lia” kataku

“Punya bapak besar dan panjang, keras lagi, beda jauh dengan mantan saya, apa cukup di memek saya pak” katanya

“Nanti kita akan tahu Lia…” jawabku

Aku kemudian tak kalah garangnya, kulepas celana dalamnya dan kucari celah kemaluannya. Jembutnya agak tebal tapi hal itu memberikan sensasi tersendiri bagiku.

Setelah itu aku gosok kemaluanya dan kucari clitorisnya. Walaupun aku belum pernah bercumbu dengan perempuan termasuk mantan pacarku, tapi film blue yang sering aku tontonlah yang menjadi guruku. Setelah aku gosok clitorisnya perlahan dia terlihat sangat horny dan terangsang.
Kemudian aku baringkan dia di karpet tersebut dan aku sedot lagi payudaranya sambil tanganku mengosok lembut clitorisnya.

“Aduh pak….enak banget pak….” Kata Lia

Kemudian cumbuanku menuju pusar, perut dan akhirnya kemaluannya. Waktu bibirku akan menuju ke kemaluannya, secara reflek dia menutup dengan tangannya. Tapi aku tidak kalah kuat, segera aku singkirkan tangannya.

“Jangan pak…..disitu kan kotor….” Kata Lia sambil menahan birahinya

Tapi tak kuperdulikan omongannya dan segera ku kecup kemaluannya dan kujilat liang memeknya. Kemudian Lia pun takluk dan membiarkan aku mejilati kemaluannya. Pertama kali kujilat rasanya asin dan baunya agak menusuk tapi aku acuhkan agar Lia mendapat sensasi yang hebat.

“Oohh.. nikmaatt.. truss..”, dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitik daging kecil di atas lobang vaginanya.

“Oohh.. sshh.. ooohhh.. truss pak…enakkk” desahnya

Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tak bisa bernapas. Aku mencium aroma khas vagina dan lidahku terus menjilati klitorisnya.

“Slurp…slurp…slurp” bunyi saat lidahku menjilat memeknya dengan rakus

“Ohh.. Ssshh.. Ukhh”, dia terus mendesah.

“Pak….. ahh….enakk.... ukh….aku mo keluar…..” desahnya

“Ahh..”, terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.

“Aukhh....pakkk......”, tiba-tiba badannya menegang hebat.

Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin basah oleh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu orgasme yang dihasilkan akibat perlakuan lidahku pada clitorisnya.

“Pak, nikmat sekali….Bapak hebat sekali…..dengan suami saya dulu tidak pernah seperti ini”, katanya sambil napasnya terengah-engah. Kemudian aku menarik kepalanya kearah penisku dan Lia bertanya “ mau ngapain lagi pak?”

“Isep kontolku Lia” jawabku

Liapun mengerti maksudku dan kemudian dia memasukkan kontolku yang sudah keras seperti batu ke mulutnya yang mungil, sambil memainkan biji pelerku. Tapi dia belum tahu cara untuk memuaskan penisku dengan mulutnya.

“Punya bapak keras dan panjang, Lia jadi tak sabar pingin nyoba” kata Lia

“Sebentar sayang, nanti kamu juga akan dapat” jawabku sambil menahan agar spermaku jangan keluar

Setelah 10 menit dioral oleh Lia, aku sudah tak sabar, maka aku posisikan Lia dibawah dan segera menaiki badannya. Lia pun tau dan dia segera membuka pahanya lebar-lebar untuk kedatangan adik kecilku yang sudah sangat tegang.

Beberapa kali aku coba memasukkan penisku tapi seperti tidak mendapatkan lobang memeknya. Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku digenggam oleh tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam suatu lubang hangat sempit dan basah oleh cairan pelumas. Ahh… baru pertama kali ini aku merasakan nikmatnya vagina. Meskipun Lia bukan perawan tapi yang kurasakan vaginanya sangat sempit, mungkin karena 2 tahun tidak begituan.

"Akhh......paakkkk........." rintih Lia seperti kesakitan

Dengan perlahan aku membenamkan kemaluanku ke dalam vaginanya sehingga seluruh kemaluanku habis ditelan oleh vaginanya sampai kurasakan ujung penisku menghantam rahimnya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa ketika kemaluanku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku mulai mengerakkan pantatku maju mundur dan lama-lama semakin cepat. Cepok……cepok…..cepok….. Suara kontolku ketika beradu dengan memeknya.

“Ooh.., enaaakkkk...pakk….., truss” Lia mendesah.

Sambil menyodok memek Lia, lidah dan bibirku menjilati dan memainkan bibir, leher, kuping dan payudaranya. Beberapa kali aku sedot putting susunya yang masih keras dan kenyal tapi aku masih menjaga diri untuk tidak meninggalkan cupang di badannya, takut terlihat oleh ibunya.

Kuangkat kedua kakinya kebahuku. Aku dapat melihat dengan jelas kontolku yang bergerak-gerak maju mundur. Berkali-kali penisku mengaduk-aduk vaginanya sampai mentok di rahimya. Hal ini memebuat Lia sangat terangsang sambil mengangkat pantatnya.

“Ooh.., Liaaa.., enakk.. banget....” desahku

“Lia jugaa pak….enaakk……”desahnya

Sekitar 15 menit aku menyodoknya, kurasakan memeknya berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.

“Aduhh pakkk…….aku.. mau.. keluarr” jeritnya.

Tangannya memeluk erat badanku dan kakinya disilangkan ke pinggangku, tandanya Lia akan segera orgasme

“Akkhh.., akuu.. keluar” Lia menjerit histeris.

Nafasnya memburu. Dan kurasakan memeknya sangat basah, Lia mencapai orgasmenya. Mandorku yang sehari-harinya agak galak dengan karyawannya menggelepar merasakan nikmatnya kusetubuhi.

Aku yang masih tanggung, segera menyodok lagi memeknya yang masih basah dan hangat. Lama-lama Lia juga merasakan birahinya bangkit lagi dan mengimbangi permainanku. Pinggulnya meliuk-liuk dan berputar. Hal ini membuat aku kewalahan dan aku imbangi dengan gerakan memutar penisku berlawanan dengan gerakannya.

“Enak….pak……teruss…….” desah Lia sambil menjilat susuku

Sekitar 15 menit kemudian aku merasakan akan orgasme dan aku mempercepat sodokanku ke memek Lia

“Aku…mauu…keluarr Liaa….” Desahku

“Aku….jugaa..pakk …..” Jawab Lia

Tak lama kemudian aku merasakan spermaku akan keluar aku dan aku merasakan penisku diurut-urut dan dipilin oleh memek Lia. Memek Liapun kurasakan berkedut-kedut dan badannya mengejang

“Pak…….Liaaa…kee….luaarr…….” Desah Lia sambil merangkul bahuku dan menggigit dadaku. Kakinya juga menyilang di pinggulku dengan sangat erat.

Tidak ada dua menit kemudian, akupun dengan sekuat tenaga kusodok liang kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott….

“Aahh enak sekali Liaa.... Aahh…. Ahh....” kurasakan delapan kali semprotan spermaku di dalam memek Lia. Selama dua menitan aku masih menggumuli tubuh Lia untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Lia membelai-belai rambutku.

“Pakk…..ternyata bapak sangat jantan. Aku sudah puas tiga kali tapi bapak baru sekali, suamiku dulu tak sekuat bapak, paling 5 menit sudah keluar” kata Lia

“Kamu juga hebat sayang, memek kamu masih peret dan legit walau sudah punya anak satu” jawabku

“Tapi, tadi aku keluarkan di dalam, apa kamu tidak takut hamil?” tanyaku kemudian

“Biar saja Hamil, toh aku tau lelaki jantan mana yang menghamiliku” jawab Lia santai

Akupun diam dan berfikir, aku tidak mungkin menikahinya karena karierku belum tentu di perusahaan ini terus, apalagi dengan beberapa tawaran pekerjaan di perusahaan lain yang menggoda. Paling aku hanya bertahan disini dalam 2-3 tahun bila tidak ada perubahan.

“Kenapa diam pak, masih mikir kalo aku hamil yach, tenang aja pak, aku sudah pasang implant KB sejak setahun lalu” katanya

“Tidak Lia, aku hanya berfikir kapan lagi kita dapat mengulangi hal ini” kataku mengalihkan omongan sambil bersorak gembira di dalam hati

“Kapan saja pak, kalo bapak butuh saya siap aja pak, tapi jangan di perumahan saya, ada ibu dan tetangga. Nggak enak pak kalo ketahuan” jawab Lia

Setelah itu kami berpakaian dan kulihat jam tanganku, wow…sudah jam 18.00. dan kulihat cuaca di luar, ternyata hujan sudah agak reda dan aku bersiap-siap untuk pulang dan tak lupa menggulung karpet plastik arena kami bertempur. Lia juga segera membangunkan anaknya yang tidur berselimut jaketku.

Akhirnya kami meninggalkan rumah tersebut dan pulang ke perkebunan...