Ini Cuma Fantasi Kok

By Lucy Sunday, September 1, 2019
Pandanganku menerawang jauh menembus jendela. Aku tidak memperhatikan ceramah sang dosen. Bukan karena aku sok pinter atau pemalas, tapi karena emang si dosen yang gak pandai mengajar. Cara dia menyampaikan materi perkuliahan sangat membosankan. Apalagi mata kuliahnya juga sudah sangat membosankan. Tambah jenuh deh.

Hufh, kuliah itu membosankan banget. Aku sebenarnya pengen ngurusin bisnis aja. Tapi orangtuaku ngotot banget agar aku kuliah dulu. Umurku yang masih 19 tahun dianggap terlalu muda oleh orangtuaku untuk ngurusin bisnis, jadi aku harus fokus kuliah aja. Padahal di luar sana kan banyak yang muda tapi udah sukses, iya nggak? Eh, tapi kuliah itu sebenarnya juga asik sih. Nilai-nilaiku sejauh ini juga lumayan bagus-bagus. Tapi malas juga kalau kebanyakan dosennya kayak gini.

“Intan, nanti lo ikut kita gak?” tanya teman di belakangku berbisik.

“Kemana? Karaokean lagi? Males ah… gue pengen istirahat di rumah” jawabku.

“Yaahh… ngapain bengong sendirian di rumah? Emang lo udah punya pacar baru? Hahaha”

Aku tidak menghiraukan perkataannya. Pandanganku kembali menerawang ke luar jendela. Pacar? Banyak sih yang pengen jadiin aku pacar setelah aku putus dua bulan yang lalu. Lagian aku ini kan emang cantik dan baik hati, pasti banyak dong cowok yang ngedekatin aku, hihihi. Tapi sekarang aku masih pengen sendiri. Aku gak ingin sembarang pilih cowok, apalagi cowok yang otaknya hanya seputar selangkangan, karena aku yakin sebagian besar cowok yang mendekatiku pasti karena tertarik dengan wajah dan tubuhku. Tapi meskipun aku sudah beberapa kali pacaran tapi aku masih perawan kok. Aku hanya mau ngasih virginku pada orang yang benar-benar pantas kelak.

Meski masih perawan, tapi kuakui aku punya nafsu yang tinggi. Gak tahu deh keturunan siapa. Hampir setiap hari aku selalu masturbasi. Jika gak ada orang di rumah aku bahkan sering berbugil ria. Aku akan beraktifitas dan keluyuran bugil di dalam rumah jika lagi sendirian, lalu dilanjut dengan masturbasi sepuasnya. Saat masturbasi aku bisa sampai membayangkan hal-hal gila. Ngebayangin disetubuhi di luar ruangan di tempat rame lah, digangbang banyak cowok lah, sampai disetubuhi cowok-cowok dari kalangan bawah. Ngebayangin semua itu waktu masturbasi bikin aku cepat sampe. Tapi tentunya ini cuma fantasi kok, hihihi.

~

“Ntan, mau pulang? Gue anterin ya…” seorang cowok langsung menghampiriku begitu kelas terakhir hari ini selesai. Namanya Andra, salah satu dari sekian banyak cowok yang ngejar-ngejar aku. Dia bintang basket di kampusku dan anggota BEM. Orangnya cukup tampan. Dia juga tinggi, dan setahuku dia anak orang kaya. Cewek-cewek banyak banget yang pengen jadi pacarnya, namun dia kayaknya lebih tertarik untuk jadiin aku pacarnya, hihihi. Dia sering ngasih hadiah yang mahal-mahal padaku. Tapi sayang banget… aku gak tertarik pacaran dulu.

Aku tersenyum dan menolak ramah ajakannya. “Gak usah, gue bawa mobil kok hari ini, makasih ya…”

“Ohhh… gitu, oke deh… gimana kalau besok gue jemput?” tanyanya lagi.

“Duh, gak usah… gue bisa pergi kuliah sendiri kok…”

“Ayo dong… sekali aja…” pintanya memohon. Dia memang sering banget nawarin antar jemput aku untuk pergi kuliah bareng. Kebanyakan tawarannya selalu aku tolak, tapi kadang sesekali aku nerima tawarannya karena merasa gak enak dipaksa terus.

“Hmm, ya udah deh…”

“Asik… makasih Intan…”

“Oke… gue tunggu…” balasku singkat lalu berbalik badan meninggalkannya. Aku langsung menuju parkiran tempat mobilku berada. Lalu meluncur pergi dari sana.

Sekitar setengah jam kemudian aku sudah hampir sampai di rumah. Namun saat mau masuk ke lingkungan komplek, terjadi hal yang tidak diinginkan. Aku gak sengaja nyerempet orang! Aku ternyata menyerempet seorang kakek-kakek. Barang bawaannya berserakan. Dia sendiri terduduk kesakitan di jalan. Langsung aku turun dari mobil dan menghampiri kakek tersebut.

Seorang pria tua bertubuh pendek tampak terduduk di depan mobilku. Badannya kurus, kulitnya hitam dekil, bajunya compang-camping, tampangnya super jelek dengan kepala hanya menyisakan beberapa helai rambut beruban. Pokoknya gak sedap banget dipandang. Udah jelek, pendek lagi orangnya. Aku langsung tahu kalau kakek ini adalah seorang pemulung karena dia membawa karung berisi tumpukan plastik kemasan air mineral.

“Duh kek… Maafin aku ya kek...maaf… Kakek gak apa kan? Kakek terluka?” ujarku panik.

“Shhhh… hati-hati dong neng bawa mobil” ujarnya sambil meringis kesakitan. Tangan dan lututnya ternyata lecet digaruk aspal. Gak banyak sih, tapi pasti perih juga.

“Kita ke klinik aja yuk kek…” ajakku kemudian.

“Udah gak papa… lain kali hati-hati aja neng bawa mobil” ujarnya bangkit berdiri. Aku bantu dia berdiri.

“Kakek beneran gak apa-apa?”

“Iya… gak apa” jawabnya sambil memegangi luka lecetnya. Dia kemudian ingin pergi, tapi aku tahan, soalnya aku masih merasa gak enak sama kakek ini.

“Hmm... tunggu kek, lukanya diobatin dulu… rumah aku dekat kok… istirahat dulu di sana, sekalian nanti ada banyak yang bisa kakek ambil,” ajakku kemudian. Selain gak enak karena udah nyerempet dia, aku juga jadi ingin sedikit membantunya. Kebetulan di rumahku emang banyak barang gak kepakai yang bisa dia bawa. Terlebih lukanya itu emang perlu diobati.

“Hehehe, ternyata neng ini baik orangnya…” ujarnya tidak menolak. Dia tampak senang mendengar ajakanku. Apalagi mendengar kalau banyak barang yang bisa dia ambil di dalam. Ya udah, diapun ikut naik mobil ke rumahku setelah memungut barang bawaannya yang sempat tercecer. Begitu masuk mobil, bau busuk langsung tercium. Pemulung tua ini bau sampah banget! Aku juga dapat mencium bau amis ikan dan bau bangkai darinya. Gak heran sih, kerjaannya emang di tempat sampah soalnya. Aku bisa maklum. Tahan bau aja deh.

“Wah… rumah neng bagus yah…” ujarnya begitu kami sampai.

“Makasih… yuk kek masuk”

“Gak apa nih neng kalau saya masuk?” tanyanya.

“Gak apa kok… masuk aja….. Itu karungnya dibawa masuk aja…” ujarku saat melihat dia meninggalkan karungnya di depan pintu. Pemulung itupun kembali membawa karungnya.

Aku kemudian masuk ke dalam diikuti oleh pemulung itu. Dia tampak celingak celinguk melihat isi rumahku. Sebenarnya rumahku gak mewah mewah banget sih, tapi dia sepertinya gak pernah masuk rumah bagus, haha.

“Silahkan duduk kek… kakek mau minum apa? Sirup mau?”

“Boleh neng…” jawab pemulung tua itu kemudian duduk di sofa. Karung bawaannya dia letakkan di samping sofa. Duh, sofaku bakalan bau sampah deh ini.

Aku kemudian ke dapur, tak lama kemudian aku kembali membawa minuman sirup dingin untuk kami berdua.

“Silahkan kek… minum dulu… kakek pasti haus kan?”

“Hehehe, iya…” pemulung itu mulai minum. Sambil minum dia terus melirik ke arahku. Agak risih ngelihatnya memperhatikanku. Padahal pakaianku biasa aja dengan kemeja dan celana jeans. Rambutku diikat ke belakang.

“Ntar abis ini kita ke belakang ya kek, kakek ambil aja sebanyak yang kakek mau, ada banyak kardus dan botol bekas di sana” ujarku.

“Iya neng, ngomong-ngomong neng ini namanya siapa?” tanyanya kemudian.

“Intan”

“Neng tinggal sendiri ya di sini?”

“Nggak sih kek, Intan tinggal sama keluarga, tapi sampai besok Intan sendiri di rumah…”

“Hehehe, saya mau tuh nemenin neng Intan sampai besok…”

“Hihihi, ada-ada aja kakek ini, ntar dicariin lho…” balasku tertawa. Meskipun risih dengan bau badan dan tatapannya yang terus menatapku, tapi aku tetap melayani obrolannya dengan ramah. Soalnya aku emang gak pilih-pilh kalau bergaul sama siapapun.

“Oh ya, obat untuk lukanya!” Aku kemudian beranjak dari sana, lalu kembali lagi dengan membawa obat merah dan plester luka.

“Intan bantu ya…” ujarku kemudian membantu membersihkan dan mengobati luka pemulung tua itu. Niatku emang sekedar pengen membantunya, tapi pemulung itu kayaknya kege-eran. Dia jadi senyum-senyum sendiri. Biarin deh, yang penting hatiku lega, hutangku karena udah menyerempetnya udah lunas.

“Hehehe, neng Intan emang baik banget, cantik lagi… pasti beruntung banget pacarnya…” ujarnya setelah aku selesai.

“Hihihi, makasih”

“Seandainya kakek punya istri kayak neng Intan, pasti kakek bahagia banget” ujarnya kemudian. Duh, pemulung ini mulai ngomong yang macem-macem. Kenapa banyak banget sih yang pengen jadiin aku istri? Hihihi.

Aku hanya balas tertawa menanggapi perkataannya itu. Gak mungkin banget lah aku jadi istrinya. Aku kan lebih pantas jadi cucunya, haha. Tapi… kok aku jadi horni ya memikirkan diriku yang lagi berduaan dengan seorang pemulung. Ugh, pasti karena aku sering berfantasi yang tidak-tidak waktu masturb. Saat masturbasi aku sering membayangkan begituan dengan orang dari kalangan bawah. Semoga gak jadi kenyataan deh. Jijik soalnya ngebayangin beneran terjadi. Cukup jadi fantasi aja >,< “Udah kek minumnya? Kalau udah selesai kakek ke belakang aja ya… ntar kakek pilih aja apa yang mau kakek ambil… Intan tinggal dulu ya… mau mandi…” ujarku kemudian. “Hehehe, iya neng…” “Intan tinggal ya kek…” ucapku kemudian meninggalkannya. Tampak pemulung tua itu menuju halaman belakang rumahku, sedangkan aku langsung pergi mandi. Akupun mandi. Saat mandi, akupun jadi kepikiran. Apa yang akan ku lakukan setelah ini? Rasanya ada yang kurang jika aku membiarkan pemulung itu pulang begitu saja. Aku… jadi kepengen berduaan lebih lama dengan pemulung itu. Ah, kacau nih akunya! Please deh Intan! Fantasy lo itu jangan dipancing-pancing untuk jadi kenyataan!! Dia itu pemulung, dan lo ini gadis kuliahan anak orang kaya. Terlebih lo baru aja kenal dia. Tapi… aku… uh… keinginan untuk membuat fantasiku itu jadi kenyataan entah kenapa kuat banget. Rasanya aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk sedikit mewujudkan fantasi nakalku. Tentu saja aku gak ingin sampai beneran begituan dengan pemulung itu, aku hanya ingin nyaris mendekati fantasi aja. Hufh, baiklah. Mungkin gak ada salahnya senang-senang dikit. Kapan lagi coba. Dengan cowok ganteng dan kaya udah biasa banget. Ah, keisengan gadis muda yang horni >,< Aku mandi sambil mencuci pakaian dalamku. Setelah selesai aku menuju halaman belakang untuk menjemur cucianku. Aku hanya memakai handuk putih kecil untuk menutupi tubuhku. Aku menemukan pemulung tua bertubuh pendek itu lagi sibuk memilih-milih barang. “Udah dapat kek?” sapaku sambil menjemur dalaman. Dia tampak terkejut melihat kedatanganku. Kondisiku sekarang tentunya sangat menggairahkan di matanya. Rambutku kini tergerai. Aurat-auratku terbuka. Pahaku terekpos, nyaris memperlihatkan pangkal selangkanganku. Buah dadaku juga seakan ingin meloncat keluar, putingku hampir kelihatan. Malu banget tampil begini di depan laki-laki yang baru ku kenal. Apalagi pandangan pemulung itu makin nanar melihatku. Bikin aku deg-degkan. Ugh, horni. “Eh, neng Intan… udah selesai neng mandinya?” “Udah kek… kakek udah selesai?” “Belum nih… sebenarnya banyak yang pengen saya ambil, tapi gak sanggup bawa sebanyak itu, hehe” “Ya gak usah dipaksain kek, ntar pinggangnya sakit…. terus kakek gak bisa pulang, hihihi” “Malah senang kalau gak bisa pulang, bisa sama neng Intan terus, hehehe” “Hihihi, ntar sakit pinggang beneran baru tahu rasa” “Amin… hehehe” “Ish, diaminin, Intan aminin juga deh… amiiinnnn, hihihi” kamipun tertawa bersama. “Kalau ngobrol sama kakek kayak gini Intan jadi kangen sama kakek Intan…” ujarku kemudian. “Owh… kalau gitu anggap aja saya kakeknya neng, kita jadi kakek dan cucu, gimana neng? Hehehe” “Hmm boleh…” jawabku gak keberatan bermain kakek-cucuan sama pemulung ini. “Tapi pengennya sih jadi suami istri, hehe” sahut pemulung itu kemudian. “Ihh… kakek ini… udah jadi kakek cucu aja….” “Hehehe, ya deh neng, sampai kapan neng?” “Ya sampai kakek pulang…” “Wah, saya gak mau pulang deh kalau gitu…” “Ih dasar kakek ini, bilang gak mau pulang terus, ya udah terserah kakek deh, hihihi” kami lagi-lagi tertawa bersama. Aku benar-benar santai ngobrol dan bercanda dengan pemulung tua ini meski hanya pakai handuk mini >,< “Hehehe, karena udah jadi kakeknya neng Intan, saya boleh gak meluk neng Intan? Hehehe” ujarnya kemudian. Aku tersenyum geli mendengarnya. Dia ternyata emang punya pikiran mesum padaku. Aku mengangguk saja membolehkan sambil tersenyum manis. Dia langsung kesenangan dan segera memelukku. “Awwhhh” aku menjerit kecil karena dia langsung memelukku dengan erat. Tangannya melingkar di pinggangku. Karena tubuhnya yang pendek, kepalanya hanya sebatas dadaku. Pemulung itu cuek saja membenamkan kepalanya di sana. Untung masih ada handuk yang membatasi kepalanya dan buah dadaku. Aku balas saja memeluknya. Tubuh kami menempel. Aku yang baru saja mandi dan masih handukan lagi berpelukan dengan seorang pemulung tua yang bau dan dekil minta ampun. Bau tubuhnya makin tercium menyengat dengan jarak sedekat ini. Setelah cukup lama membenamkan kepalanya di buah dadaku, dia kemudian menatapku. Aku balas tatapannya dengan tersenyum manis. Dianya makin kesenangan bergayutan manja memelukku. Setelah beberapa lama diapun melepaskan pelukannya. “Udah puas kek meluknya?” “Belum sih…” “Kalau belum kok dilepas?” “Takut neng Intan gak suka kakek peluk lama-lama, hehehe” “Ihhh… gak apa kakek… kan kitanya udah jadi kakek dan cucu… jadi Intan gak masalah dipeluk sama kakek” “Hehehe, oke deh neng… pelukan lagi yuk…” ajaknya lagi. “Bentar kek… Intan ganti baju dulu ya…” ujarku. Tapi pemulung itu dengan cepat melarangku. “Jangan neng… gak usah…” “Kok gak usah? Masa handukan terus sih...?” balasku. “Iya, nanti aja… kan kakek pengen meluk dulu” “Hmm… Iya deh iya…” jawabku senyum-senyum. Pemulung itupun kembali memelukku. Tubuh kami kembali menempel sambil berdiri. Tangannya kembali melingkari tubuhku dengan erat. Kepalanya kembali dibenamkan di buah dadaku. Dan aku kembali harus menahan bau tidak sedap darinya. Kali ini dia benar-benar lama memelukku. Mungkin sudah 10 menit kami hanya diam berdiri sambil saling memeluk. Wajah pemulung itu bergantian antara membenamkan mukanya di buah dadaku dan menatapku. Saat dia menatapku, aku terus memberinya senyum termanis yang aku punya. “Capek kek berdiri terus, pindah ke dalam yuk… ” ajakku kemudian. Karena emang dari tadi kami pelukannya di teras belakang rumah. “Tapi masih boleh peluk kan?” tanyanya. “Iya boleh…” “Kalau cium boleh?” pintanya. Ugh, beneran akan makin jauh nih kenekatanku kalau aku bolehin. Tapi kalau cium kayaknya gak apa. “Iya kek boleh…” Aku langsung membungkuk memberikan pipiku untuk dia cium. Dengan posisi membungkuk begitu membuat buah dadaku makin terpampang jelas olehnya. “Yuhuuuu…” kakek pemulung itu bersorak gembira. Dia langsung mengecup pipiku. “Yuk kek masuk dulu, lanjut peluk dan ciumnya di dalam aja” ajakku. Dia menuruti. Pemulung itu sudah lupa dengan tujuannya mencari barang bekas di rumahku, hihihi. Kamipun masuk ke dalam rumah. Pemulung itu masih menempel di dekatku. Tangannya dari tadi terus memegang tanganku. Kadang seperti curi-curi kesempatan meraba pahaku. Dasar kakek kakek mesum, hihihi. “Jadi Intan gak boleh ganti baju nih?” tanyaku. “Nanti aja neng… hehe” jawabnya cengengesan. Aku balas tersenyum saja. Aku ambil hape dan duduk di depan tv. “Sini kek… duduk sini” ajakku. Karena handukku yang super pendek, jadi kalau duduk selangkanganku pasti kelihatan, maka aku gunakan bantal sofa untuk kuletakkan di depan pahaku. Bagian depan selangkanganku emang tertutup sih jadinya, tapi paha dan pantatku masih bebas terbuka. Biarin aja deh, hihihi. Pemulung itu kemudian malah menggunakan bantal itu untuk tiduran. Dia tiduran di atas pahaku yang dikasih bantal. Sambil tiduran dia menolehkan kepalanya menghadap ke buah dadaku. Tangannya juga mengelus-elus lenganku. Dasar, mana ada kakek yang seperti ini ke cucunya, hihihi. “Ih, kakek ini manja banget…” ujarku. “Neng Intan kalau pengen manja-manjaan sama kakek juga boleh, kakek gak ngelarang kok, hehehe” balasnya. “Hihihi, bisa aja kakek ini…” ujarku tertawa. Bakal kesenangan dianya kalau aku manja-manjaan sama dia ^o^ Pemulung tua kurus dekil itu lanjut manja-manjaan tiduran di atas pahaku. Sedangkan aku pura-pura cuek saja nonton tv sambil mainin hape. Kadang kami ngobrol. Aku berkali-kali tertawa mendengar godaan dan celotehan pemulung ini. Dia tak henti-hentinya memuji kecantikanku. “Neng Intan cantik banget… betah lama-lama dekat neng Intan, hehehe” ujarnya sambil mengusap-usap sisi pahaku yang terbuka, bahkan tangannya terus naik hingga ke bagian pantat. Aku sok cuek saja meskipun sebenarnya darahku berdesir karena horni. Saat aku beranjak dari sofapun pemulung itu terus menempel padaku. Kontras banget kalau dilihat dari cermin. Yang satu cantik jelita, satunya dekil jelek minta ampun. Yang satu wangi karena abis mandi, satu lagi bau sampah. Aku sampai terbiasa mencium bau tidak sedapnya karena dia tidak melepaskan aku dari tadi. Pokoknya dia terus menempel denganku sampai tubuhku yang tadinya lembab dan basah karena abis mandi kini sudah mengering. Namun aku masih tetap memakai handuk kecil. Mati-matian aku menjaga handukku agar tidak lepas. Berkali-kali aku membetulkan posisi handukku agar vagina dan puting buah dadaku gak kelihatan. Permainan yang seru, hihihi. Seharusnya aku takut dan risih, tapi entah kenapa aku malah suka ditempeli orang kayak dia >,< Tidak hanya memeluk, tapi dia juga terus menciumku. Berkali-kali aku memberikan pipiku untuk dicium olehnya. Berkali-kali aku membungkukkan badan agar dia bisa menciumku. Kalau sedang tiduran di pahaku, maka pahaku yang diciuminya. Tanpa terasa hari sudah gelap. Matahari sudah terbenam tak terlihat lagi sinarnya. Aku dan pemulung tua itu masih menempel. Saat ini aku lagi di dapur mencuci piring, dan dia lagi di belakang memelukku. Tapi dia memeluk sambil membuat gerakan mesum. Ya… gerakan orang bersetubuh! Ini udah hampir mencapai batasnya! “Kek…. Ngapain sih? Kok goyang-goyang?” ujarku memprotes kelakuan kurang ajarnya. Aku antara kesal dan takut dia makin ngelunjak, tapi entah kenapa aku juga horni dilecehkan begitu olehnya. “Eh, gak kok neng…” dia menghentikan goyangannya, tapi setelah beberapa saat dia kembali menggoyangkan pinggulnya perlahan. “Tuh kan kakek goyang-goyang…. Ntar handuk Intan copot kek….” Kataku lagi malah dengan nada manja. Ugh, aku terlalu lunak padanya. Perasaanku campur aduk. Aku galau antara nerusin kenekatanku atau menyudahinya. “Hehehe, kakek kan cuma pengen manja-manjaan sama cucu kakek,” jawabnya. “Ih, kakek ini adaaaaa aja jawabannya.. Iya deh, puas-puasin deh manja-manjaan sama cucu kakek ini,” balasku pada pemulung itu. Akhirnya aku mengalah. Aku membiarkan diriku untuk terus bermain-main dengan nafsu. Aku tidak protes lagi saat dia kembali menggesek-gesekkan badannya ke badanku. Dia yang tahu aku tidak lagi memprotes kini makin mempercepat gerakan mesumnya itu. Aku kini bahkan dibuat tertawa dan menjerit manja saat hentakan goyangan tubuhnya terlalu kencang. “Ahhhhh.. kek… aaahhhh.. hihihihi” “Ahhh.. kek….. udah!” Tapi dia masih tidak mau berhenti, terus menggesek tubuhku dari belakang. Hingga kemudian, lilitan handuk yang aku kenakan mulai terlepas, lalu jleb! “Awhhh…!” Aku langsung menjerit kaget. Handukku jatuh ke lantai. Bagian belakang tubuhku seketika terpampang semua di hadapan pemulung itu. Aku putar badanku lalu ku ambil handuk itu dan langsung ku kenakan lagi. “Tuh kan jatuh handuk Intan… gara-gara kakek nih” ujarku manja. Karena aku tadi memutar badan, bagian depan tubuhku pastinya juga terlihat olehnya walau sesaat. “Hehehe, maaf deh neng…” ucapnya. “Kek, Intan ganti baju ya… udah kering gini badan Intan kok masih handukan….” Ujarku. “Ya udah neng, tapi kalau bisa pakai baju yang seksi ya… hehe” “Ih, cucu sendiri disuruh pake baju seksi, dasar kakek mesum, hihihi… Ya udah, kakek yang pilih bajunya deh….” “Wah, boleh banget tuh… milihin baju cucunya, hehehe” Sambil senyum-senyum, kutarik tangan pemulung itu mengajaknya ke kamarku. Aku langsung membawanya ke depan lemari pakaianku. “Silahkan kakekku sayang… pilihin baju untuk cucumu ini…” ujarku dengan senyuman manis. Diapun mulai memilih pakaian untuk ku kenakan, setelah beberapa saat, pilihannya jatuh pada celana dalam dan tanktop. Simpel banget pilihannya, tapi tentu saja pilihannya itu sudah cukup untuk membuat aku terlihat begitu menggairahkan, hihihi. “Kakek ngadap sana dulu… jangan ngintip.. awas kalau ngintip” suruhku. “Gak mau ah… kakek pengen lihat, kan sama cucu sendiri, hehe” balasnya. “Ih, dasar kakek ini… ya udah kalau pengen lihat” ujarku akhirnya membiarkan. Lagian tadi dia udah sempat lihat walau sesaat, jadi gak apa deh. Sambil senyum-senyum aku mulai membuka lilitan handukku. Aku lakukan perlahan dengan maksud menggodanya. Sengaja membuatnya makin gemas padaku. Jleb! Handuk itu jatuh lagi ke lantai. Aku telanjang bulat lagi di hadapan pemulung tua ini. Jika tadi tidak sengaja, sekarang justru aku sengaja membugilkan diri di depannya. Jika tadi hanya sekejap, kini dia bisa melihat tubuh polosku dengan leluasa. “Tuh, Intan udah telanjang depan kakek, suka?” tanyaku senyum-senyum. Aku bergaya imut dengan kedua tangan berada di belakang. Sumpah deg-degkan banget! Nekat akunya! Baru kali ini aku telanjang di depan cowok. Aku bahkan belum pernah bugil di depan pacar-pacarku yang dulu. Sekarang aku malah bugil di depan pemulung tua jelek dekil yang baru saja ku kenal. Hufh, semua ini gara-gara fantasi nakalku >,< “Awwwhhh… kek!!!” Gila! Pemulung itu langsung memelukku hingga aku terjerembab ke tempat tidur. Sepertinya poseku itu terlalu imut dan gemesin untuknya. “Kek… geli…. Awwhhh…. Kakeeeeek… Intan pake baju duluuuu kek” dia menindih tubuh telanjangku dari atas sambil menghujani wajahku dengan ciuman. Aku sampai kewalahan menerima ciumannya. “Ngghhh…. Pengen ngentot…. Ngentot….” Racau pemulung itu gak tahan. Ugh, kena batunya aku. Pemulung itu ingin menyetubuhiku! Aku tentu saja takut, tapi… kenapa lagi-lagi aku justru merasa horni. Memikirkan diriku yang lagi telanjang bulat ditindih seorang pemulung lagi-lagi bikin aku sange. “Kakek mesum ah…. Masak cucu sendiri mau dientotin? Gak boleh” balasku tetap berusaha santai, bahkan menggodanya. “Ahh, neng Intan… cup cup… ayo dong… kita ngentot dong… cup cup…” ujarnya lagi terus menghujani wajahku dengan ciuman. Bibirku juga dicium-ciumnya. “Kakek pornooooo…. Mesum!” aku mencoba meronta. “Ngentot… pengen ngentot sama neng Intan….” Dia terus meracau. Meski badannya kecil tapi tenaganya lumayan kuat. Aku gak bisa lepas dari tindihannya. Gawat. Aku kena akibatnya karena eksib sembarangan. Mana eksibnya di depan pemulung mesum lagi, dan sekarang dia ingin menyetubuhiku! Duh… apa yang harus aku lakukan!??? “Tunggu kek, lepasin dulu bentar…. Kakeeekk… awhh!!” Ujarku. Dia awalnya masih sulit dibilangin karena lagi birahi tinggi, tapi kemudian mau juga lepasin aku. Aku duduk di tepi tempat tidur, pemulung tua itu berada di sebelahku. “Kakek beneran pengen entotin Intan?” tanyaku kemudian. “Iya, kakek pengen entotin cucu kakek yang cantik dan nafsuin” “Pengen banget ya kek?” “Iya neng, pengen banget… ayo dong cucuku… kita ngentot… ah… neng Intan gemesin banget” Duh… gimana nih…. Horni sih, tapi masa iya sama pemulung?? Ingat Intan! Jangan samain fantasi dengan dunia nyata! “Ih, dasar kakek ini porno… nafsu banget ya sama Intan?” Tapi kenapa aku malah terus ngegodain pemulung ini. Aku justru semakin penasaran apa yang akan terjadi berikutnya antara aku dan si kakek pemulung. “Iya… cucu kakek nafsuin banget, apalagi kalau bugil gini… gak kuat pengen entotin, kakek pengen manja-manjaan sama cucunya sambil ngentot-ngentotan, kontol kakek udah tegang banget nih… hehe” “Hihihi, kakek ini bisa aja... jorok ah ngomongnya…” Semakin aku dan pemulung itu berbalas kata-kata nakal, aku semakin dibuat horni. Aku horni, tapi aku gak ingin disetubuhi. Aku takut kalau sampai disetubuhi beneran olehnya, tapi aku penasaran. Sumpah gak jelas banget akunya. Galau. “Tapi… kakek emang gak ada yang nyariin kalau lama-lama di sini?” “Nggak ada kok neng” “Ohh… Tapi… kayaknya ortu Intan bentar lagi mau pulang deh kek, kapan-kapan aja ya kita lanjutin…” ujarku kemudian. Separuh diriku mencoba mencari-cari alasan agar kebersamaan kami ini gak terus berlanjut, tapi separuhnya lagi pengen terus ngelanjutin. “Kan katanya ortu neng Intan besok baru pulang” balasnya. “Hehe, iya yah…” “Ayo dong neng” Aku diam sesaat. Aku memikirkan apakah perbuatanku ini beneran gak apa kalau dilanjut. Seharusnya tentu aja gak pantas dilanjut, tapi aku bingung kenapa aku masih aja meladeninya. “Hmm… Gini aja deh, kakek boleh mesumin Intan, kakek boleh nginap di sini dan boleh mesumin Intan sampai besok, tapi gak boleh sampai entotin Intan ya…” balasku kemudian. “Yaahh… tanggung banget neng kalau gak boleh entotin neng Intan…” protesnya. “Iya… syaratnya gitu kek… boleh mesumin tapi gak boleh entotin Intan… Mana ada sih kakek yang ngentotin cucunya sendiri, hihihi” “Kakek cuma pengen manja-manjaan kok, tapi sambil ngentot, hehe” “Ish, bisa aja kakek ini jawabnya, dasar kakek mesum! Pokoknya gak boleh, kalau masih ngotot kakeknya aku usir!” ancamku. “Hehehe… jangan dong neng… Ya udah deh neng… gak boleh ngentot juga gak apa, tapi sebagai gantinya kakek bakal mesumin neng Intan habis-habisan!” “Hihihi, iya kakekku sayang… silahkan… kakek boleh mesumin Intan sepuas hati kakek… Intan milik kakek yang boleh kakek apain aja” ujarku senyum-senyum. Ya… akhirnya aku terus membiarkan diriku bermain-main dengan nafsu. Ah, betul-betul gila. Semoga saja aku masih bisa mengontrol diriku agar gak sampai beneran disetubuhi. Pemulung itu semakin terbakar nafsunya. Dia langsung mendorong tubuhku ke kasur, menindihku, dan menciumiku habis-habisan hingga bikin aku kewalahan! “Awhh!! Kek... ahh… hihihihi… geli kek….” Aku menjerit-jerit manja akibat ciuman dan remasan tangannya. Akupun tidak melarang-larangnya lagi saat tangannya menyentuh bagian sensitif tubuhku. Wajahku dicium-cium, tubuhku digerepe-gerepe. Buah dadaku diremasnya, vaginaku juga diusap-usap pake jari-jarinya yang kotor bekas sampah itu. “Kakek sedot ya neng susunya… nyusu..su..su” ujarnya dengan ekspresi konyol dan hap! Sebelum aku menjawab dia udah langsung mencaplok puting buah dadaku. Dia langsung mengulum buah dadaku dengan rakus. Geli banget rasanya ketika gigi hitamnya yang ompong dan jarang-jarang itu mengenai puting payudaraku. Dia menyedot seperti orang kehausan. Meskipun udah berumur, tapi kelakuannya sok-sokan seperti anak kecil. Manja-manja mesum gitu ke aku. Mentang-mentang dia dan aku udah jadi kakek dan cucu, hihihi. “Awwhhh… kakek ih… main sedot aja…” lirihku manja sok keberatan. Padahal aku senang banget dia suka sama buah dadaku. Bahkan aku juga horni banget. Nakal gini ya aku, seharusnya tubuhku ini untuk suamiku kelak, tapi sekarang aku malah dengan gratisnya ngasih ke pemulung tua, jelek, dekil dan bau yang baru aku kenal. Sensasinya itu lho… membayangkan aku cewek cantik dari keluarga terpandang yang selalu rutin merawat tubuh, sedang manja-manjaan dengan pemulung tua dekil dan super bau yang tak jelas asal-usulnya justru membuatku semakin sange. Bikin memek aku tambah becek. Yang mana dulu hanya sekedar fantasi nakalku saat masturbasi, sekarang beneran sedang ku alami. Kakek pemulung itu kemudian bergantian antara mengulum buah dadaku dan mencium bibirku. Dia terus berada di atas menindihku. Karena tubuhnya yang kecil dan kurus, aku jadi tidak merasa terlalu berat. Selagi dia mencabuliku, akupun memeluk dan membelai-belai kepalanya dengan manja. Aku kemudian meraih hapeku, lalu iseng mengambil fotoku berdua dengan si kakek pemulung yang lagi sibuk mesumin aku. Jepret! Sebuah foto terabadikan, yang mana aku lagi menatap sange ke kamera dengan si pemulung yang lagi asik nyusu di buah dadaku. “Kek…” panggilku lirih. “Ya neng?” “Buka aja bajunya… masa Intan sendiri yang telanjang sih?” “Hehehe, lupa neng, saking gemasnya sama neng Intan sampai lupa belum buka baju… hehehe” “Iya kek… kakek juga harus buka baju dong… biar lebih mesra kita manja-manjaannya…” ujarku senyum-senyum. “Sip neng! Tapi neng Intan yang bukain ya, kakek pengen dibukain bajunya sama cucu kakek, hehe” “Dasar, Iya deh… sini kakekku sayang… Intan bukain bajunya…” ujarku sambil tersenyum manis. Pemulung itu cengengesan senang bukan main. Dia kemudian turun dari tubuhku dan berdiri di sebelah ranjang. “Intan buka ya kek….” Aku lalu mulai melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya. Karena dia lebih pendek dariku jadi aku harus sedikit merunduk. Ugh, pakaian dan orangnya sama-sama dekil. Sama-sama gak pernah dicuci. Apek banget! Tak lama kemudian akhirnya aku dan pemulung tua itu sama-sama sudah telanjang bulat. Sepasang manusia yang berbeda jenis kelamin, beda usia, dan beda status sosial, lagi telanjang bulat berdua dalam satu kamar! Erotis banget kan? Hihihi. “Nah… kalau udah telanjang gini kan makin afdol kita jadi kakek dan cucu, hihihi” godaku. “Hehehe, iya neng, makin enak mesum-mesumnya…” “Ish, dasar kakek ini pikirannya mesumin cucu sendiri terus, tapi gak apa deh, Intan boleh kok dimesumin sama kakek sampai besok, Intan ikhlas banget dimesumin kakek” “Iya neng, tapi gimana kontol kakek neng? Gede gak? Hehehe” tanyanya cengengesan sambil mengocok-ngocok penisnya di depanku. Meskipun badan pemulung ini pendek dan kurus, tapi ternyata penisnya lumayan gede. Penisnya sudah ngaceng banget mengarah kepadaku, gak sabar pengen merasakan nikmat tubuhku, tapi tetap aja penisnya itu dekil, hitam lagi, hihihi. Gak kebayang deh kalau penis itu sampai masuk ke vaginaku, pasti aku bakal jerit-jerit kenikmatan. Ugh, malah tambah horni kan aku mikirinnya. “Neng Intan pengen dientotin gak pake ini?” tanyanya sambil menampar-nampar penisnya ke paha putih mulusku. “Nggak…” balasku sambil memeletkan lidah. Aku kemudian menangkap penisnya. “Nakal ih kontol kakek… nampar-nampar sembarangan… udah keluar dari sarangnya malah makin bandel, hihihi” sambungku. “Mungkin pengen masuk sarang baru neng, di memeknya neng Intan yang imut itu, hehe” “Ish… Kontol kakek nakal banget! Penis kakek harus dihukum biar gak nakal lagi” ujarku sambil mulai mengocok penis hitamnya. “Silahkan neng… hehehe” “Ih, malah seneng, dasar kakek mesum” ujarku sambil duduk bersimpuh di depan penisnya. Aroma selangkangannya gak sedap banget. Akupun mengocok penis dekil itu dengan tanganku. Aku keluarkan kocokan terbaik yang bisa kulakukan untuk ‘menghukum’ penis nakal si kakek pemulung ini. Kadang aku mengocok dengan pelan dan lembut, kadang juga dengan tempo yang cepat. Buah zakarnya yang kusam itu juga aku urut-urut manja. Sambil ngocokin, aku juga selalu menatap mata kakek ini sambil tersenyum. Total banget deh pokoknya aku untuk manjain dia. Kok aku bisa bertingkah nakal gini ya sama pemulung. Parah. Pemulung itu berkali-kali meracau kenikmatan dan memuji nikmatnya kocokanku pada penisnya. “Ugh, mantab neng…. Tangan neng Intan mulus banget… nikmat banget… arrghhhh” “Ahh.. ahh… ahhh…” biar dia makin horni, akupun ikut-ikutan mendesah. Pemulung tua itu seperti gak ingin berhenti. Dia tampak kecanduan merasakan kocokan tanganku. Akupun juga gak keberatan untuk terus ngocokin kontolnya selama yang dia mau. Semakin dia bernafsu padaku aku juga makin senang dan horni sendiri. “Neng Intan cewek terbaik yang pernah kakek temui… sampai mau ngasih kayak gini ke kakek, hehe….” Ujarnya. “Gak ada salahnya kan kek berbagi” balasku. Ya, sih, kalau dipikir-pikir aku terlalu baik kayaknya sama dia, apalagi sampai mau berbagi keindahan tubuhku yang seharusnya milik pacar atau suamiku kelak. Cewek-cewek lain pasti jijik kalau dekat-dekat dengan pemulung kayak dia. Ini semua gara-gara horni dan fantasi nakalku. Cukup lama juga aku mengocok penis pemulung ini. Semakin lama ku kucocok, penis pemulung itu terasa semakin hangat. Dari ujung penisnya juga sudah keluar cairan bening. Pertanda kalau dia lagi mupeng banget padaku. Aku colek cairan itu pake jari dan kukulum jariku di depan matanya sambil senyum-senyum. Dia terpana melihatnya. Aku sendiri juga heran mau-maunya berbuat itu. “Apa?? Ngaceng ya kek?” “Hehehe, iya neng… pengen ngerasain kontol kakek di mulut neng Intan jadinya” ujarnya. Aku hanya membalasnya dengan memeletkan lidah. Aku masih pengen bikin dia makin gregetan padaku, haha. Aku yang tadinya bersimpuh kini sudah berlutut. Dengan posisi itu kini wajahku dan wajah kakek itu menjadi sejajar karena tubuhnya yang emang pendek. Aku kemudian mengajaknya berciuman. Makin panas dingin deh pemulung tua itu karena dikocokin dan diajak berciuman sama gadis cantik, hihihi. Sambil keenakan dikocokin dan berciuman denganku, pemulung itu juga asik membelai-belai punggung, paha, pantat, hingga meremas buah dadaku. Vaginaku juga dibelai-belai oleh tangan kotornya. Benar-benar beruntung dia ini. Melihat tubuh telanjangku aja udah beruntung banget, apalagi sampai gerepe-gerepe gini. Gak banyak cowok di luar sana yang seberuntung dia. Terlebih dari kalangan yang status sosialnya rendah seperti dia. Mana ada pemulung yang seberuntung kakek ini. “Mulus banget badan neng Intan… putih, lembut… sempurna banget untuk dientotin….” Racau pemulung itu. Aku hanya tersenyum kecil sambil terus ciuman dan ngocokin dia. “Dasar kakek ini mesum banget” ujarku sambil menggesek-gesekkan hidungku dengan hidungnya. Dia hanya cengengesan. Kamipun berciuman lagi dengan panas. Saling membelit lidah dan berbagi liur satu sama lain. Yang mana posisiku berlutut, sedangkan pemulung tua itu berdiri di depanku hadap-hadapan. Meskipun telanjang di ruangan ber-AC, tapi kami malah keringatan. Tubuh kami menempel erat berbagi kehangatan. Tubuh bagian depanku saling bersentuhan dan bergesekan dengan tubuh kotor pemulung ini. Aku dapat merasakan penis tegangnya menempel di bawah perutku. Hangat dan terasa begitu mengganjal. Cup… “Ugh… neng Intan” Cup cup… “Iya kekekku sayang…” Cup.. cup… muaah…. “Pengen nempel terus sama neng Intan, hehe” Pemulung tua itu terus meracau selagi kami berciuman. “Iya… boleh… bebas kok,” jawabku yang juga lagi dilanda horni. Aku gak keberatan sama sekali kalau dia pengen terus menempel denganku. “Kakek boleh nempel terus sama Intan… boleh cium, gerepe dan remas-remas badan Intan sesuka hati kakek sampai besok, terserah kakek deh pokoknya, asal jangan dientotin … oke kakekku sayang?” sambungku lagi. Pemulung tua itu menjawab dengan mencium bibirku habis-habisan. Segitu nafsuinnya ya aku di mata dia? Hihihi. Aku masih terus berciuman dan mengocok penisnya. Dia juga terus menggerepe-gerepe tubuhku selagi berciuman denganku. Tapi tangannya yang usil begitu merepotkanku. Berkali-kali tangannya mencolek vaginaku sehingga membuatku jadi kewalahan. Akupun kemudian tidak sanggup lagi pengen orgasme. Sensasi berciuman seperti ini, serta ulah tangannya pada vaginaku membuatku mencapai klimaks! “Kakeeeek… ahh.. ahhh…. Intan sampeeee….” Teriakku manja. Bersamaan dengan itu tubuhku melunglai. Kakiku tidak kuat lagi menahan berat. Akupun menjatuhkan diri ke lantai. “Kakek jangan main-mainin memek Intan terus dong…” ujarku dengan menggembungkan pipi. “Hehehe, kok gak boleh neng?” “Intan gak kuat kalau memek Intan dimainin” jawabku sekenanya. “Neng Intan horni ya? Mau kakek entotin aja? Hehe” ujarnya kurang ajar dengan enteng. Padahal di luar sana para cowok selalu berkata sopan padaku untuk menarik perhatianku, tapi sekarang seorang pemulung tua dengan gampangnya berkata minta bersetubuh denganku. “Jangan dong kek, gak boleh…” jawabku. Aku tahu kalau dia pasti horni banget sama aku. Pemulung ini pasti pengen banget menyetubuhiku. Dia begitu dekat dengan kesempatan untuk bisa ngentotin cewek muda yang cantik. Kesempatan yang tentunya tidak akan sering dia dapatkan. Tapi aku udah megang prinsip gak akan sampai bersetubuh apalagi ngasih perawanku ke dia. Maka akupun tidak bersedia dientotin olehnya meskipun aku juga lagi sange. “Ya udah, terus sekarang kita ngapain lagi nih neng?” “Hmm… Kita saling jilat kelamin aja yuk kek kalau gitu, biar lebih mesum,” ujarku yang lagi kebawa horni. Aku emang baru saja orgasme, tapi aku masih horni, dan horni ini bikin aku gak bisa berpikir jernih. Ugh! “Wah mau banget, kakek suka banget deh pokoknya mesum-mesuman sama neng Intan yang super cantik” si kakek pemulung itu kemudian dengan cepat memutar badannya. Yang mana dia di atas dan aku di bawah. Kini penisnya berada di depan wajahku, begitu pula vaginaku yang kini berada di depan mukanya. Kami masih berada di atas lantai. Padahal tadi aku pengen ngajak dia naik ke ranjang dulu biar lebih enak mesum-mesumnya, tapi si kakek kayaknya udah gak tahan pengen cepat-cepat, hihihi. “Nggghhh…” pemulung itu dengan cepat memainkan vaginaku dengan mulutnya. Seketika vaginaku mengeluarkan cairan yang sangat banyak. Aku yang udah horni jadi semakin horni dibuatnya. Rasanya nikmat banget saat akhirnya ada yang memainkan vaginaku pake mulut, meskipun mulut seorang pemulung yang bau sampah. Akupun juga tidak kalah memberikan service terbaik yang aku bisa pada pemulung tua yang sekarang jadi kakekku ini. Aku mencoba mengabaikan bau selangkangannya yang tidak sedap itu dan menikmati memainkan kelaminnya pake lidah dan bibirku. Penisnya aku jilat, aku kulum, dari ujung hingga pangkal termasuk buah zakarnya. Dia hanya bisa melenguh kenikmatan, pastinya baru kali ini dia merasakan nikmat seperti ini. Yang mana kemaluannya dimanjain pake mulut oleh seorang gadis kuliahan yang cantik jelita kayak aku. Slrrruuupppp “Ngghhh…” “Keekk….” Slrruupppp… “Neng Intan… nikmat banget mulut neng Intan… memek neng Intan juga nikmat” Slrruupp.. slrruuppp… “Habisin semuanya kek, memek Intan untuk kakek” Slrruuuppp… slrruuppp… slrrruuuppp Aksi jilat menjilat kami terdengar sangat heboh. Terutama pemulung itu, rakus banget memakan vaginaku. “Ahhh… kek… Intan… ahhhh… Intan sampeeeeeeee” aku melolong kencang. Kakiku reflek menjepit kepala pemulung itu. Aku orgasme dengan cepat gara-gara mulut si pemulung di vaginaku. Rasanya sungguh nikmat. “Hehehe, nikmat banget neng… lagi ah…” ujar pemulung itu gak kasih aku istirahat. Dia kembali melahap vagina dengan lahap. Duh, betul-betul dikerubungi bakteri-bakteri deh vaginaku yang terawat ini. Nikmatin aja deh, nanti kan bisa dicuci, hihihi. Cukup lama aku dan pemulung itu saling jilat kelamin. Pemulung itu terus dan terus memainkan vaginaku. Selesai aku orgasme, dia meminum semua cairan vaginaku, terus lanjut lagi memainkan vaginaku sampai aku orgasme lagi. Begitu seterusnya Dia betul-betul menikmati tubuhku sepuas hatinya, terutama pada vagina dan payudara yang menjadi kebanggaanku itu karena selalu kurawat. Aku juga terus memanjakan penisnya dengan mulutku. Kami sama-sama gak ingin berhenti. Aku suka dibuat orgasme olehnya, dan dia juga senang banget disepong dan meminum cairan memekku. Hampir satu jam lamanya kerjaan kami hanya saling jilat kelamin. Dalam satu jam saja sudah tak terhitung berapa kali aku orgasme. Tubuhku dan pemulung itu jadi basah kuyup oleh keringat. “Neng Intan, kakek pengen muncrat dulu nih…” ujar pemulung itu akhirnya gak kuat pengen muncrat. “Iya kek, muncrat aja dulu… nanti kan masih bisa lanjut lagi, gak usah ditahan-tahan kek kalau pengen muncrat… kakek bisa muncrat sebanyak apapun yang kakek mau sampai besok” balasku. “Ahhh… neng Intan…” Masih dengan posisi kelamin berada di wajah masing-masing, pemulung itupun muncrat untuk pertama kalinya. Saat muncrat, dia membenamkan penisnya dan dia tekan dalam-dalam ke mulutku. “Ngghhhh…..” Crrrooottt…. Crrrrooottt… crrroooottt… Gila sumpah!! Aku membiarkan seorang pemulung ejakulasi di dalam mulutku! Bertubi-tubi spema kental yang selama ini terpendam dalam buah zakarnya yang dekil tumpah semua ke dalam mulutku. Spermanya mengalir lancar masuk melewati kerongkonganku dan bermuara di lambungku. Sperma yang dia keluarkan sangat banyak. Entah sudah berapa lama dia tidak ejakulasi. Mungkin sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Lagian siapa juga sih cewek yang mau nerima sperma dia? Beruntung banget pemulung ini akhirnya ada aku yang mau nerima spermanya. Selesai ejakulasi, dia masih terus berada di atas tubuhku. Dia tampaknya menikmati banget momen muncrat di mulutku itu. Barulah beberapa menit kemudian dia bangkit. Aku akhirnya bisa menghirup nafas segar. “Nikmat banget neng…” “Iya… kakek suka?” “Suka banget…. Tapi masih belum puas… hehehe” “Iya kakekku sayang… kakek boleh lanjutin lagi kok manja-manjaan sama Intan” “Pengen ngentot memek sih neng…” “Yeeee kakek… mulut Intan aja yang dientotin, memek Intan jangan, bandel ih kakek ini…” “Ayo dong neng… bentar aja… kebelet banget nih…” “Gak mau ah, sini-sini kontolnya, hihihi” ujarku meraih penis pemulung itu dengan cepat pakai mulutku biar dia gak ngebet terus. “Duh neng, mulutnya… ahhhh….” Dia langsung mengerang kenikmatan begitu penisnya aku kulum. Diapun kemudian berbaring santai, sedangkan aku sibuk memanjakan penisnya lagi. Pemulung tua itu pasti gak akan melupakan hari ini. Yang mana penisnya akan terus dimanjakan semalaman sama mahasiswi idola super cantik. Setelah sekitar 30 menit nyepongin penisnya, pemulung itu gak kuat untuk ejakulasi lagi. Tapi kali ini dia pengen muncrat di wajahku. Dia bilang udah lama punya fantasi pengen muncratin wajah cewek cantik pake sperma dia. Oke deh… aku turutin deh. “Crroooott… crrrooootttt… crroooottt….” Sperma kental mendarat dengan banyaknya di wajahku. Meski tadi udah orgasme, tapi spermanya masih tetap banyak juga. Mungkin karena nafsunya gak habis-habis padaku. Saking banyaknya, spermanya tidak hanya mengotori wajahku, tapi juga rambut hingga buah dadaku. Kental dan lengket banget! Penampilanku jadi makin berantakan. Aku yang udah basah kuyup oleh keringat, liur dan cairan vaginaku, kini jadi makin berantakan oleh sperma si pemulung. Aku kemudian menyeka sperma-sperma di wajahku pake jari tangan, terus menjilati jari-jariku itu sambil senyum-senyum padanya sampai semua sperma di wajahku habis. Aku gak nyangka kalau aku bisa senakal ini. “Neng Intan makin menggairahkan deh… makin pengen dientotin rasanya, hehehe” “Segitu pengennya ya kek? Kakek pengen obok-obok memek Intan pake kontol kakek ya?” godaku. “Iya neng, yuk neng ngentot” “Hmm… gesek-gesek aja ya kek pake kontol kakek… untuk kakek Intan bolehin deh… mumpung kakek adalah kakek Intan sendiri… tapi jangan sampai masuk, Intan masih perawan,” ujarku kemudian. Aku lalu mengambil posisi nungging di depannya. Aku berpegangan pada tepi ranjang. Aku dari tadi juga udah horni banget. Semoga dengan memekku digesekin kontol bisa membuat rasa horni itu berkurang >,< Pemulung itupun mendekat dan menempelkan penisnya ke belahan pantatku. Dia menggesekkan penisnya beberapa kali di sana, barulah kemudian dia selipkan di antara pahaku, tepat di bawah vaginaku. Aku jepit batang penisnya dengan pangkal pahaku. Pemulung itu lalu memegang pinggulku dan mulai menggenjot pangkal selangkanganku. “Argghhh… nikmat neng….” racau pemulung itu seketika. “Hihihi, nikmat kan kek? Serasa ngentotin memek Intan kan? Anggap aja iya, hihihi” “Iya neng, serasa ngentotin memek, hehehe” “Hihihi, nikmatin kakekku sayang… genjot Intan kek, semangat kek, genjot yang kuat… aaaahhhh” ujarku sambil mendesah horni. Jleb… jleb… “Kek….” Jleb… “Neng Intan…” Suasana semakin panas. Manja-manjaan kami sebagai kakek dan cucu semakin cabul dan mesum. Meski hanya berdua, tapi kamarku ramai dengan suara desahan dan raungan kenikmatan, berpadu dengan suara peraduan kelamin kami yang saling menggesek. Aku kemudian berkali-kali dibuat orgasme. Aku menjerit-jerit kencang setiap mencapai orgasmeku. Padahal hanya digesek-gesek saja, tapi nikmatnya luar biasa. Pemulung itu tentunya juga merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah cukup lama dia akhirnya muncrat lagi. Kali ini dia muncrat di sela-sela pahaku. Membuat bagian bawah tubuhku jadi belepotan oleh sperma kentalnya. Tanpa terasa malam sudah makin larut. Pemulung itupun beneran menginap di rumahku. Aku mandi dan membersihkan diri. Setelah itu aku memesan makanan secara online untuk kami berdua. Kami makan suap-suapan. Baik suapin makanan maupun minuman. Saat nyuapin minum bahkan dari mulut ke mulut. Pasti banyak banget cowok yang iri dengan pemulung tua ini. Mereka semua kalah telak, hihihi. “Lagi neng, kakek masih haus… Minum dari mulut neng Intan emang lebih nikmat, hehe” “Dasar kakek ini manja banget,” Akupun menyuapi air putih lagi padanya. Lagi dan lagi sampai dia puas. “Gantian kek, Intan pengen minum juga….” “Iya cucuku sayang… kakek gak mungkin lupa kok nyuapin cucu kakek yang cantik jelita ini, hehehe” balasnya menggombal. Aku tertawa kecil saja. Diapun melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan. Dia memasukkan air dulu ke mulutnya, barulah kemudian dia pindahkan ke mulutku. Namun air yang ku minum malah jadi gak karuan rasanya. Mulutnya bener-bener penuh bakteri sampai merubah rasa air jadi gak enak gini. Gak mau banyak-banyak deh aku minum dari mulutnya. Biar dia aja yang ketagihan minum dari mulutku >,< Setelah makan dan istirahat kami berencana lanjut mesra-mesraan lagi. Aku sudah memutuskan, kalau aku akan ngasih tubuhku secara total untuknya malam ini. Aku akan melayani nafsunya sepenuh hati! Aku akan membiarkan fantasi nakalku ini tersalurkan. Tentu dengan pengecualian tanpa bersetubuh. Tanggung memang kalau tanpa bersetubuh, tapi itu udah prinsip. Semoga aku bisa memegang prinsip tersebut. ….. ….. Saat ini aku dan pemulung itu sudah berada di kamar. Kami sudah berduaan di tempat tidur. Yang mana aku sudah cantik lagi karena udah mandi, sedangkan si kakek masih dekil karena gak mandi-mandi, hihihi. “Senang banget bisa tidur sama neng Intan… apalagi boleh mesumin neng Intan sepanjang malam di kamar neng Intan, hehe” “Iya kek… kakek bebas apain Intan di kamar Intan ini, eh, tapi jangan bilang kamar Intan dong… malam ini kamar Intan juga kamarnya kakek kok… hihihi” “Wahhh… neng Intan baik banget, makin nafsu kakek, hehehe” “Boleh banget kek kalau kakek nafsu sama Intan, tapi awas jangan dientotin! Kakek boleh perlakukan Intan lebih seenaknya lagi, puas-puasin deh Intan mau diapain aja sama kakek… asal jangan dientotin…” “Hehehe, oke deh neng” “Awhhh…. ” teriakku manja. Pemulung itu tiba-tiba langsung menghempaskan tubuhku ke tempat tidur. Aku lihat wajahnya, dia tampak begitu nafsu melihatku. Aku kemudian mengambil selimut dan menutupi tubuhku seadanya dengan gaya pura-pura takut, dianya malah makin gemas padaku, hihihi. “Ayo kek sini naik kalau berani… hajar Intan di tempat tidur, empuk lho tempat tidur Intan… Kakek udah gak tahan kan pengen mesumin Intan di tempat tidur Intan sendiri?” ajakku menggodanya sambil membuka selimutku isyarat mengajaknya gabung. Duh, nakal banget ya akunya. “Duh, sialan lah… Neng Intan nafsuin banget…” pemulung itu langsung menindih tubuhku yang langsung membuatku berteriak manja lagi. “Awwhh… kek... hihihi” Kamipun bergumul lagi. Aku dan pemulung itu lanjut berciuman dan saling gerepe di atas tempat tidurku sampai guling-gulingan. Tubuhku dijamah habis-habisan olehnya. Buah dadaku diremas-remas. Wajahku dijilati dan dicium terus olehnya karena saking gemasnya dia padaku. Sambil berciuman dia juga sering menumpahkan liurnya ke dalam mulutku. Rasanya emang gak enak banget, bau busuk, tapi semuanya tetap ku terima dan ku telan. “Ih, kakek hobi banget deh ngeludah ke mulut Intan…” ujarku. Saat ini aku sedang berbaring telentang ditindih olehnya. “Tapi neng Intan suka kan? hehehe….” “Iya… suka kok… kakek boleh meludah sepuasnya ke mulut Intan, badan dan wajah Intan juga boleh” jawabku manja. Mendengar perkataanku, membuat kakek itu kembali menggila meludah ke dalam mulutku. Dia meludahi mulutku bertubi-tubi. Aku yang juga udah terbawa horni hanya bisa pasrah saja, ku coba sebisa mungkin menelan setiap liur yang diberikannya padaku. Sebagian liurnya tumpah ke wajah dan leherku. Dalam waktu singkat aku udah seperti mandi liurnya pemulung. “Neng Intan tambah cantik deh kalau gini, hahaha” pujinya. Aku hanya tersenyum. “Gini aja deh neng, kakek bakal mandiin neng Intan pake liurnya kakek, tapi ntar mulut neng Intan kakek genjot habis-habisan pake kontol, gimana neng? hehe” tawarnya. Ada-ada aja dia ini, emangnya dia pikir aku ketagihan mulutku digenjot, hihi. Belum lagi dimandiin pake liurnya, wajahku penuh liurnya aja rasanya udah risih banget, apalagi kalau seluruh tubuhku, pasti tubuhku bakalan bau banget. Iuuuhhhh, gak kebayang deh betapa baunya. Tapi memikirkannya kok malah bikin aku tambah horni ya, ugh. “Hmm… boleh kek,” jawabku akhirnya mengiyakan. Dia tertawa kesenangan. Tanpa menunggu lagi, kakek itu langsung memulai aksinya. Wajahku kembali diciumi sambil dijilati. Sesekali dia meludahi wajahku, atau mulutku. “Gemes kakek neng, neng Intan cantik banget… cuiiihhh!!” ujarnya disertai ludahan ke keningku, lalu menjilati kening hingga pipiku sebelah kanan. Dia lakukan hal itu sekali lagi namun kini ke arah pipiku sebelah kiri. Dia lalu membuka mulutku dengan jarinya, lalu mengobok-obok isi mulutku dengan jari-jarinya lalu kemudian meludah di sana. “Jangan langsung ditelan neng, kumur-kumur dulu, hehehe” suruhnya. Akupun menuruti. Aku berkumur-kumur dengan ludahnya sambil berusaha tersenyum menatapnya. Dia yang gemas malah menghujani wajahku dengan liurnya lagi. Ampun deh sama pemulung ini, betul-betul suka banget ngeludahin wajahku. Wajahku yang biasanya selalu ku rawat dengan kosmetik-kosmetik mahal kini malah dikotori sama liur-liur penuh bakteri. Cukup lama dia bermain di wajahku, berkali-kali dia meludah baik di mulut maupun di mukaku. Setelah dia puas, pemulung itu lalu lanjut menjilati leherku kemudian turun ke buah dadaku. Buah dadaku juga cukup lama dinikmati olehnya. Putingku digigit-gigit dan ditarik-tarik olehnya. Sambil dia menikmati buah dadaku, akunya hanya bisa mendesah-desah keenakan sambil menggenggam kepalanya yang terbenam di buah dadaku. Nikmat sih rasanya buah dadaku dikenyot-kenyot pemulung itu, tapi mau sampai kapan sih? “Ayo kek buruan, keburu pagi ntar… masih banyak kan yang pengen kakek lakukan ke Intan?” “Hehehe, iya deh neng…” ujarnya menyeka mulutnya yang penuh liur. Diapun pindah ke bagian yang lain. Dia jilati tanganku, perut, hingga kakiku. Tapi dia sengaja menyisakan vaginaku terakhir. Dia tetap memandikanku dengan santai seakan ingin menikmati setiap inci tubuhku semaksimal mungkin. Sekitar setengah jam lamanya aku membiarkan tubuhku dibeginikan olehnya. Tubuhku kini sudah betul-betul basah oleh liurnya. Aku dapat mencium bau yang amat gak enak. Iuuhh. “Nah… sekarang tinggal memeknya deh, kita saling jilat kelamin aja ya neng… biar makin enak, lagian habis pipis tadi kontol kakek belum dicebok, cebokin pake mulut neng Intan aja ya, hehehe” ujar pemulung itu. “Ih jorok gak cebok, ya udah sini deh dicebokin pake mulut Intan” Pemulung itupun lalu memutar tubuhnya dan menindihku dari atas. Kepalaku bertemu penisnya sedangkan kepalanya bertemu vaginaku. Hap! Vaginaku langsung disosor oleh mulutnya dengan rakus. Aku juga langsung mengulum penisnya. “Ssshhhhh…ngggghhhhh” “Memek neng Intan sedaaap… nikmat banget…” “Nggmmhhh… ” Suara erangan penuh birahi memenuhi kamarku. Dia kini sudah gak sungkan lagi untuk menggenjot mulutku dengan kasar. Dia nyaris gak ngasih aku waktu untuk bernafas, terus-terusan membenamkan penisnya di mulutku. Saat dia menarik penisnya sedikit barulah aku bisa bernafas, tapi setelah menarik penis sedikit dia kembali menghentakkan penisnya dalam-dalam ke mulutku. Mulutku habis-habisan digenjot olehnya. “Ngmmmhh…… “ aku orgasme!! Dia yang tahu aku orgasme malah tertawa cekekehan. Meskipun dia menggenjot mulutku dengan kasar dan membuat aku kerepotan, tapi aku justru menyukainya. Ugh, sepertinya ada yang salah denganku >,< Setelah aku orgasme, dia masih terus menindihku dari atas dengan penis tegangnya yang masih terbenam di mulutku. Pemulung itu sendiri lagi asik menjilati cairan vaginaku yang keluar karena orgasmeku barusan. “Mantap memek neng Intan… sedap, hehehe” ujarnya. Ingin sekali aku balas mengatakan, “Iya kek.. habisin aja, semuanya untuk kakek kok… kakek boleh minum cairan memek Intan sepuas hati kakek deh,” tapi sayangnya mulutku masih tersumpal penisnya, jadi aku hanya mengatakannya dalam hati, hihihi. Saat pemulung itu menikmati cairan vaginaku, dia juga sambil memaju-mundurkan penisnya lagi di mulutku. Dia kembali menggenjot mulutku. Gerakan genjotan penisnya awalnya pelan karena pemulung itu menggenjot mulutku sambil menikmati memekku, tapi lama kelamaan genjotannya kembali kasar seperti tadi. Aku kembali dibuat kewalahan dan susah bernafas. Jleb..jleb… “Ahh… memeeeek” Plak..plak… slrruppp.. slrrpuuppp… Jleb.. jleb… Kembali yang terdengar setelah itu hanya suara erangan si pemulung yang berkata-kata kotor dan suara peraduan mulutku yang digenjot kasar oleh kelamin si pemulung. Tak butuh waktu lama hingga aku kembali dibuat orgasme. Ugh, bisa-bisanya aku dibikin orgasme berkali-kali karena mulutku digenjot kasar begini. Aku suka dikasarin. “Argghh… neng Intan cantik… mulutnya nikmat banget… enak banget entotin mulut neng Intan…” racau pemulung itu sambil terus menggenjot mulutku bertubi-tubi. Dia terus menggenjot sambil menikmati cairan vaginaku. “Nggmmmhhh….” Aku hanya bisa membalasnya dengan lenguhan manja, biar dia makin nafsu sama aku, biar dia makin menggila genjotin mulutku. Aku rela mulutku digenjot habis-habisan sama pemulung ini, asal jangan vaginaku aja. Akhirnya kamipun terus saling menikmati kelamin satu sama lain dengan mulut. Kami berguling-gulingan di atas tempat tidurku, tapi paling sering aku yang berada di bawah dihimpit olehnya yang sibuk menggenjot mulutku dengan kasar. Berkali-kali aku dibuat orgasme, sehingga pemulung itu bisa terus menikmati cairan vaginaku yang katanya amat manis itu. Aku dapat merasakan selangkanganku amat basah karena cairan vaginaku dan juga lendir-lendir liur si pemulung. Bahkan sprei tempat tidurku juga sudah basah dan berbau campur aduk, antara bau wangi cairan vaginaku dan bau busuk liur pemulung itu. Wajahku juga dibuat makin basah karena liurku sendiri karena mulutku terus dipompa oleh penis si pemulung. Akhirnya setelah cukup lama pemulung itu bangkit. Aku juga langsung duduk. Aku gunakan kesempatan itu untuk mengambil udara segar setelah sedari tadi menghirup bau busuk selangkangan pemulung tua mesum itu. Aku lihat bayangan diriku di cermin. Sungguh berantakan banget! Wajahku terlihat memerah basah oleh keringat dan liur, rambutku juga berantakan dan lepek. Tapi kayaknya penampilanku itu makin membuatku makin seksi menggairahkan di depan pemulung, dia langsung menyosorku lagi dengan ciuman-ciumannya karena gemas. “Neng Intan… kakek pengen gesek-gesek memek neng Intan lagi nih…” pinta si pemulung itu setelah melepaskan ciumannya. Hidung kami bertemu, pipi kami saling menggesek. Aku dapat merasakan nafas baunya yang berhembus di depan wajahku. “Iya kek… boleh kok… kakek boleh gesekin kontol kakek ke memek Intan… Cuma kakek aja yang boleh gesek-gesek di memek Intan, kontol lain gak boleh... memek Intan hanya untuk kakek seorang kok” jawabku sambil memasang senyum semanis mungkin biar dia makin bergairah kepadaku. Tanpa menunggu lagi, pemulung itu langsung menyuruhku menungging di atas kasur. “Nungging neng, kakek pengen gesek dari belakang…” “Iya kek” jawabku yang langsung kuturuti. Aku menungging membelakanginya. Aku lirik ke belakang dan tersenyum padanya. Aku juga menggodanya dengan menggerakkan pinggulku ke kiri dan ke kanan, hihihi. “Ayo kek entotin memek Intan, Intan udah gak sabar digenjot kakek lagi… memek Intan milik kakek…” ujarku mendesah nakal. Pemulung yang makin nafsu itu kemudian langsung mengambil posisi di belakangku. Dia memegang pinggangku, lalu penisnya mulai diselipkan di antara pangkal pahaku, tepat di bawah permukaan vaginaku. Diapun mulai menggejot. Aku dan pemulung itu kembali mempraktekan gaya bersetubuh, kalau oranglain melihat bakalan seperti aku dan dia ngentot beneran dengan posisi dogy, padahal sebenarnya hanya gesek-gesek doang, hihihi. Tapi kok aku mau-maunya sih saling gesek kelamin dengan pemulung dekil entah berantah gini!? Ntar kalau beneran dia masukin gimana coba? Ah, biarin aja deh, yang penting seru. Asalkan dia gak beneran entotin aku aja, hihihi. “Enak kek? Gesek aja memek Intan sesuka hati kakek…” ujarku manja. “Iya neng… Duh, paha neng Intan mulus banget, lembut, putih… enak banget” racaunya dengan nafas memburu saking nafsunya. Dia memeluk pinggangku makin erat. Genjotan pemulung itu makin kencang aja memaju-mundurkan penisnya di pangkal pahaku. Batang penisnya menggesek permukaan vaginaku dengan sangat cepat seakan beneran menggenjot vaginaku. Genjot genjot genjot, dia terus menggenjotku dengan cepat. Aku semakin kerepotan. Tanganku makin berat menahan tubuhku dan juga tubuh si pemulung yang bertumpu pada pinggulku. Aku terengah-engah terpelanting depan belakang karena genjotan beringas si pemulung. Meski tubuhnya kecil, tapi kalau lagi nafsu tenaganya besar juga. “Ngghhh…. Kek…. Intan… Intan… Intan sampaaaiiii… aaahhhhhh” teriakku bersamaan dengan orgasme yang melanda. Lagi-lagi aku dibuat orgasme meski tanpa bersenggama. Bahkan cairan vaginaku muncrat dengan banyaknya. Pangkal pahaku jadi makin basah, jatuh hingga ke lutut dan membasahi sprei tempat tidurku. “Ngghh… kek…” Jleb.. jleb.. jleb… Meski aku baru saja orgasme, tapi pemulung itu justru makin mempercepat genjotannya pada pangkal pahaku. Sepertinya suara desahanku waktu orgasme tadi bikin dia makin nafsu. Akhirnya tanganku tidak bisa menahan tubuhku lagi, tubuhku tersungkur di kasur, namun pantatku masih tertungging ke atas dan masih terus digesek sama si pemulung. “Arrghhh… memek neng Intan” “Shhh… aahhh… kek…” Jleb..jleb…jleb… Sprei tempat tidurku makin jadi berantakan, ranjangku berderit kencang. Suara desahanku dan erangan si kakek pemulung memenuhi isi kamar. Betul-betul heboh pokoknya! Meski takut beneran dientotin, tapi seru banget mesum-mesuman berdua sama pemulung ini, hihihi. Akhirnya akupun dibikin orgasme lagi. Ya ampun, aku gampang orgasmenya. Aku kembali tersungkur lemas tengkurap di bawahnya. “Enak neng digesek memeknya?” tanya si pemulung cengengesan berbisik ke telingaku. Dia masih menindihku. Pemulung itu seakan bangga banget udah bikin aku orgasme berkali-kali. “Enak kek…” “Suka ya kakek gesekin kasar-kasar gitu?” tanyanya lagi. Aku kemudian memutar tubuhku sehingga aku dan pemulung itu berhadap-hadapan, lalu kucium mulutnya dengan lembut. Tanganku memeluk lehernya dengan manja. Lalu aku tersenyum manis. “Suka… kakek gemas banget ya sama Intan? Sampai kasar gitu mainin tubuh Intan…” godaku senyum-senyum sambil aku gesek-gesekin hidungku ke hidungnya. Makin gemes deh dia, hihihi. “Iya, neng Intan betul-betul gemesin, bikin kakek nafsu banget…. Hehehe” jawabnya yang kemudian mencium bibirku. Aku terima ciumannya dan kamipun saling membelit lidah. “Intan senang kalau kakek nafsu banget ke Intan… jangan sungkan-sungkan ya kek perlakukan Intan sesuka hati kakek di kamar ini… Seperti yang Intan bilang tadi, kamar Intan dan segala isinya milik kakek kok, termasuk yang punya kamar” ujarku senyum-senyum lalu mencium bibirnya. Kami saling belit lidah lagi. Dia menikmati banget momen berciuman denganku, dia menciumku sambil gesek-gesekin tubuhnya yang bau sampah itu ke tubuhku. Penisnya juga nyelip di pangkal pahaku, aku bantu dengan menjepitkan pahaku. Setelah cukup lama berciuman dia lalu berhenti. “Sekarang neng Intan yang di atas ya...” suruhnya yang langsung berbaring di sebelahku. Aku yang tahu maksudnya lalu bangkit duduk di sebelahnya yang sedang berbaring. “Ih, tegang banget sih….” ujarku sambil mengocok-ngocok penisnya. “Gede ya neng? Hehe” “Banget kek…kalau masuk ke memek Intan pasti penuh banget… hihihi” “Pengen coba neng?” “Coba gak yah…” godaku. “Coba aja neng… pasti neng Intan ketagihan, kalau udah coba neng Intan pasti nanti bakal ngemis-ngemis kakek kontolin terus, hahaha” “Ish, kakek mesum!” ujarku sambil terus mengocok penis tegangnya. Aku lalu menundukkan kepala, sambil menyibak rambutku aku lalu mengulum penisnya. “Duh, cantiknya neng Intan… hehe” ujarnya, aku hanya balas dengan meliriknya sambil tersenyum. Aku sepertinya sudah terbiasa dengan bau selangkangannya yang tidak sedap. Sambil penisnya dikulum olehku, tanganya sibuk membelai-belai kepalaku dan memilin rambutku. Wajahku kadang dibelainya. Pemulung itu pasti bangga dan bahagia banget saat ini, hihihi. “Yuk kek kita gesek-gesek lagi, hihihi” ujarku kemudian. “Yuk neng… kakek udah gak tahan nih… hehe” “Intan juga kek, udah gak tahan juga gesek-gesekan kelamin sama kakek… lagi” jawabku. Aku kecup bibirnya sambil terus mengocok penisnya. Aku lalu naik ke atas tubuhnya sambil terus menggenggam penisnya. Aku berlutut dengan memposisikan penis pemulung itu tepat di bawah vaginaku. Aku lalu menowel-nowel penisnya ke vaginaku sampai kepala penisnya nyaris masuk. Aku berlagak selacur mungkin biar dia makin gemas. “Ups, salah… gak boleh dimasukin, bisa lepas perawan Intan nanti, hihihi” ucapku kemudian. “Argh.. sialan neng Intan ini, bikin gregetan aja…” ujarnya. “Hihihihi” aku tertawa cekikikan. Penis si pemulung itu kemudian kurebahkan di atas perutnya, barulah aku duduk di atas penisnya. Penisnya dan vaginaku berhimpitan, tapi gak masuk karena posisi penisnya yang melintang di bawah vaginaku. “Nikmatin ya kakek sayang…” ujarku mulai menggoyangkan pinggulku maju mundur. Vaginaku dan penis pemulung itu mulai bergesekan. Yang mana kali ini aku yang aktif sedangkan dia hanya berbaring menikmati. Tanganku berada di dadanya. Sedangkan tangannya hinggap di pahaku dan menikmati mulusnya paha putihku yang bergoyang maju mundur di atas penisnya. “Sshhhhh….” Jleb jleb jleb… “Nghhh… aahhhhh…” biar dia makin horni akupun mendesah-desah dengan nakal. Tapi akunya juga horni sih makanya mendesah-desah gitu, hihihi. Aku terus menggerakkan pinggulku maju mundur, terus menggesekkan vaginaku di atas penisnya dengan telaten. Aku tersenyum dan mendesah. Berusaha semaksimal mungkin agar dia senang dan makin nafsu. Tangan pemulung itu tidak selalu di pahaku, kadang tangannya hinggap di buah dadaku, memilin dan meremas buah dadaku. Pernah juga aku dan pemulung itu saling bergenggaman tangan. Waktu saling berpegangan tangan gini kesannya jadi makin erotis deh, hihihi. Aku horni melihat bayangan diriku di cermin bersama pemulung ini. Jleb jleb jleb jleb… “Ahhhhh… ahh….. ahhh….” Aku mendesah-desah horni. Goyangan pinggulku makin kencang. Aku rasa sebentar lagi aku bakalan sampai lagi. Aku lalu merebahkan tubuhku ke depan sehingga tubuhku menghimpit tubuhnya. Buah dadaku menggencet mukanya. Dia gunakan kesempatan itu untuk menjilati buah dadaku. Dia menikmati payudaraku sambil kelamin kami bergesekan. Tangannya memeluk tubuhku, aku juga memeluk kepalanya. Kami menempel erat, kelamin kami bergesekan hebat. Ranjangku berderit kencang. Jleb jleb… “Ngmmhhh….. nggmmmmhhhhhh… aahhhhh.. Intan sampaaaiiiii” aku orgasme lagi. Aku berteriak kencang. Nikmatnya sungguh luar biasa. Vaginaku makin sensitif aja gara-gara berkali-kali orgasme dari tadi. Bersamaan dengan itu pemulung itu juga mencapai klimaksnya. Dia memintaku untuk duduk bersimpuh, lalu diapun memasukan penisnya dalam mulutku dan ejakulasi di sana. Kembali aku dibuat menelan spermanya. Setelah sama-sama orgasme, kami beristirahat sejenak. Aku mengecek chat dan pesan yang masuk ke hapeku. Seharian ini aku gak ada ngecek hape sama sekali karena asik mesum-mesuman sepanjang hari. Pemulung itu sendiri lagi merokok di sebelahku. Meski aku benci asap rokok, tapi demi dia aku tahan deh. Setelah selesai ngecek pesan-pesan masuk, aku letakkan hapeku ke atas meja di samping tempat tidur, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku untuk gosok gigi, biar mulutku gak bau peju lagi, jadi pemulung mesum itu bisa menikmati mulutku yang udah fresh lagi, hihihi. Setelah kembali dari kamar mandi aku langsung memeluk manja si kakek pemulung. “Peju kakek banyak banget lho tadi…. Susah Intan nelannya” kataku bergayutan manja di bahunya. Meski udah berkali-kali orgasme, tapi kakek itu masih bisa ngeluarin peju yang banyak. “Hehehe, gimana rasanya neng? Enak kan?” “Enak kok…” jawabku berbohong, padahal rasanya pengen muntah. “Neng Intan pengen peju kakek lagi?” “Iya kek… Intan suka peju kakek” “Oke neng, kakek bakal kasih neng Intan peju yang banyak, sampai pagi kakek akan pejuin neng Intan terus, hehehe” “Hihihi… Makasih sayangku…” ujarku mengecup pipinya manja dan mengocok penisnya pake tangan. “Intan senang dipejuin terus sama kakek… Intan suka sama kontol kakek yang keras” tambahku sambil mendesah. Dengan gaya nakal, aku ambil rokok dari mulutnya, mematikan rokok tersebut lalu aku buang jauh-jauh. Aku kemudian merebahkan tubuh pemulung itu dan naik ke tubuhnya. Dia langsung memeluk tubuhku. Aku balas dengan merangkul kepalanya dan mengajaknya berciuman sambil menggesek-gesekkan tubuhku ke tubuh si kakek pemulung. Payudaraku yang putih kenyal bergesekan dengan dadanya yang hitam berbulu. Batang penisnya juga bergesekan dengan pangkal pahaku. Aku suka melakukan hal seerotis ini bersama pemulung mesum ini, hihihi. “Neng Intan benar-benar nafsuin… kakek senang banget…” ujarnya. Tentu aja dia senang karena aku emang semaksimal mungkin muasin dia, hihi. “Hihihi, iya… keluarin lidahnya kek…” pintaku. Kakek pemulung langsung menuruti. Lidahnya yang terjulur itu kemudian aku kulum. Aku dapat mencium bau asap rokok yang begitu pekat. Tapi aku santai saja dan menikmati memainkan lidahnya dengan mulutku. Tetap riang dan manja, bahkan tertawa-tawa melakukan aksi mesum ini. Dia yang gemas akhirnya tidak tahan pengen nyelipkan penisnya lagi. “Kakek pengen gesekin kontol lagi neng…” “Iya kek boleh…” jawabku masih menggesek-gesekkan tubuhku. Aku kecup bibirnya. “Tapi kakek pengen gesekin di susu neng Intan dulu deh… gemas banget sama susu neng Intan yang putih kenyal… dari tadi susu neng Intan gesek-gesekin dada kakek terus, jadi gak tahan, hehehe” ujarnya. Aku justru makin menekan-nekan buah dadaku agar makin tergencet ke dadanya, lalu aku gesekin dengan cepat, hihihi. “Arghh, neng Intan… nikmat neng….” Erangnya kenikmatan, aku tertawa cekikikan. “Neng Intan nakal ya… kakek hajar abis-abisan ntar….” Sambungnya. Aku masih terus menggesekkan payudaraku, kadang sampai naik ke wajahnya dan membenamkan buah dadaku. Pemulung tua itu tentu saja senang banget wajahnya ditindih oleh buah dadaku yang putih kenyal berisi. Mulutnya sampai megap-megap berusaha meraih puting susuku untuk dikulum. Setelah beberapa saat memainkan buah dadaku di wajah dan dadanya, dia yang gemas kemudian membalikkan tubuhku sehingga kini aku yang ada di bawahnya. Dengan kasar dia tampar wajahku pakai penisnya. Ugh, ditampar pakai penis yang tegang ternyata sakit juga. “Karena neng Intan nakal jadi harus dihukum” katanya sambil terus menamparkan penisnya ke wajahku. “Awhhh…. Kek… hihihihi” Aku hanya berteriak-teriak manja sambil cekikikan. Terang aja pemulung itu makin nafsu padaku. Dia kemudian mengambil bh yang aku kenakan tadi dan mengikat tanganku menggunakan bh itu. Celana dalamku tadi dia sarungkan ke kepalaku sehingga wajahku tertutup celana dalamku sendiri kayak pakai topeng. Ya ampun, ada-ada aja dia ini karena saking gemasnya padaku, hihihi. Sesaat kemudian aku merasakan buah dadaku ditempel oleh batang yang keras dan hangat. Pemulung yang udah nafsu berat itu langsung menggesekkan penisnya di antara buah dadaku. Dia menyetubuhi payudaraku. “Kenyal banget…. Putih… mulus susunya… argghhh…” racau pemulung itu. “Shhhh… kek…. Susu Intan milik kakek.. ” Akupun ikutan mendesah. “Arrghh… Nikmat banget neng… kakek bisa cepat muncrat nih kalau ngocok kontol di susu neng Intan… hehehe” ujarnya sambil terus menggenjot. Aku hanya bisa pasrah membiarkan buah dadaku diperlakukan amat cabul oleh pemulung ini karena tanganku terikat. “Ughh… susu…..” Pemulung itu menggenjot dan terus menggenjot buah dadaku dengan batang penisnya sambil meracau keenakan. Kadang dia menggenjot terlalu jauh hingga ujung penisnya sampai ke dekat mulutku, langsung aja deh aku keluarkan lidah untuk menjilatnya. Kadang puting buah dadaku juga digeseknya pakai ujung penisnya. Pokoknya buah dadaku habis dimesumin sesuka hati oleh pemulung itu, dan aku suka diperlakukan mesum olehnya. Si kakek pemulung itu juga tampak begitu nafsu. Dia sepertinya tidak kuat menahan nikmatnya jepitan buah dadaku yang putih mulus dan kenyal pada batang penisnya. Tak lama kemudian dia mengerang berkata pengen muncrat. “Kakek pengen muncrat neng… argghhhh” erangnya. Aku tertawa dalam hati, sepertinya buah dadaku emang terlalu nikmat baginya sampai dia jadi pengen cepat muncrat gitu. Lagian gesek-gesek penis ke buah dada itu emang erotis banget, hihihi. Saat akan muncrat, aku pikir pemulung itu akan muncrat ke buah dadaku atau langsung menembakkannya ke dalam mulutku, tapi ternyata dia mengambil celana dalamku yang lain yang memang ada di atas tempat tidur dan muncrat di sana. Aku melihat bagaimana celana dalam kesayanganku itu jadi kotor diceceri oleh peju pemulung yang amat banyak. Gak kalah banyaknya kayak yang tadi. “Kakek kok muncratnya di celana dalam Intan ya?” tanyaku bingung. Dia tidak langsung menjawab, malah nambah mengotori celana dalamku itu dengan ludah-ludahnya. “Untuk ini neng, hehehe” dengan cengengesan dia lalu menyumpal mulutku dengan celana dalam itu! “Ngmmhhh!!!” Aku langsung berteriak namun tertahan oleh celana dalamku. Betul-betul mesum dia ini. Ternyata untuk ini dia muncrat dan meludah ke celana dalamku. Mulutku sekarang jadi penuh karena tersumpal celana dalamku sendiri yang berlumuran peju dan liur si kakek pemulung. Ugh… Aku betul-betul dibuat berantakan. Yang mana tanganku terikat oleh bh, kepalaku memakai celana dalam, dan juga mulutku disumpal celana dalam yang penuh cairan menjijikkan dan bau. Dengan keadaanku yang seperti itu pemulung itu kembali menindih tubuhku dan menggenjot buah dadaku. Dia mengerang-erang keenakan menggesekkan penisnya ke buah dadaku. Aku juga keenakan kok, soalnya seru. Baru kali ini aku dibeginiin, hihihi. Jleb… jleb… jleb… buah dadaku terus digenjot. Jleb.. jleb… Terus digenjot, makin lama gesekannya makin kencang. Dia beneran duduk di dadaku sambil menggesek kelaminnya di tempat yang tidak sepantasnya dia gesek. Pemulung seperti dia mana pantas sebenarnya untuk gesekin kontolnya di payudaraku. “Arrghhh… neng Intan…” Jleb… jleb.. “Ngghhhhhh” Crrooott…. Crroooottt… ccrroooottt…. “Kakek muncrat neng…. Argghh…. Neng Intaniiiiii” Tidak butuh waktu lama hingga pemulung itu kembali muncrat. Kali ini dia muncrat di buah dadaku. Pejunya tetap banyak seperti biasa. Buah dadaku yang putih terawat kini jadi berlumuran air “Nikmat banget neng… gila… neng Intan benar-benar nafsuin…” ujarnya kemudian membuka sumpalan di mulutku. “Gimana neng? Asik kan? hehehe” “Ish.. dasar mesum kakek ini” ujarku mencubit manja tangannya. “Tapi neng Intan suka kan dimesumin, hehehe” balasnya sambil nampar-nampar mukanya pakai penisnya lagi. Dia lalu memasukkan penisnya ke mulutku. Aku yang mengerti lalu mengulum penisnya, untuk membersihkan ujung penisnya dari sisa peju yang menggantung. “Senang banget kakek bisa mesum-mesuman terus sama neng Intan kayak gini sampai pagi, hehehe” “Hihihi, senang banget ya kek?” “Iya neng… beruntung banget kakek…” “Kalau gitu manfaatin ya kek… jangan sungkan-sungkan perlakukan Intan sesuka hati kakek, hihihi” “Siap neng, hahahahahaha” Setelah istirahat, kami kemudian melanjutkannya lagi. Sama seperti tadi, mesum-mesuman tanpa bersetubuh. Paling jauh hanya saling menggesekkan kelamin saja, atau membolehkan dia menyetubuhi mulutku. Pokoknya aku menyerahkan tubuhku untuk muasin nafsu pemulung ini. Sesekali aku mengambil foto selfie kami berdua untuk kenang-kenangan. Hingga akhirnya kamipun mengantuk dan tertidur. Aku tidur bugil bersama seorang pemulung di kamarku! Sungguh beruntung pemulung itu bisa tidur nyaman bersamaku. Ahh… Sungguh gila apa yang sudah terjadi hari ini. Aku yang sebelum ini gak pernah bugil di depan cowok, kini bugil di depan seorang pemulung tua mesum. Aku bahkan manja-manjaan dengannya layaknya bermanjaan dengan seorang pacar atau suami. Aku membiarkan tubuhku dinikmati olehnya sesuka hatinya. Aku sampai bersedia menelan pejunya hingga membolehkan dia menggesekkan penisnya di vagina perawanku. Sumpah gila banget. Kelakuanku kelewat batas. Aku yang kelewat horni sampai-sampai nurutin fantasi nakalku yang gak seharusnya dijadikan kenyataan. Tapi aku menikmatinya. Aku tidak menyesal melakukan hal itu. Sensasi yang aku alami begitu luar biasa. Ditambah dengan sensasi deg-degkan takut kehilangan keperawanan. Untung aja beneran gak sampai terjadi persetubuhan, hihihi. Tapi sepertinya udah cukup. Gak boleh diterusin lagi. Bisa-bisa nanti keblablasan. Wujudkan fantasi nakalku cukup sampai di sana aja.
Besok paginya setelah kami bangun, sebenarnya pemulung itu pengen mengajak aku mesra-mesraan lagi, namun aku tolak karena aku harus pergi ke kampus. Lagian seperti yang aku katakan tadi. Udah cukup dan gak boleh diterusin lagi. Sebagai perpisahan aku dan pemulung itu hanya mandi bareng aja, tapi aku melarang dia berbuat yang mesum-mesum padaku selama mandi. Aku kemudian juga ngasih dia duit sebelum dia pergi.

Akhirnya diapun harus pergi. Aku juga sudah selesai berpakaian dan siap-siap pergi ke kampus. Kami keluar bersamaan dari rumah. Tapi saat aku hendak membuka pagar, teman cowokku yang bernama Andra itu muncul.

“Andra? Lo kok di sini?”

“Kan katanya hari ini gue boleh jemput lo… Lo udah setuju gue anterin kan kemaren?”

“Ohhh… iya-iya… hehe, gue lupa… maaf ya…”

“Oke gak papa, tapi dia siapa Ntan? Kok ada di rumah Lo?” ujar Andra menunjuk ke arah pemulung itu.

“Eh, i..itu… dia cuma mau ambil barang-barang bekas kok... dia cuma pemulung… lo mikirin apa coba??” jawabku balik bertanya.

“Eh, nggak… Ya udah kalau gitu… yuk kita pergi, ntar terlambat”

“Oke… Yuk”

Hufh… untung saja perbuatanku dengan pemulung ini tidak ketahuan. Kalau ketahuan aku bisa malu setengah mati. Yang pemulung itu dapatkan tentunya lebih dari sekedar barang-barang bekas. Apa yang baru saja terjadi, cukup aku dan pemulung itu aja yang tahu.

Sebelum aku masuk ke mobil, pemulung itu melambaikan tangannya padaku dari jauh. Aku tersenyum kecil. Pemulung itu menang telak dari cowok yang sedang mendekatiku ini. Andra yang mati-matian mengejarku selama ini bahkan belum dapat apa-apa dariku, tapi pemulung tua yang baru ku kenal itu malah berhasil nikmatin tubuhku satu malam penuh! Aku nakal banget! Parah deh pokoknya perbuatanku semalam. Semoga gak ada kesempatan untuk ngulangin kegilaan ini lagi. Semoga aku gak melakukan kenakalan seperti ini lagi atau bahkan yang lebih parah. Semoga aku bisa menjaga agar fantasi tetaplah menjadi fantasi. Semoga fantasi nakalku yang lain gak sampai terealisasikan juga, cukup satu ini aja. Hmm… tapi, gak tahu juga deh, hihihi.

Lagi asik-asiknya merenung, Andra tiba-tiba mengatakan hal yang gak penting.

“Seandainya lo bisa jadi pacar gue… Intan, lo mau gak jadi pacar gue?”

“Itu cuma fantasi lo!!”