Share Istri Mungil

By Lucy Monday, July 1, 2019
Aku memeluk Putri, istriku, dari belakang, mendekapnya erat dengan mesra seolah-olah malam itu adalah malam pertama bagi kami. Tidak salah juga kalau malam itu adalah malam pertama untuk kami berdua karena untuk pertama kalinya akan ada pria lain yang bergabung dengan kami. Toni, pria yang kami kenal melalui jejaring sosial beberapa bulan sebelum, duduk dihadapan kami berdua, melihat tubuh Putri dengan tatapannya yang penuh dengan nafsu. Menyadari bagaimana Toni menatap Putri dengan penuh nafsu, aku mulai menggerayangi tubuh istriku tersebut dengan kedua tanganku sementara bibirku berkali kali mengecup leher dan pundaknya. Aku dapat merasakan kecanggungan istriku, "Sayang santai saja" ujarku sedikit berbisik sambil terus meraba tubuhnya. Aku memberi tanda kepada Toni untuk menunggu, memintanya untuk menahan birahinya untuk sementara agar Putri tidak kaget dan justru menarik diri. Tubuh Putri dibalut blus putih dan rok hitam selutut, masih sangat seksi untuk umurnya yang telah berkepala tiga untuk 3 tahun, tubuh yang membuatku bangga untuk sekadar memamerkannya hingga saat ini dan membuatku menginginkan lebih dan lebih.



Perlahan tapi pasti aku merasakan nafas Putri memburu, merasakan dadanya turun dan naik semakin cepat seiring dengan desahan lembutnya. Tangan istriku sempat menahan tanganku ketika kancing pertama blusnya kulepas, menggenggam erat pergelangan tanganku untuk beberapa detik sebelum kata-kata lembutku membuatnya membebaskan tanganku. Satu persatu kancingnya terlepas hingga akhirnya blus putih tersebut terbebas darinya, mempertontonkan kulit putih istriku kepada pria lain. Tak lama, rok hitam istriku menyusul blus putihnya, tergeletak tak berdaya di lantai sementara pemiliknya berdiri dengan tubuh nyaris telanjang jika tidak karena pakaian dalam satin hitamnya. Aku memberi tanda kepada Toni untuk mendekat, mengetahui istriku telah terbebas dari keraguannya walaupun aku tetap harus meyakinkannya. Aku terus mengecup leher istriku, "Putri sayang... nikmati saja" kataku perlahan, "Aku sayang kamu" terus menerus kubisikan padanya sementara Toni telah menempelkan bibirnya pada dada istriku. Bra Putri tidak bertahan lama setelah kulepas kaitnya, mengizinkan bibir Toni untuk menyentuh puting Putri dan mengulumnya yang menyebabkan erangan perlahan keluar dari bibit istriku tersebut. Kulitku dan Toni membuat Putri tampak lebih pucat. Kugenggam tangan Putri, menatap matanya yang gelam dan mengangguk perlahan seolah berkata aku mengizinkannya dan menikmatinya tanpa sepatah katapun keluar dari mulutku.

Aku tidak dapat menggambarkan perasaanku saat itu, perasaan cemburu yang tercampur dengan kegembiraan yang aneh, perasaan menginginkan lebih. Aku menarik tubuh Putri dengan perasaan yang bercampur aduk tersebut, bukan untuk memisahkannya dari Toni tetapi untuk membawa istriku ke tempat yang seharusnya. Aku melepas baju yang membalut tubuhku sambil meminta Toni untuk melakukan hal yang sama. Aku membimbing istriku untuk merebahkan dirinya di ranjang sementara aku duduk disebelahnya diikuti dengan Toni yang duduk dekat dengan kakinya. Aku menyadari kembali kecanggungan pada wajah Putri, melihat ekspresinya ketika untuk pertama kali dia berada diatas ranjang bersama dua pria telanjang dengan kontol yang telah menegang keras. Aku menolehkan wajah istriku kepadaku, "Sayang, lihat aku saja... jangan takut" Kataku kepadanya sambil menggenggam tangannya sementara Toni mendekat kepadanya. "Aku sayang kamu" kembali aku berkata kepadanya ketika Toni sekali lagi menempelkan bibirnya ke puting istriku. Istriku menatapku dengan pandangan matanya yang sayu, terjebak antara kecanggungan bahwa ada pria lain yang sedang menikmati tubuhnya dan kenyataan bahwa suaminya sedang menatapnya dengan lembut. Ekspresi Putri dengan pandangan matanya yang sayu mengingatkanku pada saat aku mengambil keperawanannya belasan tahun yang lalu. Tatapan tersebut membuatku menegang lebih keras, mengeluarkan sedikit air mani yang menyadarkanku bahwa aku memang menikmati... sangat menikmatinya.

Tangan Putri menggenggam tanganku lebih erat ketika Toni menelurusi tubuh istriku dengan lidah dan bibirnya, terus menelusuri hingga Toni pada akhirnya mengecup pangkal paha istriku. Aku mendekatkan wajahku ke wajah istriku, menatap matanya dalam dalam dan mengecup bibirnya dengan lembut untuk mengalihkan perhatiannya saat Toni dengan perlahan tapi pasti membebaskannya dari celana dalamnya. Aku melihat bagaimana Toni melebarkan kedua kaki Putri sebelum membenamkan wajahnya diantara kedua paha istriku, tindakan yang diiringi dengan desahan istriku yang bahkan bibirku tak dapat menahannya. Desahan istriku semakin menjadi-jadi dan nafas memburunya yang hangat terus menerus membelai wajahku saat Toni dengan rakusnya menjilat memek istriku, menikmati saat pria lain terus menerus mengusap daerah pribadi istriku dengan lidahnya. Aku terus menatap mata istriku, menatapnya dengan penuh kasih sayang yang tercampur aduk dengan nafsu dan kesenangan sementara ia menggerakan pinggulnya mengikuti irama lidah Toni. Menit demi menit berlalu tanpa kami sadari, terlarut dalam sensasi baru ini hingga akhirnya erangan tertahan Putri menyadarkan kami. Tubuh Putri mengejang pendek beberapa kali sementara Toni terus menyapukan lidahnya ke memek dan klitoris istriku, memberi tahu kami bahwa Putri mencapai orgasmenya. Kenyataan bahwa istriku telah mencapai orgasme pertamanya dengan pria lain tertanam pada ingatanku, secara aneh membuatku senang. Kami hentikan gerakan kami sementara, membiarkan Putri melayang dalam puncak kenikmatan hingga akhirnya Putri kembali tersenyum kepadaku.

Saat yang secara pribadi aku nantikan telah tiba ketika Toni, sesuai dengan aturan yang telah kita tentukan, mulai memasang kondom pada kontolnya yang menegang sempurna. Mataku bergantian melihat mata Putri, mencoba menenangkannya walaupun tampaknya sudah tidak perlu, dan melihat bagaimana Toni mengarahkan kontolnya ke memek istriku. "Sa...yaang... nggh..." kata-kata yang keluar dari bibir mungil Putri, tidak jelas apakah untuk memanggilku untuk memintaku terus bersamanya atau hanya erangan tak terkontrol saat kontol Toni tanpa kesulitan menerobos masuk ke dalam memeknya. Putri menggenggam tanganku lebih erat ketika, berusaha mengambil nafas panjang namun tertahan oleh erangannya saat batang kontol pria lain menghuni memeknya. Putri hanya dapat mengerang lebih kencang dan menggelengkan kepalanya dengan tak teratur ketika Toni mulai memompa memek istriku dengan batang kontol yang gelap dan berurap. Tanpa sadar, aku berusaha mengimbangi Toni dengan caraku sendiri. Aku mengangkat tubuhku, memiringkan tubuh istriku dan mendekatkan batang kejantananku ke bibirnya. Seperti kesetanan, Putri menggenggam kontolku dengan tangan kanannya dan langsung memasukkan kepala kontolku ke dalam mulutnya.

Aku menggerakkan pinggulku maju dan mundur, mengikuti kocokan tangan istriku, anggukan kepalanya serta hisapan yang kencang dari bibirnya sementara tubuhnya terus terguncang-guncang oleh kerasnya Toni memompa kontolnya keluar dan masuk memek istriku. Aku hampir tidak dapat mempercayai penglihatanku jika saja sensasi kenikmatan tidak terus menerus menghantam diriku. Slep... slerp... slep... slerp terus menerus bergema dalam ruangan bersama-sama dengan erangan kami bertiga, melupakan kenyataan dan terus menerus merenggut kenikmatan yang seolah tanpa habis. Gerakan kami bagaikan terkoreografi seolah itu bukan pengalaman kami yang pertama, bergerak mengikuti naluri liar kami. Tidak terpikirkan oleh kami untuk berpindah posisi, kami hanya terus bergerak maju dan mundur, berbagi kenikmatan antara aku, istriku dan pria lain yang kontolnya terus menghujam memek istriku. Aku dapat merasakan kontolku berkedut kencang seolah-olah berteriak kencang meminta lagi dan lagi dari hisapan bibir istriku sebagaimana kaki istriku yang kembali bergetar hebat seolah hendak memberi tahu kami untuk terus dan terus menghujam dia dengan kontol kami. Pada akhirnya, tidak ada yang dapat dilakukan Putri kecuali bergetar and menggelinjang hebat ketika orgasme keduanya menghajar dirinya tanpa ampun. Badan istriku mengejang kencang sementara bibirnya terus menerus menghisap kontolku kuat kuat, tidak ada lagi anggukan kepala atau kocokan tangannya... hanya hisapannya yang semakin kuat.

Secara bersamaan pertahananku dan Toni runtuh karena tubuh istriku. Toni dengan cepat mengeluarkan kontolnya dari memek istriku, melepas kondom yang membungkus kontolnya tanpa ragu dan, sesuai permintaanku, dia menembakkan spermanya ke tubuh polos istriku. Aku meledak saat tetesan sperma Toni yang pertama menghias tubuh istriku, membiarkan spermaku keluar dari kontolku tanpa ragu. Mataku terbelalak, antara menikmati dan kembali terkejut ketika tanpa terduga istriku membiarkan saya mengeluarkan spermaku dalam mulutnya, suatu hal yang belum pernah diizinkan olehnya sampai saat ini. Putri sedikit terbatuk, belum terbiasa dengan rasa dan tekstur sperma dalam mulutnya, tetapi tampaknya puncak kenikmatan telah membuatnya lupa daratan dan terus menerus menghisap kontolku yang terus mengeluarkan sperma. Aku terduduk dengan perasaan puas begitu pula dengan Toni, berdua kami mengagumi tubuh istriku yang berbalut sperma Toni masih mengejang perlahan sementara lelehan spermaku mengalir keluar dari bibirnya beserta desahan perlahannya.

Aku mengangguk kepada Toni dan membiarkannya berpakaian dan keluar dari ruangan, seperti perjanjian kami, sebelum saya memeluk Putri, istriku. Kembali kuucapkan kata sayang padanya, meyakinkan dan menenangkannya bahwa perasaanku tidak berubah. Tidak banyak yang kami lakukan setelahnya kecuali membersihkan tubuh kami dan tidur berpelukan sepanjang malam, menikmati sisa kenikmatan pada tubuh kami yang perlahan berubah menjadi kehangatan.