Gratifikasi Seks Pemilihan Umum

By Lucy Tuesday, July 30, 2019
Di tahun politik ini, perhatian masyarakat luas tertuju pada kontestan pemilu presiden. Pun dengan suamiku dan bapak-bapak di sekitar rumah kami. Kebetulan, suamiku, Adit (35) adalah seorang fan berat sekaligus sukwan salah seorang capres yang berlaga. Di setiap obrolannya dengan bapak-bapak tetangga, suamiku selalu mati2an membela jagoannya dan membantah isu2 miring tentang capres idolanya. Adit memang tidak terjun langsung dalam suatu partai, tapi sejak kuliah dia sudah sering diskusi dengan beberapa tokoh penggiat salah satu partai, kini walaupun sudah bekerja kantoran tapi semangat olitiknya masih sama seperti dulu. Tetangga kami pun maklum dengan pandangan politik suamiku yang spartan dibelanya.



Bersebelahan dengan rumah kami adalah rumah kontrakan yang diisi oleh tiga orang mahasiswa rantau, Bagus, Tantan dan Lingga. Ketiga mahasiswa itu berperawakan gagah dan berparas lumayan dibandingkan dengan mahasiswa lain di sekitar situ. Mereka akrab dengan keluarga kami, karena suamiku, Adit seringkali mengajak mereka bertiga nonton bareng acara bola / tinju di ruang tamu, terutama saat tim lokal kami bertanding di teve. Mereka sering juga bercengkrama di teras rumah memperbincangkan gosip2 artis hingga politik.

Kawasan tempat tinggal kami termasuk kawasan kampus, sehingga cukup dipadati kos-kosan mahasiswa mahasiswi. Dandanan mahasiswi di sekitar tempat tinggal kami modis-modis, mereka seringkali ke kampus dengan kemeja ketat dan celana jeans aatu rok bahan yang ketat, kadang kujumpai pakaian kasual mereka hanya memakai kaus ketat you can see dan celana gemes saja. Kalau cewek-cewek itu lagi males dandan, biasanya mereka makai celana piyama, dengan atasan sweater / jaket. Suamiku sangat tertarik pada cewek mahasiswi yang memakai bawahan piyama karena menurutnya pantat mereka akan tercetak lebih menggodal. Di depan rumah kami ada kamar kos-kosan mahasiswi yang menghadap ke arah jalan (membelakangi). Setiap gadis-gadis itu menjemur pakaian dan pakaian dalam, pasti dapat dilihat dari rumah kami dengan jelas.

Aku acapkali menangkap basah suamiku asik memandangi para gadis muda di depan rumah kami, memang kuakui pada usia mereka kecantikan fisiknya sedang ranum-ranumnya. Kulit kencang berkilau dan bodi yang sudah tumbuh sempurna usai masa remaja dan masuk usia dewasa.

Sambil bercengkrama di teras, tiga mahasiswa tetangga seringkali kukuping membicarakan pasangan / gebetan mereka, lalu ku ketahui bahwa mereka semua sudah memiliki pacar dan dari hasil nyolong dengar itu kudapati mereka cukup aktif ngelonnin pacar masing-masing di kosan pacar mereka atau di rumah kontrakan itu. Memang rumah kontrakan mereka cukup ramai didatangi teman teman ketiga mahasiwa itu, kadang tidak cuma teman cowok tapi teman cewek yang ternyata pacar mereka. Keluargaku sudah sangat familiar dengan salah satu pacar mereka, Widi yang berambut panjang bergelombang, bertumbuh tinggi semampai dan chubby. Widi kerap ikut nimbrung dengan tiga mahasiswa ngerumpi di teras depan rumah kontrakan, Fera orangnya supel dan ramah tapi tidak seperti mahasiswi lain yang banyak bergaul dengan sesama cewe, Widi justru berteman baik dengan mahasiswa tetanggaku, bahkan memacari satu diantaranya, yaitu Tantan.

Ketiga mahasiswa itu memang anak berada, mereka memilih mengontrak sebuah rumah daripada ngekos, motor merekapun keren, Ninja dan Tiger. Stelan mereka modis selain supel dan easy going, gak heran mahasiswi2 disana pada kecantol.

Aku sendiri bernama Riska, berusia 32 tahun, dengan seorang anak perempuan berumur 6 duduk di TK bernama Dina. Bodiku lumayan padat di usiaku sekarang, dengan tinggi 165cm, dada cukup besar dan pinggul dan pantat yang agak melebar menungging, namun aku menjaga lingkar perutku cukup langsing menurutku. Kata suamiku, paras mukaku manis dan menurutku juga begitu, mata bulat bibir tipis dengan rambut melebihi bahu, aku memiliki keturunan Bugis dan Jawa. Aku kini bekerja sebagai staf sebuah sekolah dasar swasta, dan menurut teman seprofesi di sekolah badanku masih seperti gadis. Itu yang membuat suamiku selalu bernafsu saat kami bersetubuh yang cukup rutin kami lakukan tiap minggu beberapa kali.

Di rumah aku seringkali berpakaian santai dengan kaos gombrang dan celana atau rok pendek selutut. Di rumah aku kalah modis dengan mahasiswi-mahasiwi, tapi ketika bekerja aku sama modisnya dengan mereka, dengan blazer dan rok ketat atau celana panjang. Setiap pagi aku dan suamiku bekerja dengan mengendarai motor bebek kami, sambil suamiku pergi ke kantor, aku dibonceng dan pulang ke rumah dengan naik angkot. Aku selalu bersikap ramah pada ketiga mahasiswa tetanggaku, merekapun menghormatiku sebagai Bu Adit, istri teman ngobrol mereka di teras.

Akhir-akhir ini obrolan suamiku dengan tiga mahasiswa tentang pemilihan umum makin seru, anak-anak muda itu apdet berita dari internet tentang kedua capres. Mereka tertawa-tawa sambil ngegosip capres. Aku sih asik nonton teve di ruang tamu, dan tidak fokus mencuri dengar perbincangan mereka.

Malam harinya, setelah anakku tidur. Adit, suamiku curhat padaku bahwa ternyata ketiga mahasiswa itu swing voters, pemilih ngambang. Adit tidak berhasil merayu mereka memilih capres yang dibelanya, karena menurut mereka capres Adit masih banyak kekurangannya.

Aku iseng menanggapinya, "Sogok aja pakai hadiah bang, biar mau nyoblos pilihan Papih, hihihi"
"Apa hadiahnya mih... Mereka kan anak kaya... Masa aku mau kasih kamu?"
Agak kaget juga mendengar celetukan itu, memang masalah ranjang kami tidak bermasalah selama ini, tapi aku juga mulai bosan dan jengah dengan permainan suamiku di ranjang. Mungkin itu juga yang dirasakan suamiku.
"Gapapa kok pih, mamih rela dijadiin hadiah asal Papih seneng kalo yang nyoblos capres abang jadi nambah"
"Hahahaha, seriusan nih mih" kata Adit sambil meremas pantatku.
Aku hanya tertawa mendengarnya, namun suamiku masih memasang raut wajah serius lalu mencium keningku.

Kehidupan seks keluarga kami cukup dinamis sebenarnya, kami tidak menganggap seks sebagai suatu hal sakral melainkan refresing dan rekreasi. Hingga lebih dari dua kali kami melakukan swinger dan threesome. Swinger pertama kami dengan pasangan teman kantor suamiku, Fera dan Sidik suaminya di resort pantai, swinger selanjutnya di hotel dengan mantan pacarku di SMA Dudi dan istrinya, sewaktu kami tidak sengaja bertemu di sebuah mall hingga kami CLBK, terakhir swinger kami lakukan dengan teman kami sesama tim sukses salah satu caleg yang gol di DPRD Kota di rumahnya. Sementara trisom kami lakukan beberapa kali dengan wanita panggilan, pemijat pasutri, teman kantor suamiku dan adik sepupu perempuan suamiku. Hanya orgy / gangbang yang beum perlah kurasakan, sehingga aku penasaran untuk melakukannya.

Dulu, aku pernah punya pacar setelah menikah dengan Adit, ketika perselingkuhanku dimulai, usia anakku baru 1 tahun lebih. Ketika itu rumah kami masih di kompleks perumahan pegawai kantor Adit, selingkuhanku saat itu adalah atasan Adit sekaligus tetangga kami yang menduda berumur 44. Selama berpacaran, kami beberapa kali bersetubuh di rumahku atau di rumah selingkuhanku di pagi sampai siang hari saat para penghuni kompleks bekerja dan beraktifitas dan pulang ke rumah jam 3 sore, Pak Suparman, selingkuhanku seringkali pulang dulu ke rumahnya dan kami bisa memadu kasih dengan bebas karena rumah kami berhadapan dan suasana sekitar jam segitu selalu sepi, setiap perselingkuhanku itu aku membawa anakku Dina yang masih bayi, dan mesti menidurkannya dahulu. Penghuni lain / istri para pegawai di komplek asrama sibuk dengan pekerjaan rumah mereka, aku pun dulu begitu karena hanya sebagai Ibu Rumah Tangga. Pak Suparman adalah orang pesisir, badannya gelap kokoh dan tegap, gemar bercanda dengan suamiku dan aku. Hubunganku dengannya dimulai saat anakku sakit panas dan pak Suparman mengantar kami ke rumah sakit dengan mobilnya saat malam hari. Aku merasa berhutang budi dan jatuh hati, dan ternyata Pak Suparman menanggapi dengan positif, dia sering menggodaku hingga akhirnya kami mulai selingkuh dan telah bersetubuh hingga beberapa kali dalam hubungan perselingkuhan itu tanpa diketahui Adit, suamiku.

Aku sangat menikmati permainan ranjang Pak Suparman, batang penisnya lebih besar beberapa senti dari milik Adit, suamiku. Staminanya juga lebih baik selalu mampu membawaku merasakan nikmatnya orgasme hebat beberapa kali dalam tiap persetubuhan. Bahkan, dia yang memperawani lubang anusku dan mengenalkanku pada dildo untuk kupakai merangsang lubang kawinku. Dadaku selalu diremasnya saat kami bersetubuh dan dia meminum ASI yang keluar dari sana, hal itu tidak dilakukan Adit, suamiku. Namun sebisa mungkin, Pak Suparman tidak menjarah dada dan leherku dengan meninggalkan cupangan, hanya mulutku saja yang diciuminya saat kami bersenggama dan aku menyambutnya dengan frenchkiss yang antusias. Setiap menyenggamaiku, Pak Suparman tidak pernah memakai kondom dan selalu menumpahkan spermanya di dalam rahimku dan seringkali juga aku hadiahkan Pak Suparman dengan blowjob dan meminum semua sisa spremanya dan kujilati. Aku rutin minum Pil KB semenjak kelahiran anakku saat itu karena menilai belum waktunya dia punya adik. Saat itu kehidupanku sangat bahagia dengan dua batang penis rutin mengisi rahimku, Pak Suparman di pagi hari kerja, suamiku di hari lain dan di malam harinya. Mulai saat selingkuh itulah dadaku semakin membesar beberapa ukuran, karena selalu diremasi dengan brutal oleh Pak Suparman.

Mulanya aku menyesal telah berselingkuh, namun karena terbuai dengan kegagahan selingkuhanku aku akhirnya mengesampingan rasa bersalahku. Walau begitu hubungan suami istri ku dengan Adit tetap harmonis, dia masih dapat membawaku meraih orgasme. Kami pindah dari komplek asrama itu ketika anakku hampir berusia tiga tahun. Dia sudah pintar berkata kata, dan sudah menganggap Pak Suparman sebagai ayah keduanya. Pak Suparman pun sangat menyayangi anakku dengan membelikan mainan, jajanan bahkan baju untuk anakku di hari hari tertentu seperti lebaran atau ulang tahunnya. Sementara Adit tidak curiga pada atasannya yang sangat akrab dengan Dina dan aku, dia menganggap Pak Suparman sebagai pakde buat Dina.

Setelah kami pindah ke rumahku sekarang, otomatis perselingkuhanku dengan Pak Suparman berakhir. Di hari terakhir kami bercinta, saat aku memberitahunya bahwa kami akan keluar dari komplek pegawai dan pindah tempat tinggal di kota lain. Aku sempat menangis karena telah sangat menyayangi suami keduaku ini, perpisahan kami berlangsung dengan persetubuhan lebih brutal dari biasanya. Kami mengkonsumsi obat kuat dan obat perangsang sehingga kami benar benar puas bersetubuh sepanjang pagi itu. Pak Suparman sampai memfoto beberapa poseku dengan hapenya sebagai kenang-kenangan, aku berusaha tidak menampakkan wajahku karena malu bila tersebar. Kami menyudahinya jam 12 siang, ketika aku harus menjemput anakku di playgroupnya. Aku sebetulnya masih menyimpan kontak Pak Suparman dengan menambahkan akunnya di Facebook, tapi kami tidak saling berkirim pesan di FB, kami berhubungan hanya lewat sms saja. Dari sana kutahu bahwa Pak Suparman menikah dengan seorang wanita yang cantik berumur 30an berjilbab. Karena jarak kota kami cukup jauh, kami belum pernah bertemu lagi apalagi menumpahkan perasaan di atas ranjang.


Sudah tiga tahun ini aku menjadi istri yang setia. Kawasan pemukiman yang padat dan pekerjaanku cukup menahan kenakalanku untuk kembali berselingkuh lagi. Walaupun beberapa tetangga dan rekan kantor suka flirting denganku, tapi aku ingin setia pada suamiku seorang. Dengan ibu-ibu tetanggapun, aku hanya sering mengobrol dengan satu dua ibu-ibu tetangga saja dan aktif di arisan saja atau acara2 hari besar, aku tidak mengikuti pengajian karena tidak suka.

Malam itu, aku dan suamiku mengayuh nikmat persetubuhan di ruang tamu sebelum tidur. Sambil menonton bola, aku mengkaraoke penisnya hingga berdiri dan mengeras penuh, lalu suamiku gantian mengoral vaginaku sampai aku kelojotan dan diakhiri dengan aku menduduki penisnya di kursi tamu sambil saling berciuman.
"Mamih sayang Papih..." kataku mesra padanya.
"Papih juga..."
"Terus pih, mamih mau muncak niih..."
Dengan semakin keras menggoyang pinggulku di atas kursi, akhirnya aku raih orgasmeku dan disusul orgasme suamiku didalam rahimku. Sarung yang kami jadikan alas pertempuran kami menghalangi cairan lendir menodai kursi sehingga kami bisa tenang. Soal memacu birahi, kami memang lumayan kreatif melakukannya selain di atas ranjang, kami biasa bercinta di kursi ruang tamu, dapur, toilet bahkan beberapa kali kami lakukan di hotel atau quickie di toilet umum.

Pagi harinya, hari minggu Adit dan anakku pergi berenang hanya berdua, aku kebetulan kedatangan tamu bulanan dan ingin beristirahat di rumah. Bagus, Tantan dan Lingga, mahasiswa tetangga sebelah kami pergi ke acara car free day di kota kami. Aku mengerjakan pekerjaan rutin di minggu pagi, mencuci dan merapikan rumah. Setelah itu leyeh leyeh di ruang tamu menonton teve. Aku memakai daster gaun sepanjang lutut dengan lengan terbuka. Belahan dadaku agak terbuka saat itu, tapi karena kutarik ke atas belahan dadaku bisa tertutup. Sekitar pukul 11 pagi, Tantan sudah pulang dari car free day dan telah bersantai di teras rumah kontrakannya setelah masuk rumahnya sebentar. Seperti rutinitas biasanya, dia menyalakan rokok disana dan ngopi cemilan. Aku keluar dan bergabung dengannya. Setelah kupikirkan celetukan suamiku semalam, aku jadi tertarik dengan usulan menghadiahi badanku agar mereka mau milih capres pilihan aku dan suamiku. Aku tidak perlu khawatir meninggalkan rumah, karena dari teras rumah kontrakan mahasiswa rumahku bisa langsung terpantau, dan kawasan ini memang aman walaupun agak lengang.

"Eh bu Adit, silakan duduk teh. Pada pergi yah si bapa sama Dina (anakku)?"
"Iya nih a Tantan, kemana Lingga sama Bagus kok belum pulang?"
"Lagi nyari spiker ke Kandaga, teh. Saya duluan aja pulang karena capek."
"Btw, a Tantan beneran masih bingung milih capres 9 Juli nanti?"
"Iya nih teh, mending golput aja kali yah, dua duanya ga ada yang bener, banyak boroknya."
"Jangan gitu dong a, sini teteh bisikin"
Akupun mendekati Bagus dan menempelkan mulutku ke kupingnya, dadaku sampai menyenggol dan agak menggesek bahu kirinya.
"Mendingan pilih pilihannya pak Adit, kemaren pak Adit bilang kalau nyoblos pilihan pak Adit nanti dikasih mau hadiah loh..."
"Emangnya apaan hadiahnya teh?" Tantan tergagap menanyaiku yang tiba-tiba agresif.
"Teteh, hadiahnya"
"Maksudnya gimana teh?"
"Ya bebas, a Tantan mau gimanain teteh terserah asal nyoblos pilihan pak Adit, terus ada buktinya, semalem pak Adit ngomong gitu ke teteh" aku ngarang. Lalu kembali menjauh dari kuping kirinya Tantan.
"Beneran teh? Asik atuh hehehehehe" Tantan tersenyum dan ketawa cunihin kepadakau.
Aku lihat keadaan sekitar, ternyata aman lalu aku mencium basah pipi kiri Tantan beberapa detik, "tuh Depenya, hihihihi"
Tantanpun tersipu dan ku tangkap matanya mengarah pada dadaku, tapi aku langsung melanjutkan "Bagus sama Lingga, dibilangin juga ya a, temennya di kampus juga boleh deh asal syarat dan ketentuan berlaku. Syaratnya harus ada bukti, kamera hapelah minimal terus tunggu hasil di TPS kalo capres pilihan pak Adit di TPS menang baru goal, yah. Ketentuannya, teteh cuma jadi hadiah satu malem aja sampe pagi gapapa deh, maennya nanti di rumah kontrakan a Tantan sama temen2, nanti teteh datengin malem2"
Tantan masih terlihat agak syok walaupun tetap tersenyum. Aku sendiri sebenarnya syok karena aku ngejanjiin yang engga-engga. Aku juga gak tahu apa Adit bakal ngijinin, tapi aku senang seenggaknya bisa bantu Adit perjuangin capres yang dia bela walau dengan kehormatan kami.
"Deal lah teh, saya usahain di TPS kita capresnya pak Adit menang, entar buktinya nyusul kita bersenang senang ya teh"
Sambil tersenyum manis dan cabul, Tantan menggenggam tanganku sambil bilang "Deal!"
"Pak Adit jangan dulu dikasih tahu yah, nanti shock dia, ini inisiatif teteh aja"
"Siap teh, laksanakan."
Aku pun kembali ke rumah dan melanjutkan obrolan cabul dengan Tantan lewat aplikasi wechat. Hal ini sudah kulakukan sekitar beberapa bulan secara diam diam dan curi curi, tapi aku masih jaim dan malu malu dalam flirting dengan aplikasi hape ini. Suamiku tidak tahu kegiatan nakal ku ini, karena dari dua handphoneku, satu diantaranya aku proteksi dengan ketat. Toh, aku tidak pernah otak atik hape suamiku juga.


Hari-H pencoblosan aku deg-degan. Aku belum memberitahu Adit tentang kesepakatanku dengan Tantan dan teman temannya, walaupun suamiku setiap hari mengobrol dan bersenda gurau dengan ketiga mahasiswa itu. Di rumahpun, Adit tidak menyinggung nyinggung celetukannya menghadiahi aku untuk menyogok mahasiswa mencoblos capres idolanya.
Cuma, belakangan ini Adit memintaku menghentikan minum pil KB dan relatif lebih giat melakukan persetubuhan denganku, Dina udah waktunya punya adik ujarnya. Setelah mencoblos di TPS, kami kembali dan berpapasan dengan Bagus, Tantan dan Lingga, kami saling tukar senyum saat berpapasan, di wechat kami masih berkirim pesan dan ketika Tantan menagih janjiku, aku mengkonfirmasinya bahkan dengan foto muka tersenyumku dan jari kelingking tanda janji.

Mahasiswa itu sebelumnya pada pemungutan suara di PILEG, golput dengan tidak pergi ke TPS. Sore hari, ketika penghitungan suara di TPS diumumkan ternyata capres pilihanku dan suamiku menang. Sebelumnya Dina, anakku saat itu sedang berada di rumah pamannya (kakakku) karena disana ada sepupunya yang sepantaran dan dia menghabiskan waktu disana selama 3 hari. Aku mengajak Adit suamiku setelah Isya' untuk mendatangi rumah kontrakan mahasiswa, ternyata dia memberi izin untuk aku dipakai oleh tiga mahasiswa itu. Dia bahkan telah melakukan deal dengan Tantan, agar pacarnya yang paling sering berkunjung ke rumah kontrakan mereka turut dalam kegiatan pesta ini. Aku menagih bukti berupa foto mencoblos dan ketiga anak mahasiswa menyertakan buktinya masing-masing, bahkan selain tiga mahasiswa itu ada dua lagi teman kampus mereka yang berasal dari Papua menyertakan bukti yang serupa, dua orang itu bernama Samuel dan Jonathan. Darahku berdesir karena malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi kami. Sesuai kesepakatan sebelumnya, aku siap untuk mereka pakai sampai pagi.

Setelah kunci rumah dikunci, kami bertujuh masuk ke ruang utama di dalam rumah, dari ruang tamu aku sudah didempet oleh Tantan dan Samuel mereka membopong tubuhku ke dalam, disana telah digelar kasur tiga buah berseprai dan rapi. Adit duduk di kursi dan menyalakan rokok sambil nonton teve dan quick count hasil pencoblosan dengan wajah sumringah karena pilihannya sementara unggul.
"Pih, Mamih mau bersenang-senang duluan sama mereka yang muda ini ya pih..." aku minta izin suamiku.
"Silakan mih, bersenang-senanglah. Kalian yang udah bantuin pilihan saya menang silakan bersenang-senang. Dina udah pingin punya adik, tolong bantu ya, hehehe"
Degup jantungku semakin keras, akhirnya aku akan merasakan digangbang juga. Sambil membayangkan, apakah dari gangbang ini ada sperma yang berhasil membuahi sel telurku didalam rahim hingga menjadi janin. Aku didudukkan di tengah kasur dengan kaki menjuntai kedepan, baju kaosku dilolosi oleh Lingga dari depan, dari belakang payudaraku diremasi Samuel yang berkulit gelap, dia membantu melolosi bra yang kukenakan. Pantatku kuangkat saat Bagus menariknya, menyusul kemudian celana dalamku yang ternyata sudah basah bagian tengahnya. Agak jengah juga karena jembutku yang kupangkas tipis langsung memberikan pemuda ini gambaran bibir vaginaku yang sudah agak menjuntai.
Ketika ku menatap ke arah Adit, suamiku hanya tersenyum, "Makasih ya mih..." kubalas "Makasih ya pih..." Kelima cowok ini masih bercelana dengan hanya melepas baju atasnya, Bagus mulai menjamah vaginaku dengan jari-jarinya lalu digantikan dengan lidahnya, klitorisku diusap-usap lidahnya dan dijilatinya lendir dari lubang vaginaku. Samuel dan Lingga masing-masing mengemuti buah dada dan aerolaku. Nikmat rasanya, aku melayang ke awang-awang, Badanku yang sudah terlentang didorong pinggulku menyamping, ternyata Jonathan mengarahkan mukanya pada belahan pantatku, dia menciumi bagian itu dan mencoloki lubang matahariku yang ditutupi rambut sekitar anus. Sementara Tantan menciumi wajahku dan kami berfrenchkiss, lidah kami saling mengait.

Setelah beberapa menit mereka menciumi bagian badanku, Aku berinisiatif mempeloroti celana yang dikenakan Samuel yang berada di sisiku, kubuka celana dalamnya dan kugenggam penisnya yang ternyata sangat besar, lalu ku karaoke dengan bernafsu sekaligus menyalurkan nikmat rangsangan mereka di tubuhku. Keempat kawannya juga kulihat melepaskan celananya sendiri sambil mengarahkan pada wajahku, dadaku dan tanganku, sementara Bagus yang pertama mengarahkan penisnya ke arah vaginaku sambil duduk mengangkangi vaginaku.
"Siap ya teh, titit Bagus mau masuk liangnya teteh duluan"
Dengan masih mengoral penis Samuel dan mengocok penis Lingga, aku hanya mengangguk. Tantan dan Jonathan tidak diam, karena mereka terus meremasi dada dan pantatku.

Saat itulah, Widi, pacar dari Tantan tiba dan menyusul masuk ke ruangan itu. Adit membantunya memasukkan motor maticnya ke dalam rumah. Widi ternyata juga sudah dikasih tahu tentang pesta yang direncanakan kami, pacarnya, dan teman-temannya. Dari obrolan di teras rumah ini, Widi dan Adit ternyata satu kubu dan sama-sama fanatik. Adit mengajak Widi berbaring disebelah ku yang dijamah para pemuda, tak lama berselang Adit dan Widi sudah sama-sama telanjang dan mereka saling berciuman mesra laiknya sepasang kekasih, perlahan penis Adit mulai diarahkan ke wajah manis Widi untuk dioral.

Dari obrolan para mahasiswa dan suamiku, kami mengetahui bahwa Widi sudah beberapa kali digilir oleh pria-pria teman sekelasnya di kampus termasuk Lingga, Bagus, Samuel dan Jonathan di rumah ini. Dia menikmati kegiatan pesta seks karena, sensasinya dicumbu banyak pria dalam saat bersamaan sangat menyenangkan. Memang daripada pacar temannya yang lain, Widi adalah gadis yang paling menarik dan binal. Walaupun nilai nilainya cemerlang, namun kebutuhan seksnya tergolong tinggi hingga sering gonta-ganti pacar dan kini berpacaran dengan Tantan. Bahkan sempat dia mengaku beberapa kali menemani oom-oom di hotel dengan bayaran yang tinggi, namun kali ini dia bersedia gabung dalam pesta kami karena ingin having fun dengan suamiku yang menurutnya tampan dan lagi fanatik pada capres yang sama.

Bagus terus mengocok kelaminnya dalam lubang vaginaku, hingga akhirnya aku orgasme dan melolong saat mengoral penis Samuel. Cairan nikmat mengalir dari rahimku ketika orgasme datang, Bagus tetap menggenjot penisnya hingga bersuara kecipak kecipak. Ia mengakhiri genjotannya dengan semburan sperma di dalam rahimku, lalu mencabutnya dan meninggalkan rahimku yang makin merah ditambah tumpahan spermanya. Aku menyukai Bagus sejak awal bertemu karena dia adalah yang tertampan daripada teman-temannya, sebelum penis yang lain menggantikan posisi Bagus aku meminta kakiku diangkat tinggi-tinggi beberapa saat sehingga cairan mani Bagus bisa berenang lebih dalam dalam siapa tahu bisa mebuahi telurku disana. Teknik ini seringkali diperbincangkan teman-temanku sesama istri muda yang ingin segera mengandung.

Samuel yang sebelumnya kuoral kemudian menggantikan posisi Bagus, dia menindih tubuhku yang agak mengangkang, dia menciumi mulutku beberapa saat, sebelum Lingga menarik wajahku ke selangkangannya, kembali aku mengoral penis sambil disetubuhi. Penis Samuel adalah penis terpanjang dalam sejarah persenggamaanku, dengan batang yang gemuk yang saat ku oral tadi hanya sebagian saja batangnya bisa kukulum.

Tantan dan Jonathan masih tunggu giliran dari samping sambil mengelusi batang penis masing-masing dengan memandangiku yang tengah mengolah birahi dengan penis Samuel di selangkangan dan penis Lingga di mulutku. Sementara saat kami bertiga berlenguh kenikmatan, suara desahan juga datang dari Widi yang tengah bercinta dengan suamiku dengan doggie style. Payudaraku agak lebih besar dibandingkan milik Widi, namun aerola miliknya masih kecil dan berwarna lebih muda. Jembut Widi lebih tebal dibandingkan milikku.

Aku yang telah orgasme bersama Bagus, kembali meraih orgasme dari batang penis yang besar milik Samuel. Vaginaku terasa perih dan panas saat dipaksa menerima serangan kocokan penis Samuel, payudaraku diremasinya juga. Lengan dan kepalaku kadang diusapi oleh Jonathan dan Tantan, sementara mulutku sibuk mengoral penis Lingga. Hantaman penis Samuel mampu membawaku orgasme dan merasakan nikmat yang teramat dalam persetubuhan ini. Badanku menggigil dan memeluk badan besar Samuel yang agak gempal. Sayang wajahnya tidak bisa kuciumi karena wajahku kini sedang mengolah penis Lingga yang ternyata meledak di dalam mulutku disertai desisan dan lenguhan menyemburkan sperma ke dalam mulutku. Tanpa ragu, aku menelan dan menjilati cairan nikmat Lingga yang berisi protein dan calon anak.

Didalam rahimku, kurasakan penis Samuel lebih menusuk dengan tempo yang dipercepat, tangannya meremasi payudaraku semakin liar dan kuyakin Samuel berada diujung ejakulasinya. Sambil memindahkan tangannya ke pantatku dan meremasinya dengan kencang, Samuel menembakkan sperma panasnya ke dalam rongga vaginaku, kurasakan semprotannya menembaki dinding rahimku dengan deras dan nikmat. Untuk beberapa saat, Samuel mendiamkan penisnya mengecil di dalam vaginaku lalu melepasnya keluar. Aku sudah lelah bercinta dengan Bagus dan Samuel, aku minta break beberapa saat untuk membersihkan diri ke wc. Tantan juga memberiku air minum minuman suplemen energi.

Di toilet, aku membersihkan sisa sperma Lingga yang ada di mukaku, sambil kencing sperma Bagus dan Samuel juga turut keluar mengental bersama urineku. Aku menadah sebagian dan meminumnya. Urine dianggap beberapa orang di luar negeri sebagai diet yang baik untuk tubuh karena mengurangi lemak katanya. Setelah mencebok vaginaku, rasa perih masih terasa disana aku melapnya hingga kering dan kembali ke ruangan utama.

Di sana kulihat, Adit sudah selesai bercinta dengan Widi. Kini Widi tengah menunggangi penis Jonathan yang tiduran di kasur. Widi berdesis kenikmatan karena vaginanya dioboki penis hitam besar milik Jonathan. Tangan hitam Jo meremasi dua bukit kembar di dada Widi yang berayun seiring gerakan naik turun si empunya.

Sementara dengan masih bertelanjang, Adit, Bagus, Lingga dan Samuel beralih posisi ke kursi depan TV sambil merokok dan meminum kopi.

"Giliran Tantan ya teh, main sama teteh" Tantan menungguku dengan duduk di kasur. Dibandingkan Bagus, Tantan memang tidak tampan tapi wajahnya masih lebih baik daripada Lingga, Tantan berpostur tinggi dengan jambang dan kumis yang agak lebat.
"Hayu... Duaan aja yah" jawabku. Aku lelah ternyata bermain trisom bersamaan, kali ini aku ingin lebih intim bercinta dengan satu pasangan seks saja. Sambil mendekati Tantan yang penisnya sudah mengacung, kucoba menggodanya dengan mengoral penis Tantan. Dia mendesis keenakan saat lidahku menyelimuti batangnya dan menggiti kecil helmnya, lidahku menyusuri batang dan bermain-main dengan kantung zakarnya. Lalu badanku naik dan mencium mulut Tantan, kami berfrenchkiss sambil tangannya memeluk badanku, dadaku ditekankannya ke dadanya yang bidang. Kumis dan jambangnya membuat mukaku kegelian tapi juga nikmat karena tangannya ternyata bergerilya hingga ke selangkanganku. Tangan kanannya meremasi bongkahan pantatku, sementara jari-jari tangan kirinya mengusap dan mengobeli vaginaku yang sudah kembali dibasahi lendir pelumas. Tidak tahan kugenggam penisnya dan mengarahkannya ke lubang vaginaku sambil terus ber-frenchkiss. Akhirnya kekosongan di vaginaku kembali terisi oleh sodokan hangat dari batang penis, kali ini milik Tantan. Diantara ketiga mahasiswa di rumah ini, Tantanlah yang paling agresif mendekatiku terutama lewat wechat, kami sering mengobrol lewat aplikasi itu namun aku selalu jaim hanya flirting flirting biasa ala anak abg :p Hal ini membuat kami sudah cukup saling mengenal, karena selain lewat hape kami juga sesekali berbincang di teras, dan lagi Tantan bisa disenangi anakku Dina, hingga Dinapun mau bermanja-manja bermain dengannya.

Kocokan penis Tantan yang mengobeli vaginaku serta ciuman kami yang mesra semakin membuai diriku. Aku untuk sesaat ingin waktu berhenti agar keindahan ini bisa kusimpan, rasa panas dari vaginaku menyebar ke seluruh badanku hingga ku tergigil dan kembali dilanda lautan orgasme. Gerakan dinding vaginaku semakin mencekik penis Tantan yang kuyakin akan terlena dan kebawa nikmat seiring dengan lelehan juice cinta dari vaginaku. Genjotan naik turun pinggulku di atas pangkuannya kuhentikan sesaat, ku duduki penisnya sambil mengerami di dalam rahimku. Tangan Tantan turut menambah keerotisan yang melandaku dengan meremasi kedua payudaraku. Setelah orgasmeku berangsur pulih, ku rebahkan badan Tantan ke kasur hingga aku menindihnya. Kami melanjutkannya dengan posisi tiduran menyamping sampai vaginaku disemprot tembakan hangat sperma dari penis Tantan beberapa kali. Tubuh kami masih berpelukan dan Tantan tak bosannya menciumi bibirku dan wajahku sampai kutatap matanya dan aku agak jengah juga sekaligus malu.

"Teh, baru jam 11, sampe pagi masih lama... Teteh masih kuat kan?" goda Tantan kepadaku setelah melepaskan ciumannya dan penisnya sudah keluar dari vaginaku. Sementara di sebelahku ada Lingga yang memegang handuk basah dan tissue, segera mengelapi vaginaku yang dibanjiri sperma Tantan.
"Kuat atuh, kan capresnya menang, hehehe... Nanti teteh minta bukti pencoblosan masing-masing ke memek teteh yaaah pake hape, biar komplit" aku menantang setiap pria memasukkan penisnya ke vaginaku lalu memotretnya sebagai bentuk imbalan karena di TPS kami, capres idolaku dan suami menang.
Lingga dan Tantan hanya tertawa. Sementara aku beralih dari tubuh Tantan ke Lingga yang berpostur sama denganku, penisnya sudah menegang setelah tadi sempat memuntahkan isinya di mulutku. Rambutnya lurus agak panjang dan aku digagahinya dengan gaya doggie, hingga penisnya ejakulasi didalam rahimku. Selanjutnya Jonathan mengambil posisi Lingga mendoggie vaginaku dari belakang sementara mulut dan tanganku menservis penis Adit suamiku, hal yang sama kulihat juga pada Widi, dia dipaksa melayani penis penis tegang milik pacarnya Tantan dan temannya Bagus. Kulihat wajah cantik dan makeup tipisnya serta rambut panjangnya sudah acak-acakan dan dinodai sperma kering disana, namun wajah cantik Widi tetap sensual dengan nikmat birahi yang dia peroleh.

Hingga jam 1 pagi, aku yang sudah kelelahan bermadu asmara dengan suamiku dan lima orang mahasiswa tidur berselimut di atas kasur dengan memeluk Bagus yang ada di kiriku dana Tantan memeluk ku dari kanan. Mereka sesekali usil dengan meremasi bagian tubuhku yang sensitif. Kami berdelapan tetap bertelanjang semalaman itu, hingga jam 5 ku terbangun masih dengan posisi yang sama. Widi juga tengah dipeluk oleh Samuel dan Adit di sebelah kami Jonathan juga ada disana meringkuk tidur di kasur sementara Lingga menonton teve acara bola.

Setelah aku buang hajat dan mandi barulah kukenakan pakaianku dan kembali pulang ke rumah duluan, setelah berpamitan pada Lingga sementara yang lain tidur. Di rumah, bayangan keganasan permainan kami semalam melintasi pikiranku. Sensasi perih masih sedikit tersisa di vagina dan anusku yang dijarah enam pria semalam, dua diantaranya berpenis tidak normal karena lebih besar dan terasa sangat sesak menggagahi lubang kenikmatanku. Setelah matahari terbit, Adit datang menyusul kemudian Samuel dan Jo mereka beranjak keluar dari rumah itu dan pulang ke kosan mereka. Aku hanya mengintip dari ruang teve, sambil memikirkan keganasan mereka mengolah tubuhku hingga terbuai nikmat birahi. Widi menyusul pulang dengan baju yang berbeda dari yang kulihat semalam. Di teras, Adit sempat mengobrol ringan dengannya.

Sementara hubungan kami dengan tiga mahasiswa itu tidak berubah, mereka tetap santun dan respek pada kami. Kamipun bersikap ramah pada mereka dan teman-temannya. Aku dan Tantan masih mengobrol dengan aplikasi hape, dia kadang menggodaku dengan mengungkit pesta seks kami dan menagih melakukannya lagi. Aku menolak, karena sibuk dengan pekerjaan dan tidak ingin melukai Adit. Bulan berikutnya, aku telat datang bulan. Adit dan Dina senang mengetahui aku mengandung, sementara aku deg-degan siapa yang berhasil membuahi telurku di rahim ini.