Browsing "Older Posts"

Cinta itu Buta. Begitu kata para pujangga dan begitu lah yang terjadi pada hidupku atau lebih tepatnya pada suamiku. Suamiku begitu mencintaiku, tanpa ada sedikitpun keluhan darinya, Ia selalu menurutiku. Bahkan, Ia rela aku bercinta dengan mantan pacarku hanya karena ingin aku meraih kenikmatan seksual sebagai seorang wanita.



Oh yah, aku lupa memperkenalkan siapa diriku. Namaku Tiara, wanita keturunan separuh China dan separuh Melayu. Umurku baru menginjak 27 Tahun. Aku menikah dengan Thomas yang sama latar belakangnya denganku. Umurku lebih muda darinya 3 tahun. Kami sudah menikah selama 4 tahun. Dari pernikahan itu, kami dikaruniai 1 orang anak perempuan yang cantik, persis seperti ibunya ini. Namun, anak kami tinggal bersama orang tua kami di Sumatra.

Perawakan Thomas sebagai laki -laki sangat menawan, dengan tinggi dan gemuk tubuh yang proporsional, kulit putih, hidung mancung menjadikannya sosok suami idola di komplek tempat kami tinggal. Sosok Thomas sangat cocok berdampingan denganku yang banyak orang bilang cantik bak putri kerajaan. Kulit putih langsat yang mulus tanpa cela kecuali bekas luka operasi cesarku dulu, ditambah tinggi badan 160 cm dan berambut panjang serta ditunjang dengan payudara ukuran 36 B yang padat membusung, membuatku menjadi idaman para lelaki atau lebih tepatnya khayalan pkara lelaki yang ingin bercinta denganku. Tak jarang aku mendapat godaan bahkan ajakan untuk bersetubuh oleh teman - teman kantorku atau para laki - laki di komplek tempat tinggalku. Tapi semua ku tolak dengan halus karena aku sangat mencintai suamiku yang telah mencintaiku dengan tulus.

Kehidupan kami berjalan bahagia. Namun, karena suatu kecelakaan yang menimpa Thomas, ada satu kekurangan dari hidup kami. Thomas tak mampu bertahan lama ketika bersetubuh denganku. Aku memakluminya, namun selayaknya seorang wanita, aku rindu akan orgasme yang datang padaku, orgasme yang membuat sekujur badanku melemas, orgasme yang memuaskan birahiku.

Thomas tentu paham akan apa yang menjadi ganjalan di hatiku itu. Untuk itu, Thomas membelikan aku dildo atau penis mainan sebagai alat bantu ketika kami bersetubuh. Setiap kali Thomas sudah berejakulasi, dildo itu dijadikan pengganti penis Thomas. Syukur lah, dengan dildo, kebutuhanku akan orgasme menjadi sedikit terpenuhi, walaupun memang rasanya tak senikmat penis sungguhan.

Suatu waktu saat kami berlibur ke kota B, kami bertemu dengan Rian, mantan pacarku ketika aku kuliah. Thomas sendiri dan Rian juga sudah saling kenal, mereka pernah bertemu pada saat reunian kampusku. Kami menyapa Rian, begitu pula dengan dirinya. Kami pun menghabiskan waktu dengan mengobrol di salah satu cafe di dekat hotel kami menginap. Banyak hal yang kami obrolkan. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 9 malam. Rian pun pamit pulang duluan, disusul kami yang kembali ke hotel.

Setibanya di kamar hotel, Thomas meminta jatahnya sebagai suami. Aku yang belum sempat membersihkan diri langsung ditariknya ke ranjang. Thomas memagut bibirku, aku pun meladeninya, lidah kami bergantian merambah rongga bibir kami. Ciuman kami sangat panas, saking panasnya tak ku sadari Thomas sudah membuka seluruh pakaian kami.

Dalam kondisi telanjang, Thomas langsung menyosor payudaraku. Dijilat dan dihisapnya putingku kuat - kuat hingga ku mengaduh kegelian. Ada yang aneh dengan Thomas kali ini, dia begitu bernafsu yang tampak pada setiap perlakuannya padaku. Aku menikmatinya, Thomas lebih agresif kali ini. Sambil menghisap payudaraku, jarinya mulai mengobok - obok vayinaku yang sudah banjir sejak tadi.

Namun, keanehan Thomas lebih tampak. Puas dengan menghisap payudaraku, Thomas langsung ke hidangan utama. Dibukanya kedua pahaku, penisnya yang sudah menegang langsung ditekannya hingga memasuki vahinaku. Thomas pun memulai penetrasinya. Ya, seperti biasanya, tak lama Thomas pun langsung mendapat orgasmenya, spermanya menyembur di dalam vaginaku, tak begitu banyak dan sialnya encer.

"Hemmmmm", aku menghela nafas karena kesal dengan permainan Thomas tadi.

"Duh, enak ya Yang", Kata Thomas yang mengira aku menikmati persetubuhan kami tadi.

"Enak di kamu, ga enak di aku, ga ada rasanya, bentar banget, punyaku ga dijilat dulu", jawabku.
"Maaf yang, aku udah keburu nafsu tadi", jawabnya memberi alasan.

"Ah, kok bisa?", jawabku masih dengan nada ketus.

"Aku kebayang kamu dengn Rian lagi begituan", jawabnya lugas.

"Hah? Gila apa kamu? Istri sendiri dibayangin sama orang lain", responku yang terkejut mendengar yang baru saja Thomas katakan.

"Ga tau lah, tapi aku kebayang aja kamu dulu sama Rian ngapain aja", sambungnya.
"Fix, kamu udah gila, Thomas", Kataku.

"Terserah deh, yang jelas aku tadi nafsu karena itu malah aku pengen lihat sendiri kamu dengan Rian begituan", katanya seperti tanpa beban mengeluarkan kata - kata itu dari mulutnya.

FYI, ketika aku dulu pacaran dengan Rian, kami memang pernah melakukannya. Walaupun tidak begitu sering, karena aku di Jakarta, sedangkan Rian di Bandung. Namun, yang ku ingat Penis Rian begitu memuaskanku karena ukurannya yang memang luar biasa. Setiap Rian datang ke Jakarta, atau aku yang pergi ke Bandung, kami pasti melakukannya setiap ada kesempatan, bahkan kami pernah 2 kali melakukannya waktu nonton di bioskop. Jujur saja, dari semua mantan - mantan pacarku Rian lah yang paling bisa memuaskanku. Oh ya, sampai saat ini, aku sudah merasakan 5 penis dari mantan dan tentunyamilik Thomas. Duh, aku jadi horny mengingat - ingat persetubuhanku dengan Rian.

"Kok diem, Yang?" Thomas memecah lamunanku tentang Rian dan penisnya.
"Ga, cuma diem aja", jawabku.

"Kamu marah?", Tanyanya lagi.

"Ya, jelas lah. Kamu mau aku dengan Rian begituan, ya jelas aku marah", bentakku.
"Hem, ya udah ya. Maaf. Aku cuma berkhayal, kalau kamu tidak suka ya aku akan berhenti", jawabnya mengiba.

"Emang kalau aku mau begituan dengan laki - laki lain, kamu bolehin gitu?", tanyaku.

"Duh yang, pasti lah. Kenapa enggak? Yang penting jangan sembunyi dariku", jawabnya.

"Kenapa? Apa kamu sudah tidak cinta lagi padaku?", tanyaku lagi

Lalu, Thomas memberikanku jawaban yang membuatku terdiam.

"Sayaang, begini. Seks tak harus berhubungan dengan cinta. Seks adalah kebutuhan. Nah, kebutuhan sudah seharusnya dipenuhi kan. Sekarang begini, semisalnya aku tak bisa kembali normal untuk memuaskanmu, bahkan aku impotensi permanen? Apa kamu harus ikut menderita, tak pernah mendapatkan kepuasan seksualmu. Dan apa kamu akan bisa hanya selalu menggunakan dildo yang ku berikan? Tentu kamu pasti menginginkannya bukan?

"Aku, tentu akan memperbolehkan mu. Bukan berarti aku tak mencintaimu, atau aku memperbolehkanmu karena aku sudah tak mampu memuaskanmu. Tetapi, karena aku sungguh mencintaimu, dan aku ingin kamu bisa menikmati segala hal, termasuk urusan seks. Bahkan dalam keadaan normal pun, aku tetap akan memperbolehkannya."
"Dan di jaman sekarang, sudah jarang wanita masih dalam keadaan perawan. Sebelumnya pasti sudah pernah melakukan itu, entah dengan pacar yang menjadj suami atau bukan. Lalu kenapa dibedakan antara yang menikah dengan yang belum menikah? Kenapa ketika wanita sudan menikah, lalu wanita tak boleh bermain dengan yang bukan suaminya? Sementara waktu belum menikah, Ia bebas bermain dengan siapa saja. Ketika putus dengan pacar yang satu, lalu punya pacar baru, maka wanita itu juga akan begituan juga dengan pacar barunya. Lalu, apa wanita yang sudah menikah harus cerai dahulu untuk bisa begituan dengan laki - laki yang bukan suaminya? Bukan kah semua orang menginginkan pernikahan itu hanya satu kali saja"

"Pernikahan itu adalah lembaga terkecil. Pernikahan di satukan dengan cinta dan tujuan untuk membangun keluarga, menghasilkan keturunan, mempunyai materi, agar bisa diperoleh kehidupan yang layak. Sementara seks dalam pernikahan hanyalah ibarat bumbu dalam masakan. Sifatnya menyedapkan, memberi rasa dalam pernikahan. Nah, sekarang kamu pikirkan saja, ibarat bumbu, apa bila hany itu - itu saja, apa kamu tidak merasa bosan? Tentu kamu ingin rasa yang bervariasikan. Begitu juga dengan seks dalam pernikahan, apabila seks nya monoton, maka akan terasa bosan. Yang terjadi adalah masing - masing akan mencari variasi sendiri, yaitu dengan selingkuh. Dan akibatnya, banyak pasangan yang harus bercerai karenanya. Coba saja mereka mau bervariasi, semisal memanggil Pijat Pasutri atau dengan bertukar pasangan. Tentunya, seks tidak akan membosankan dan tidak akan ada keinginan untuk berselingkuh."

"Masalah cinta, itu adalah masalah perasaan. Cinta beda dengan nafsu. Seorang Istri bisa saja begituan dengan beberapa laki - laki, tetapi perasaan cinta dari si Istri itu pasti hanya untuk suaminya. Kenapa? Karena suami dan istri pasti memiliki kecocokan, tujuan yang sama, dan memperoleh anak, sehingga perasaan mereka juga saling bertautan.

"Kemudian, coba kamu pikirkan, kenapa aku membayangkan kamu begituan dengan orang lain? Asal kamu tahu saja, aku sudah lama membayangkan kamu begituan dengan orang lain. Jadi, bukan karena kondisi penisku yang seperti ini. Namun, karena hal lain. Sayang, dalam urusan seks, kemampuan wanita jauh melebihi kemampuan wanita. Wanita butuh cara dan trik trik agar bisa terpuaskan, sementara Pria, hanya perlu penetrasi di vagina saja pasti akan ejakulasi. Kesimpulannya, wanita ditakdirkan untuk dapat mengatasi beberapa pria agar birahinya dapat terpenuhi. Tapi pria, hanya butuh satu wanita saja untuk memuaskannya dan wanita itu adalah istrinya."

Jawaban dari Thomas tersebut seperti mencekik leherku. Begitu mantapnya dia menjelaskanku. Dan memang apa yang dijelaskan Thomas sangat - sangat benar. Aku terdiam, tak mampu berkata. Pandanganku tentang pernikahan, seks, dan cinta menjadi terbuka. Dan aku mengakui, hanya lah kekolotan dari budaya saja yang mengekang pasangan suami istri untuk bervariasi dalam urusan seks. Akibatnya, karena terlalu memegang kuat budaya, agama, dan harga diri, perselingkuhan, perceraian, terjadi di mana - mana.

"Yang, kok malah makin diem", Thomas menyelaku yang sedang memikirkan kata - katanya.

"Ga, pusing aja. Kamu tibas - tiba jadi sok bijak begitu", jawabku.

"Hehee, udah ah, tidur yuk. Besok kita mau ke Dago kan", katanya.

"Yuk", jawabku.

Keesokan paginya, sesuai dengan rencana, aku dan Thomas jalan - jalan di sekitar kawasan Dago Bandung. Semua sudut kawasan Dago tak lepas dari sorot kamera yang kami bawa. Memang dengan berlibur, baik aku maupun suamiku benar - benar refreshing. Segala penat sedikit hilang ketika kami berlibur.

Jam makan siang tiba, kami memilih salah satu restoran. Namun, secara kebetulan, Rian juga berada di restoran yang sama. Sekali lagi kami bertemu dan berbincang - bincang. Rian menberikan kami rekomendasi tempat untuk dikunjungi, yaitu bukit bintang. Kami pun setuju dengan usulannya, dan Rian akan ikut kami sebagai pemandu malam ini.

Bertemu Rian lagi langsung membawa pikiranku tentang penjelasan Thomas tadi malam dan keinginan Thomas yang melihatku bercinta dengan Rian. Kemudian, melintas juga di pikiranku, kenangan - kenangan aku dan Rian sedang asyik bercinta dulu. Saat penis Rian yang besar menerobos masuk dan mengaduk - aduk vaginaku. Membayangkannya aku menjadi terangsang sendiri, vaginaku terasa lembab di bawah sana.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 wib, rencana kami pergi ke bukit bintang sepertinya akan gagal karena hujan turun dengan derasnya. Kami sudah berkali - kali menghubungi Rian, namun tidak dijawabnya. Tiba - tiba, hpku berdering, tertera di layar nama Rian, segera ku angkat. Rian ternyata sudah sampai di hotel tempat kami menginap. Ya ampun, hujan - hujan begini kok dipaksain sih, benakku. Thomas segera turun ke depan hotel sambil membawa handuk. Dan tak lama kemudian, Thomas sudah kembali lagi bersama Rian yang basah kuyup.

"Duh, kok maksa sih, udah tau hujan deras", pekikku saat melihat Rian

"Nggak papa kok, ngga tau kalau bakal hujan deras begini", jawab Rian.

"Kayanya batal nih rencana kita", sambung suamiku

"Iya nih, Mas", jawab Rian lagi.

"Dah cepetan keringin badanmu, pakai baju Thomas aja dulu", Kataku yang tak tega melihat Rian kedinginan.

"Oke Nyonya", jawabnya sambil bercanda

Rian pun membuka bajunya, darahku tiba - tiba berdesir menyaksikan tubuhnya yang atletis. Otot - otot nampak menempel kokoh di lengan, dada, dan perutnya. Berbeda sekali dengan Thomas yang buncit. Selanjutnya, celananya dilepaskan di balik handuk. Sedikit nampak tonjolan dari balik handuk itu, ah itu pasti karena penis besarnya itu. Tapi, kenapa sampai menonjol? Apa penisnya dalam keadaan menegang? Hmm, pikiranku lalu membayangkan wujud penis itu, apa masih sama seperti dulu? Ahh, sial. Aku menjadi gelisah sendiri, perlahan vaginaku mulai basah karena pikiranku sendiri.

Selesai Rian berganti pakaian, kami pun berbincang - bincang. Thomas pergi ke luar untuk mencari cemilan serta minuman di minimarket sebelah hotel tempat kami menginap. Sementara, hanya aku dan Rian saja yang berada di dalam kamar. Sedikit canggung, namun obrolan kami berjalan seperti biasa.

"Ra, kamu makin cantik aja sekarang", puji Rian yang sukses membuat mukaku memerah.
"Gombal kamu ga ilang - ilang, yah", jawabku meladeninya.

"Ya ampun, bener deh. Ga cuma cantik, badanmu makin seksi.", Lanjutnya. Apa maksud, Rian?"

"Hei, aku nih istri orang. Ga pantes kamu bilang, seksi", kataku yang mulai risih dengan perkataannya. Bukan risih, tetapi terangsang akan kata-katanya.

"Oh, maafkan aku. Aku tak bermaksud begitu.", jawabnya.

Thomas pun kembali ke kamar dengan cemilan dan minuman hangat yang ia beli. Kami bertiga ngobrol panjang lebar dan sampak ke urusan seks. Hemm, bagi laki - laki mungkin biasa membicarakan seks. Tapi bagi wanita, itu sangat membuat risih karena kalau sampai wanita membicarakan seks, pasti wanita akan terangsang sendiri sehingga vaginanya terasa gatal dan basah. Termasuk aku yang mau tidak mau ikut dalam pembicaraan tentang seks ini. Dan aku tak menyangka, seberapa vulgarnya Thomas dan Rian membicarakan seks, bahkan aku pun tak luput dari pembicaraannya.

"Rian, bagaimana dulu kamu dengan Tiara? Apa Tiara begitu seksi dan memuaskan?", Tanya Thomas kepada Rian. Aku hanya terdiam mendengarnya dan penasaran dengan jawaban Rian.

"Ooh, siapa pun pasti akan mengatakan Tiara itu cantik dan seksi, dan siapa pun pasti akan puas dengannya. Dia dulu begitu liar, kami bahkan pernah begituan di bioskop", jawabnya.

"Wah sayang, ga nyangka kamu seliar itu", Kata Thomas.

"Ya, dan yang ku suka dulu dari Tiara adalah layanan dari mulutnya. Ia tak jijik menjilati seluruh tubuhku.Juga dengan susunya, sangat padat berisi dan kencang. Dan bila ku lihat sekarang, Mas Thomas adalah yang paling beruntung. Tubuh Tiara dari luar saja sudah bisa ku tebak, susunya pasti lebih besar dari yang dulu", sambung Rian.

Aku sebenarnya risih, dijadikan objek obrolan seks oleh suamiku dan Rian. Namun, mendengar jawaban dari Rian aku pun menjadi sangat terangsang. Apa mungkin penisnya tadi menegang karena memperhatikan dan membayangkan tubuhku? Ahh, sial kau Rian.

"Oh ya. Apa kau penasaran dengan tubuhnya sekarang?", tanya Thomas lagi.

"Hahahahaha, pasti, pasti aku sangat penasaran", jawab Rian

"Sayang, Rian penasaran dengan tubuhmu, bagaimana? Apa kamu akan membiarkannya penasaran?" Kata Thomas kepadaku.

"Tentu saja, biar saja dia penasaran, dan biar dia cepat menikah." Jawabku.

"Ah, kamu tak boleh seperti itu. Sayang. Kasihan Rian, lagipula dia kedinginan. Aku pikir, kita bisa menghangatkannya malam ini". Jawab Thomas, Rian seperti kebingungan dengan perkataanya.

"Oh, aku mengerti. Tadi malam kan", jawabku yang mengerti apa yang dimaksud Thomas.

Thomas memang sudah tak bisa dikendalikan. Ia sepertinya sangat terobsesi melihatku bersetubuh dengan Rian malam ini. Aku sendiri juga sudah sangat terangsang dari tadi. Oke, Thomas. Aku akan berikan apa yang kamu mau, semoga kamu tak menyesalinya, karena kamu pasti akan minder melihat begitu liarnya aku menikmati Penis Rian yang membuatku terangsang karena membayangkannya sejak tadi.

"Rian, apa kamu benar penasaran dengan Tubuhku sekarang? Aku yakin kamu masih ingat tubuhku yang dulu sering kau sentuh, kan", kataku

"Hah?" Jawab Rian, kaget mendengar pertanyaanku.

Tak butuh jawabannya, aku langsung membuka kancing kemeja ku satu persatu hingga habis. Lalu ku lepaskan kemejaku dari badanku dan menyisakan bra ku saja. Ku lihat mata Rian tercengang tak berkedip melihatku. Di bawah, ku lihat tonjolan penisnya tercetak jelas karena ia tak memakai celana dalam saat berganti pakaiannya yang basah karena hujan tadi.

"Rian, kau ku beri nilai 100. Payudaraku memang lebih besar dari yang pernah kau sentuh dulu", kataku kemudian.

"Oh, Tiara. Betul apa yang ku duga. Sejak bertemu kemarin, aku tak dapat menahan khayalanku tentang tubuhmu yang indah ini. Pulang ke rumahku, aku langsung onani membayangkanmu. Thomas, terima kasih telah mengijinkanku menyaksikan istrimu ini.", jawab Rian.

"Oh, bukan hanya menyaksikan, tapi kau juga akan merasakan lagi tubuhku ini. Betul begitu, Thomas?" Jawabku. Ah, aku sudah gila karena sangat terangsang, tubuhku dilihat oleh Rian di depan suamiku sendiri.

"Ya, lakukan lah Rian. Aku sangat penasaran bagaimana kau dan Tiara bersetubuh", kata Thomas.

Rian tak menjawab, sepertinya ia tak percaya dengan yang sedang terjadi. Matanya semakin melotot saat ku turunkan rokku. Rian menelan liurnya sendiri menatapku yang kini hanya ditutupi oleh sepasang bra dan celana dalam.

Rian kemudian bereaksi, mungkin dirinya juga sudah sangat terangsang melihat ku seperti ini. Rian bangkit dari kursinya dan menghampiriku ke rangjang, disentuhnya lenganku sambil tersenyum. "Akhirnya, aku bisa menikmati tubuh bidadari sepertimu sekali lagi" Begitu katanya merayuku yang sebenarnya sudah tak perlu dirayu lagi.

Aku dan RIan kemudian melihat suamiku yang masih duduk di kursinya, meminta ijin untuk melakukannya. Suamiku hanya mengangguk sambil tersenyum tanda ijin darinya diberikan. Kami pun memulai percintaan kami.

Rian dengan nafsunya langsung menciumi bibirku, aku pun tak kuasa untuk tak meladeninya dengan nafsu. Bibir dan lidah kami bergantian mengulum. Tangan Rian mulai menjelajahi tubuhku. Dielusnya punggungku dan merambat ke bawah ketiakku, kemudian kembali ke punggungku untuk membuka kaitan bra ku. Braku pun disingkirkan oleh Rian yang menghentikan ciuaman kami demi menatap kedua payudaraku.

Tanpa basa - basi, Rian langsung beralih ke Payudaraku. Dihisapnya payudara ku yang seksi itu bergantian sambil tangannya meremas yang satunya lagi. Aku mendesah pelan karena kegelian menikmati cumbuan Rian di payudaraku.

"Ahh, Isap , Isap payudaraku", kataku menyemangati Rian

"Ahh, ini bukan payudara, ini susu. ingat ini susu", katanya mengajariku menggunakan kata susu untuk payudaraku.

"ahhh iyaah, isap susuku, Rian", ku benarkan kata - kataku sesuai keinginannya.

Rian pun makin semangat menyiksaku dengan kenikmatan dari mulut dan lidahnya yang sedang mengerjai kedua susuku. Tangannya yang satu juga mulai aktif merangsang bagian bawahku. Pahaku dielus - elus sampai pangkal pahaku. Namun dasar Rian yang nakal, aku hanya mengaduh dengan mendesah lembut saat tangannya dihentikan ketika akan mencapai vaginaku yang masih tertutup celana dalam.

Aku tak mau kalah bermain, tanganku pun menghampiri penis Rian yang masih berada di balik celana pendek suamiku yang ia kenakan. Ku genggam dan ku rasakan Penis Rian begitu besar, lebih besar dari yang dulu. Aku penasaran dengan Penisnya, seperti apa wujudnya sekarang.

"Ahhh, Riaannnhhh". Pikiranku tentang Penis Rian tiba - tiba buyar, ketika Rian makin ganas menghisap susuku. Tak hanya dihisap, Rian juga menggigit putingku dan mengelitiknya dengan lidah. Aku setengah teriak, mendesah atas kenikmatan yang diberikannya.

Kembali aku fokus pada penisnya, dengan satu tangan ku coba untuk melepaskan celananya itu. Dan Rian yang mengerti pun akhirnya membuka celananya sendiri. Dan saat dirinya sudah tanpa sehelai pakaian. Akhirnya terpampanglah penis miliknya itu dihadapanku. Besar, Panjang, dan Berurat. Di kepalanya ada cairan bening yang menandakan pemiliknya sudah terangsang berat. Ku genggam lagi Penis itu dan ku kocok perlahan.

Rian menyudahi permainannya di susuku, aku kemudian memanfaatkan kesempatan ini. Aku yang sudah terangsang berat pun langsung menciumi kepala penis milik Rian dan mulai menjilatinya. Ku sapu batang penisnya dari kepala sampai ke pangkalnya.

"Geliih lidahmu", Rian yang keenakan mengaduh kepadaku.

"Penismu besar yah, besar dari yang dulu", kataku di sela - sela jilatanku di penisnya

"Apa penis? ini kontol. ingat, kontol", sekali lagi rian ingin mengganti sebutan yang biasa ku pakai dengan suamiku.

"Iya, kontol. Kontolnya besar", kataku menuruti kemauan Rian.

Aku pun kemudian memasukkan kontol Rian ke dalam mulutku. Luar biasa besarnya, hampir - hampir tak muat mulutku dimasuki kontol Rian. Dengan pelan tanganku urut kontol Rian sambil ku maju mundurkan kepalaku. Mataku menatap wajah Rian yang tersenyum menggambarkan kenikmatan yang menjalar di kontolnya saat ini.

Tanpa ku sadari, tiba - tiba Thomas suamiku sudah berada disampingku tanpa sehelai pakaianpun. Kontolnya yang sangat kecil bila dibandingkan milik Rian sudah berdiri tegak. Aku paham, Ia menginginkan diriku melayaninya juga. Segera kugenggam kontolnya dan ku kocok perlahan sambil tetap menghisap kontol rian. Kemudian bergantian, kontol rian dan Thomas ku hisap. Baik Rian atau Thomas, sama - sama memiliki ekspresi kepuasan. Aku sangat bersemangat sekali. Nampaknya, aku akan dipakai habis - habisan oleh kedua laki - laki di depanku malam ini.

"Croottss croootsss", Kontol Thomas menyemburkan maninya saat sedang berada di mulutku. Mau tak mau aku harus menelannya. Ini adalah pengalaman pertama ku menelan sperma, entah mengapa aku menjadi sangat bergairah setelah menelan mani suamiku. Sementara, kontol Rian yang masih tegak berdiri langsung ku lahap.

"Hmmm ehmm achhsss" Desahku tiba - tiba karena merasa ada sesuatu yang menggelitik memekku. Ternyata Thomas sekarang sedang menjilati memekku dari luar celana dalamnya. Aneh, Thomas yang biasa ketika mengeluarkan maninya langsung lemas tak berdaya, kali ini masih mampu mencumbuku lagi. Apa??? ku perhatikan ternyata kontolnya masih berdiri? Apa yang sedang terjadi? Thomas bukan lah tipe orang yang senang mengkonsumsi obat - obatan, sehingga ku yakin kontolnya masih berdiri bukan karena pengaruh obat kuat. Hemm, bagus lah. Setidaknya aku akan merasakan kenikmatan yang luar biasa malam ini dengan 2 kontol mengaduk isi memekku.

Thomas kemudian meloloskan celana dalam ku, dan langsung melahap memekku. Lidah dan bibirnya memainkan klitorisku dan lubang memekku. Aku tak leluasa mendesah karena di mulutku masih ada kontol Rian yang harus ku puaskan.

"Mhhhsssmm Mhhhss mhhh" desahku yang tertahan kontol Rian.

"Achhh achhh achhsss ouuhhh sayaangghhhh" Tak kuasa aku melepas kontol Rian di mulutku saat Thomas tak hanya menjilati klitorisku,tetapi juga mengocok memekku dengan 2 jarinya dengan cepat. Aku mendesah teriak menikmati kenikmatan di memekku yang menjalar ke seluruh tubuh.

Rian yang sangat bernafsu kemudian kembali mengerjai kedua susuku. Kenikmatan - kenikmatan begitu terus menjalar di sekujur tubuhku. memek dan susuku yang merupakan titik paling sensitif sekarang sedang dirangsang bersamaan, dan tak lama kemudian aku rasakan seperti ingin kencing namun bukan kencing yang keluar, cairan cintaku yang kental lah yang menyemprot - nyemprot dari dalam memekku. Ya, aku telah mendapat orgasme pertamaku malam itu. Seluruh badanku terasa sangat lemas.

Setelah diberikan istirahat sebentar oleh kedua laki - laki ku, pahaku langsung dibuka oleh Thomas. Kontolnya diposisikan tepat di depan memekku, digeseknya terlebih dahulu di klitorisku baru secara perlahan kontol Thomas memasuki tubuhku. Dengan tempo yang sedang Thomas mengocok kontolnya di memekku. Rian tak mau kalah memberikan kenikmatan kepadaku, dengan mulutnya ia merangsang susuku. Putingku yang berdiri tegak ia emut dan sesekali di gigit.

"Achhsss achhsss enakhhh ehmmm"

"ahcchss ngentottt ohhh aku mauuhh ngentottt ajahhh malam iniihh"

"Ohh Thomasss, kontolll luuu ga bolehh cepat kluarrhhh"

"ohhhsss ohhss achhh riaan, makaaannn ajaahhh susukuuuhhh achhh ngentot ngentottt enaakkkkhhh"

Aku mendesah sejadi - jadinya diperlakukan seperti ini. Kenikmatan menjalar di seluruh tubuhku. Badanku terasa ringan, memekku terasa sangat gatal seperti ingin digaruk kedua kontol yang ada didekatku. Putingku terasa sangat gatal, ingin rasanya ku gigit sendiri putingku.

5 menit dalam posisi missionaris, kami berganti posisi menjadi doggy style. Thomas langsung mengocok kontolnya dengan cepat Rian lalu memposisikan penisnya dihadapan mulutku, tanpa diminta ku raih kontol rian untuk ku hisap. Aku tak perlu banyak bergerak, goyangan dari Thomas yang membuat badanku maju mundur otomatis mengocok kontol Rian di dalam mulutku.

"Achhhss mhhhmmhhhhmmm ourghhh akuuhh nyampeehhhh", Teriakku saat ku rasakan orgasme keduaku datang.

AKu langsung ambruk ke ranjang. Thomas lalu melepas kontolnya, dan langsung digantikan dengan kontol Rian. Perlahan Rian mencoba memasukkan kontolnya ke memekku. Agak sedikit susah karena ukurannya yang besar, namun karena dulunya pernah masuk ke memekku, maka dengan perlahan kontol itu menyeruak masuk ke dalam memekku.

Rian pun mulai memompaku dalam posisi menyamping. Sementara tangannya meremas - remas susuku dari belakang. Thomas memintaku untuk menghisap kontolnya yang langsung ku turuti. Siksaan birahi ini sangat - sangat nikmat bagiku.

Aku tak pernah membayangkan begitu nikmatnya ngentot dengan 2 pria, ternyata rasanya jauh lebih nikmat bila hanya dengan 1 kontol saja. Malah, Thomas yang kontolnya hanya mampu bertahan paling lama 3 menit, kali ini masih berdiri tegak, padahal sudah setengah jam kami bercumbu.

"Achhsss achhhsss achss"

"iyaahh trusss anjingghhh enakkkhh"

"Siaaallhhh ahhhhh memekkuu gateelll, garukin pake kontolll yang cepethhhh"

Setiap kontol Thomas terlepas dari mulutku selalu ku manfaatkan untuk teriak dan mendesah, ekspresi dari kenikmatan yang ku terima saat ini.

Aku kini berada di atas Rian, sedangkan Thomas berdiri di sampingku dan kontolnya sedang ku hisap. Pinggulku naik turun sehingga kontol besar milik Rian keluar masuk di memekku. Susuku diremas oleh Rian, terkadang dipencetnya putingku. AKu hanya bisa mendesah tertahan karena kontol Thomas ada di mulutku saat ini.


Entah sudah berapa kali aku orgasme. Namun, belum ada tanda - tanda kalau kontol rian maupun Thomas akan menyemprotkan maninya. Diburu dengan kemauan menikmati mani Rian dan Thomas, aku pun mempercepat goyanganku. Benar saja, 5 menit kemudian, Thomas mengaduh dan menekan kepalaku ke selangkangannya. Dari kontolnya keluar air mani yang cukup banyak yang langsung ku telan.

Rian masih terus menikmati goyangan pinggulku. Lelah di posisi ini, kami berganti posisi kembali. Aku yang di bawah, sedangkan Rian memompaku dari atas. Thomas walaupun sudah keluar, masih terus mencumbuku. Kali ini susu ku dimainkannya. Kontol rian keluar - masuk dengan cepat di memekku.

"Achhss terusshhh ayoohh terusss"

"Aku mauuuhh akuu mauuhhhh keluarhhh lagiih"

"ahh trussss sayaaang ahhh riaaan terussss"

"achhhhhh akuuuh nyampeee lagiihhh ahh achhhsss"

Aku menerima orgasmeku lagi. Rian kemudian berkata juga akan keluar, dipercepatnya sodokan di memekku dan dengan satu hentakan Rian menarik kontolnya dari memekku dan berpindah ke depan mukaku. Sambil dikocoknya, kontol rian menyemprotkan air mani yang sangat banyak. Wajahku jadi blepotan karenanya, dan sebagian air maninya yang masuk ke dalam mulutku langsung ku telan. Kami bertiga pun ambruk, terbaring di ranjang sambil meresapi kenikmatan yang baru saja kami peroleh.

PERMINTAAN SUAMI

By Lucy → Tuesday, July 30, 2019
Pada suatu hari istriku minta izin kepadaku untuk pergi ke rumah saudaranya yang rumahnya agak jauh, setelah pulang dari sekolah anak kami, dan diperkirakan baru akan pulang ke rumah sore harinya. Aku pun tidak berkeberatan karena aku pun tidak akan pergi ke mana-mana sehingga tidak khawatir dengan keadaan rumah kami. Aku pun bersantai-santai saja di rumah sambil menyetel vcd porno yang tidak berani kusetel bila anak kami sedang berada di rumah. Aku menikmati tontonan yang merangsang tersebut sambil membayangkan bahwa yang bermain di dalam film porno tersebut adalah aku dan Heni. Aku terhanyut dalam bayangan bahwa diriku sedang menggumuli tubuh bugil Heni. Kebetulan sudah seminggu kontolku tidak mendapat jatah karena istriku sedang berhalangan. Kontolku sudah sangat ngaceng.



Sedang asyik-asyiknya aku menonton sambil mempermainkan kontolku tiba-tiba pintu yang lupa aku kunci dibuka orang sehingga kontan kumatikan vcd player yang sedang kusetel. Ternyata yang membuka pintu tersebut adalah Heni yang langsung masuk sambil memanggil-manggil istriku: "Teh ....... Teh ......". Ia memakai kain dan baju atasannya agak terbuka atasnya, sehingga pangkal buah dadanya yang putih mulus dan montok terlihat sedikit. Kain yang dipakainya agak basah, mungkin ia baru selesai mencuci sehingga pinggulnya tercetak dengan jelas dan aku tidak melihat garis segitiga di balik kain yang dikenakannya itu sehingga aku berkeyakinan bahwa ia tidak memakai celana dalam. Hal itu menyebabkan aku semakin terangsang.
"Mas, Tetehnya ke mana?" tanyanya.
"Ke rumah saudara, pulangnya nanti sore!" jawabku, "Memangnya mau apa sih Hen?" tanyaku.
"Anu Mas, mau pinjam seterikaan, kepunyaan saya rusak".
Datanglah setan membisikkan ke dalam diriku bahwa aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mewujudkan hal yang selama ini selalu menjadi fantasiku. Aku berkata: "Biasanya sih di kamar tidur, ambil saja sendiri!", padahal aku tahu bahwa seterikaan tersebut tidak disimpan di kamar tidur.
Ketika Heni pergi ke kamar tidur untuk mencari seterikaan aku segera mengunci pintu agar tidak ada orang lain yang mengganggu rencanaku. Kontolku sudah sangat keras karena ingin segera mendapat jatah.
Dari dalam kamar tidur terdengar Heni berkata: "Kok enggak ada Mas, di sebelah mana ya?"
Aku pun masuk ke kamar tidur dengan hanya mengenakan sarung tanpa memakai celana dalam supaya rencanaku tidak terhambat dengan cd. Nampaknya Heni tidak menaruh curiga apa-apa.
"Mungkin di bawah tempat tidur!" kataku.

Kemudian Heni pun melihat ke bawah tempat tidur, tentu saja sambil menungging. Ketika Heni menungging aku melihat sebuah pemandangan yang sangat indah dan sangat menggairahkan. Pantat Heni yang bahenol tercetak jelas pada kain yang dikenakannya, dan sekali lagi aku yakin bahwa Heni tidak memakai celana dalam karena aku tidak melihat garis segitiga pada pantatnya yang bahenol itu. Karena sudah tidak tahan maka aku pun segera memeluk tubuh Heni dari belakang sambil menggesek-gesekkan kontolku pada pantatnya. Ternyata Heni memberikan reaksi yang tidak kuharapkan. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukanku sambil memaki-maki diriku,
"Mas apa-apaan sih? Lepaskan diriku, aku tidak mau melakukan ini, kamu bajingan Mas, tidak kusangka!"

Melihat reaksinya yang seperti itu pada mulanya aku pun merasa ragu untuk melanjutkan perbuatanku, namun rupanya bisikan setan lebih dahsyat daripada akal sehatku, sehingga walaupun Heni meronta-ronta sambil memaki-maki aku tidak peduli, bahkan aku semakin bernafsu. "Ampun Mas, lepaskan aku, aku tidak mau melakukan hal yang seperti ini!" Heni berkata sambil menangis dan meronta-ronta. Aku semakin ganas, kuhempaskan tubuh Heni ke atas tempat tidur sambil kutarik kainnya secara paksa sehingga kain tersebut lepas dan terlihatlah
kemaluan Heni yang ditumbuhi bulu yang lebat. Aku pun semakin bernafsu, aku berusaha untuk membuka pakaian bagian atasnya, namun
aku mendapat kesulitan karena Heni selalu mendekapkan tangannya erat-erat di daarya sambil terus menangis, kakinya pun selalu dirapatkan
erat-erat sambil menendang-nendang sehingga aku mendapat kesulitan untuk memasukkan tubuhku di sela-sela pahanya. Mungkin karena sudah lelah atau karena lengah pada suatu kesempatan aku mendapat kesempatan untuk merenggangkan pahanya dan tubuhku berhasil masuk ke sela-sela pahanya. Dari sana aku berusaha untuk melepaskan pakaian bagian atas Heni dan sekaligus bh-nya yang pertahankan dengan gigih, sambil meronta-ronta, menjerit-jerit, memukul, dan mencakari tubuhku.

Akhirnya aku berhasil menyobekkan pakaian bagian atasnya dan melepaskan bh-nya, dan aku pun berhasil mendaratkan bibirku pada susunya yang masih keras, maklum belum dipakai menyusui, kecuali suaminya. Tidak ayal lagi aku pun menciumi susunya dan sesekali mengulum putingnya dan menyedotnya. Diperlakukan demikian Heni mendesah, namun ia masih terus melakukan perlawanan dengan cara meronta-ronta sambil menangis, walaupun rontaannya sudah agak melemah, entah karena kecapekan entah karena mulai terangsang. Sejalan dengan itu pertahanan pahanya pun mengendur sehingga lambat laun kontolku yang sudah super tegang berhasil menyentuh bagian luar memeknya dan kugesek-gesekkan kontolku untuk mencari lubang yang selama ini aku idam-idamkan.

Akhirnya kontolku berhasil menemukan lubang idaman tersebut, dan secara perlahan tapi pasti aku pun memasukkan kontolku ke dalam lubang tersebut. Ketika kontolku berhasil melakukan penetrasi ke dalam lubang memeknya serta merta terdengar mulut Heni mendesah dan merintih, badannya pun menjadi lemas, perlawanannya mengendur, dan ketika penetrasi kontolku kusempurnakan dengan tekanan yang mantap ia
pun menjerit tertahan, "Aaaaaaahhhh ......... Maaaassssssss ..............". Inilah reaksi yang sangat aku harapkan ..... Ketika kontolku aku naikturunkan
dengan cepat pantat Heni pun mengimbanginya dengan gerakan sebaliknya. Sekarang bibirku pun dengan leluasa tanpa hambatan
bermain di puting susunya, sesekali aku bergerilya di ketiaknya yang ditumbuhi bulu yang lebat, aromanya yang agak bau keringat sangat aku
senangi sehingga semakin meningkatkan gairahku. Tangan Heni yang tadinya dipergunakan untuk memukuli dan mencakar tubuhku kini ia pergunakan untuk memeluk dan mengelus-elus punggungku.

Tadinya ia menangis dan menjerit-jerit karena menolak kini ia menjerit-jerit dan mendesah serta mengerang karena gairah yang memuncak. "Aaaaaahhhhhh ................ Eeeeeeeemmmmmmhh ......... Aduuuuuuuhhhhhhh .......... Ssssssshhhhhhh .......... Sssssssshhhhh ............ sssssshhhhhhh .......... Hhhhhhhmmmmmmmhhh .............. Maaaaassssssss ........... Nikmaaaaaaaaatttttt tt". Heni meladeni semua permainanku dengan sangat agresif, kami berguling-guling di atas tempat tidur, kadang aku di atas kadang Heni yang di atas. Nampak sekali ia sangat menikmati permainan ini, sama sekali tidak tampak bekas-bekas penolakannya.
Ketika aku suruh dia menungging untuk melakukan posisi dog-style ia menolak, "Jangaaaaaan Masssssssss, jangan dari dubuuuuur ...... aku tidak suka, jijiiiiiiiiikkkkk" Rupanya ia mengira bahwa aku akan menyodominya karena oleh suaminya ia tidak pernah disetubuhi dari arah belakang.
Aku pun memaksanya untuk menungging, posisi yang sangat aku sukai ketika bersetubuh dengan istriku. Dengan terpaksa Heni menuruti
keinginanku. Pemandangan yang aku lihat saat Heni menungging semakin meningkatkan birahiku, pantatnya yang putih dan bulat serta memek
berbulu yang terjepit oleh pahanya, aaaahhhh ........ sungguh menggairahkan. Segera aku arahkan kontolku yang masih sangat tegang
itu ke arah memeknya yang terjepit oleh paha mulus. Ketika kontolku secara perlahan-lahan masuk ke dalam memeknya, Heni menggelepar-
gelepar sambil kelojotan merasakan sensasi yang baru ia rasakan setelah beberapa tahun menikah.
"Aaaaaaaaawwwwww .............. Maaaassssssss ........... Enak sekaliiiiiiiiiiiiii ........... Terus Maaassssss jangan lepaskan kontolmuuuuuuuuuu .......... Adduuuuuuuuhhhhhhh ........... teruuuuuus tekaaaannnnnnnnn yang keraaaaaaaaassss ........ kalau bisa dengan kanjutnyaaaaaaaa ..........! Tangannya menggapai-gapai ke belakang ingin menarik pantatku agar kontolku masuk lebih dalam lagi. Dengan leluasa pula kedua tanganku mempermainkan susunya yang menggelantung dengan indah. Maka erangan Heni pun semakin menjadi-jadi karena ia mendapat kenikmatan dari dua arah. Memeknya yang aku kocok terus dengan kontolku dan susunya yang terus aku permainkan dengan tanganku.

Heni pun menjerit dan mengerang dengan histeris, mulutnya meracau mengeluarkan kata-kata jorok yang semakin merangsang diriku. "Maaaaaasssss ........... jangan lepaskan kontolmu dari memekku, puaskanlah memekku dengan kontolmuuuuuuuu ........... aku baru merasakan
kenikmatan yang seperti ini, kontoooooolllllllll ............. Aaaaawwwww .......... Maaassssss, aku ingin agar kontolmu terus berada di dalam
memekku ....... Aaaaaaaahhhhhhhhh ........... sssssshhhhhhhhhhhhh h ............ sssssshhhhhhhhhh ..............Kucabut kontolku dari memek Heni karena aku sudah merasa agak lelah dengan posisi tersebut. Heni menyangka bahwa aku akan menyelesaikan eweanku terhadap dirinya, ia marah-marah dan meminta agar aku segera memasukkan lagi kontolku ke dalam memeknya,
"Mas jangan dicabut dong kontolnya, Aku belum orgasme nih! Ayo masukkan lagi! Aaaaahhhhh ........... Kontolmu Maaaaasssss .........".
Namun aku mempunyai rencana lain. Aku minta agar Heni berbaring telentang dengan kaki menekuk. Aku segera mengarahkan mukaku ke memeknya, mula-mula aku jilati bagian dalam pahanya, kemudian aku jilati memeknya dan aku hisap itilnya. Diperlakukan demikian kontan Heni menjerit karena ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu, dan memang ia tidak pernah diperlakukan demikian oleh suaminya. Suaminya sangat konvensional.
"Aaaaaawwwwww .................. Maaaaaassssss .......... Geliiiiiiiiiiii ........ tapi nikmaaaaaaatt .......... Terus Mas hisap itilkuuuuuuuu ........., jilat
memekkkuuuu ......... agak ke bawah Masss, ya ........ ya ........ benar disitu Maaaaasssss, .......... Aaaaaaaawwwwwww .......... Maaaasssssss ........ mana kontolmu .... Kesinikan ........ aku ingin mengulumnya ........" Maka aku pun berputar untuk menyodorkan kontolku ke melut Heni, dan kami pun
mempraktekkan posisi 69. Kontolku dijilati oleh Heni, kadang-kadang dikenyotnya dalam-dalam. Aku pun mengerang sambil terus menghisap
memek Heni yang sudah dipenuhi oleh lendir.

Ketika aku merasa bahwa aku akan mencapai orgasme aku pun mencabut kontolku dari mulut Heni dan segera memasukkannya ke dalam memeknya
sambil terus digenjot. Nampaknya Heni pun sama akan mencapai orgasme, gerakan pantatnya semakin liar, desahannya semakin kerap. Dan ketika
aku merasa ada yang mendesak di dalam kontolku aku pun menekankannya keras-keras ke dalam memek Heni sambil memeluk tubuhnya erat-erat,
Heni pun demikian pula, ia memeluk tubuhku erat-erat sambil menahan tekanan kontolku. Maka kami pun mengalami orgasme secara bersamaan
dan kami pun sama-sama mengeluarkan suara erangan yang panjang sebagai tanda bahwa kami berada pada puncak kepuasan.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaahhhh hhhhhhh ............. Ssssssshhhhhhhhhhhh
................. Maaaaaaaaaaasssssss .............., Heeeeeeeeeennnnnnnn .
Tubuh kami pun terkulai bermandikan keringat, Heni memeluk erat-erat tubuhku seolah-olah tidak mau lepas selamanya. Ia berbisik dengan manja
sambil nafasnya terengah-engah, "Mas maaf yah atas kelakuanku terhadap Mas Ary tadi! Tadinya Heni kira ngewe itu dengan siapa pun rasanya sama saja, ternyata ngewe dengan Mas Ary itu beribu-ribu kali lebih nikmat dibandingkan dengan ngewe bersama suami Heni. Terus terang saja kadang-kadang Heni merasa bosan ngewe dengan suami Heni karena ia hanya mementingkan diri sendiri. Baru kali ini Heni mengalami yang namanya orgasme. Ah kontol Mas Ary sangat perkasa, aaaahhhhh .......... Kontooooooool....... Kamu ini kok nikmat sekali!". Sambil berkata demikian ia mempermainkan kontolku sehingga kontolku tegang kembali.

Melihat kontolku sudah ngaceng kembali Heni merengek meminta ngewe kembali. "Mas, ngewe kembali yu? Tuh kan kontolnya sudah tegang
kembali, Heni akan meladeni Mas Ary sampai kapan pun kontol Mas Ary sanggup menancap di dalam memek Heni! Ayo dong Mas!"
Aku pura-pura tidak mau (padahal nafsu sih sudah sampai ke puncak ubun-ubun)
"Enggak mau ah nanti suamimu keburu pulang, lagi pula Heni kan mau menyeterika, kita cari saja seterikaan itu".
"Enggak Mas, suamiku sedang pergi ke luar kota, baru besok ia pulang. Soal seterikaan sekarang sudah menjadi nomor ke berapa, jauh lebih penting kontolmu Mas dibanding dengan seterikaan. Menyeterika itu seringkali terasa membosankan tetapi ngewe denganmu rasanya aku tidak akan pernah bosan
maaaaaasss ....... Cepet doooongngng ......... coba raba memekku Mas, sudah
sangat basaaahhhh masssss, ayo doooooong ......., kontoooooollllll .......",
Heni menjawab, ia tetap merengek meminta agar aku memasukkan kontolku ke dalam memeknya, namun aku diam saja seperti tidak mau. Karena aku tidak bereaksi maka Heni pun mengambil inisiatif, ia segera naik ke atas tubuhku, menciumi dadaku, menyodorkan susunya ke mulutku agar
kuhisap, menyodorkan ketiaknya agar aku menjilatnya, dan menyodorkan memeknya ke mukaku,
"Mas, jilat dong memekku, hisap itilnya sesukamu, aku inghin mendapat kenikmatan lagi, silahkan dong Maaasssss .....!".
Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan yang menggairahkan ini, segera aku menjilati memeknya dan menghisap itilnya, kadang-kadang
menggigitnya.
Diperlakukan demikian Heni mendesah dan mengerang sambil pinggulnya tidak henti-hentinya menggelinjang, "Aaaahhhhh ......... Maaasssss ......... terus beri aku kenikmataaaaaan, aaaawwwww ........ jangan terlalu keras menggigitnya dooooong Mas, aaahhhhhhhh .......... Ssssshhhhhhh ......... ssssssshhhhhhh ........... nikmaaaaaaat ..........". Tidak lama kemudian ia mengarahkan lubang memeknya ke arah kontolku yang memang sudah ngaceng dari tadi dan kontolku pun menyambutnya dan terus melakukan penetrasi sambil terus kunaikturunkan pantatku untuk
mengimbangi goyangan pantat Heni. "Aaaaaaaaaaaahhhhhh hh ...........
ssssshhhhhhh ........", Heni pun menjerit karena merasa senang
diperlakukan demikian, "aaaaaahhhhh ........ hmmmmmhhhhhh .......... Massssssss
........ terus tancapkan kontolmu ke dalam memekku ......... ssssshhhhhhhh .......
aku rela maaaasssss ........ Maaassss bulu kanjutmu menambah kenikmatan
memekku maaaaasssss ........ aaaahhhhhhh ....... Kontoooollllll ........ Setelah
berlangsung agak lama Heni meminta aku mencabut kontolku dan
menusuknya dari belakang, "Maaaaasssss ........ cabut dulu
kontolmuuuuuuuu ........ aku ingin ditusuk dari belakang aaaaahhhhhhhh
......... cepet maaasssss tusuk memekku dari belakaaaaaaang .........
Maaaaassssss ........ aaaaaaaahhhhh ........ sssshhhhhhhh ........ Maaassssss
........ Heni memang hebat, kini ia sangat agresif dan pandai merangsang serta memuaskan lawan mainnya. Ia langsung bisa mengimbangi
permainanku dalam bersetubuh. Kami pun melakukan berbagai variasi dan posisi dalam bersetubuh, dan kami selalu mengalami orgasme secara
bersamaan.

Sejak saat itu aku dan Heni sering melakukan persetubuhan, tergantung siapa yang lebih dulu menginginkan maka dialah yang menghampiri lebih
dulu. Kadang-kadang Heni datang ke rumahku ketika istriku sedang tidak ada di rumah. Kadang-kadang aku yang datang ke rumahnya ketika
suaminya sudah pergi. Tidak jarang ketika aku datang ke rumahnya Heni sedang mencuci pakaian di kamar mandi maka kami pun bersetubuh di
kamar mandi, kadang-kadang kami bersetubuh di dapur kalau kebetulan ia sedang memasak, kadang-kadang pula kami melakukannya dengan
berbasah-basah di lantai bila ia sedang mengepel. Dan setiap variasi persetubuhan yang kami lakukan selalu memberi sensasi baru kepada
kami.

Heni semakin sering berkunjung ke rumahku, walaupun sedang ada istriku. Kalau ia berkunjung ke rumahku dan istriku sedang di kamar
mandi atau sedang ke warung kami memanfaatkan waktu yang sebentar tersebut dengan seefektif mungkin untuk ngewe atau sekedar saling
mempermainkan kemaluan kami masing-masing. Atau kalau kami berpapasan maka tangan Heni tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk
menjawil kontolku dan aku pun selalu mencubit memeknya yang memang seolah-olah ia sodorkan untuk kucubit atau kujawil dan kuremas
susunya. Kini, setelah aku mempunyai lubang kenikmatan yang baru, yaitu memek Heni, aku pun tidak terlalu banyak menuntut kepada istriku, demikian juga Heni, ia tidak lagi suka meminta jatah kepada suaminya.

Awalnya Meronta selanjutnya

By Lucy →
Satu lagi kisahku yang berkaitan dengan isteriku adalah ketika aku harus ke Menado untuk suatu urusan. Biasanya aku tak pernah mampir kerumah keluarga isteriku yang memangnya berasal dari sana, tetapi kali ini aku terpaksa harus mampir ke Amurang karena isteriku menitipkan beberapa barang untuk adik dan kakaknya disana. Setelah selesai urusanku dikota Manado, maka aku segera memanggil taksi untuk ke Amurang yang letaknya cukup jauh dari kota Manado. Aku sebenarnya kepengen menginap di Manado saja karena disana ceweknya hebat hebat dan menyenangkan, tetapi karena aku harus ke Amurang, maka aku putuskan untuk menginap disana saja, tokh aku tahu kalau rumah keluargaku cukup besar disana dan aku bisa menempati paviliunnya yang sangat menyenang-kan. Aku sampai di Amurang sekitar jam 4 sore, dirumah aku disambut oleh mertuaku, Elsa kakak isteriku serta Vera adik isteriku. Aku menatap wajah ketiga orang ini dengan pikiran yang melayang layang, karena sejujurnya saja baik itu ibu mertuaku, kakak iparku maupun adik iparku semuanya cantik dan mempunyai keseksiannya sendiri sendiri. Mereka tanpa canggung memelukku serta menciumiku seperti biasanya orang yang kangen. Tetapi aku jadi cekot cekot sendiri. Bayangkan, meskipun mertuaku sudah hampir 55 tahun, tetapi badannya masih montok dengan buah dada yang benar benar hebat ditambah lagi wajah yang cantik, kalau Evie kakak iparku wajahnya kalem khas Manado, tetapi bentuk badannya benar benar ideal karena tinggi langsing dengan buah dada dan pinggul yang tak terlalu besar, kulitnya bersih dan bibirnya selalu tersenyum, berbeda sekali dengan adik iparku Vera yang wajahnya seksi dengan tubuh yang pendek dan padat ditambah buah dada yang montok hampir hampir tak sesuai dengan badannya yang kecil itu. Aku jadi bertanya tanya apakah Vera masih perawan, karena badannya begitu subur.



Kami masuk kerumah bersama sama, Ibu mertuaku merangkul aku dengan mesra sehingga dapat kurasakan buah dadanya menempel ketat dilenganku. Aku jadi nggak karu karuan, apalagi ketika kuperhatikan Vera, roknya yang tipis menyebabkan pantatnya yang memakai celana dalam kecil itu terbayang nyata dihadapanku. Benar benar membuat jakunku turun naik. Aku memang menyadari sejak dulu bahwa keluarga isteriku semuanya cantik, tetapi aku tak pernah menduga bahwa aku dihadapkan pada suasana seperti ini, aku sudah merasakan bahwa malam ini aku akan mendapat santapan yang lezat, entah yang mana tetapi aku pasti akan main dengan salah satu dari mereka atau bahkan dengan ketiganya, karena ibu mertuaku sendiri juga masih "layak dinikmati"

Dalam kamar aku berusaha untuk tidur sejenak karena memang tubuhku penat sekali, aku mencoba untuk tidur barang satu jam agar supaya nanti bisa keluar makan malam dengan keluargaku semuanya. Tetapi entah berapa lama aku tertidur karena ketika aku bangun kulihat diluar sudah gelap dan tak seorangpun yang berani membangunkan aku. Dengan tergesa gesa aku mengambil handukku dan pergi mandi. Tak kulihat seorangpun dirumah, entah kemana semua, tetapi ketika aku mendekati kamar mandi kudengan suara deburan air serta nyanyian wanita yang sayup sayup. Dari suaranya kukira itu suara ibu mertuaku. Benar saja ketika kuketuk pintunya ibu mertuakulah yang menjawab. Kutunggu dimuka pintu dan tak lama kemudian keluarlah mertuaku dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang dilibatkan dibadannya. Aku terpana menyaksikan sembulan buah dada mertuaku yang menonjol dari balik handuk yang dipakainya itu, apalagi ketika mertuaku mengambil pakaian yang ditaruhnya digantungan maka aku dapat melihat bulu ketiaknya yang lebat dan hitam itu. Secara otomatis aku melihat keantara selangkangannya sayang tertutup dengan handuk yang sedikit menutupi pangkal pahanya itu. Dengan nekad aku sengaja menjatuhkan handukku dan ketika mengambilnya aku melirik kepangkal paha mertuaku, benar saja, kulihat kerimbunan jembutnya yang masih basah dengan air. Entah mengerti atau tidak, tetapi mertuaku hanya tersenyum melihatku. Aku segera masuk kekamar mandi dan mulai mandi. Pikiranku yang ngeres menyebabkan kontolku jadi ngaceng nggak karu karuan. Kupercepat mandiku dengan harapan aku bisa nyamperin mertuaku yang kuharapkan masih belum berganti pakaian.

Kusambar handuk, kubiarkan bajuku tergantung dikamar mandi dan aku setengah berlari menuju kekamar mertuaku untuk menjalankan tipu muslihatku. Dengan hanya memakai handuk saja aku berhenti sejenak didepan kamar mertuaku, aku menarik nafas panjang dan tanpa mengetuk aku masuk kekamar itu. Benar saja kulihat mertuaku telanjang bulat didepan kaca sambil menyisir rambutnya yang panjang. Mataku terbeliak melihat buah dada serta jembut mertuaku yang amit amit tebalnya itu. Mertuaku menjerit kaget, dan menoleh kearahku, wajahnya merah padam, tetapi tak sedikitpun ia berusaha untuk menutupi nonoknya ataupun susunya. Dengan wajah yang kubuat serius aku meminta tolong mertuaku untuk melihat kontolku yang kukatakan digigit semut, memang tadi sengaja aku mencari semut merah didepan kamar mandi dan kugigitkan kebatang kontolku sehingga kontolku jadi bintul kena sengat semut kecil itu. Ketika melihat aku menyodorkan kontolku yang seperti anak kucing besarnya itu mertuaku jadi terpana, dia tak bisa berkata apa apa namun kuperhatikan matanya terus melekat memandang kontolku itu. Mertuaku mengambil duster dan memakainya untuk kemudian mengambil obat gosok dan mendekati aku.

Dengan agak gemetar mertuaku mendekat dan dipegangnya kontolku untuk melihat bagian yang digigit semut itu. " Aduh Roy, ngana ini kok ada ada saja sih, untung nih Evie dan Vera lagi keluar, kalau nggak kan Mamie jadi nggak enak ya, sini Mamie kasih minyak gosok biar nggak sakit" Aku merasakan sentuhan tangan mertuaku yang dingin sekali, kurasa kalau dia masih sungkan atau takut karena kenekadanku ini. Setelah membubuhkan minyak gosok, mertuaku mau berdiri, tetapi aku sengaja bilang " Mamie masih sakit nih, tolong dong dipijit pijit biar nggak terasa sakitnya. Mertuaku tertawa geli dan menyuruh aku duduk dikursi panjang yang ada dikamar itu, setelah aku duduk mertuakupun duduk disampingku dan tangannya mulai memijit mijit bagian kontolku yang sakit itu. Tapi dasar kontolku memang kurang ajar, begitu dipijit sedikit langsung saja dia ngaceng dan berdiri tegak lurus. Mertuaku dengan setengah berbisik berkata " Roy ngana punya barang kok galak sekali ya " Aku diam aja karena aku juga merasakan sentuhan buah dada mertuaku yang menyenggol lenganku. Tanpa ragu ragu aku membetulkan tangan mertuaku agar supaya memegang kontolku dengan lebih tepat.

Tiba tiba saja mertuaku melepaskan tangannya dan sambil tertawa menyuruh aku keluar dari kamarnya " Ayo Roy, itu sudah sembuh sekarang ngana keluar " Aku yang sudah bernafsu yakin bahwa mertuaku sebenarnya juga kepengen merasakan kontolku ini, tetapi mungkin dia kuatir sehingga dia menyuruh aku keluar. Karena itu tanpa bicara ba atau bu langsung saja kuterkam mertuaku dan kutarik dusternya sehingga kami sama sama telanjang bulat. Langsung aku menciumi bukit nonoknya yang penuh dengan jembut keriting itu sementara tanganku dengan terlatih memilin milin puting susu mertuaku. Mertuaku berusaha untuk memberontak dan mendorong kepalaku, meskipun aku tahu itu tidak dengan sungguh hati, dan justru karena gerakannya itu paha mertuaku jadi terkuak yang menyebabkan aku mudah untuk menyelipkan bibirku keliang nonoknya. Sekali lidahku menyentuh itilnya, mertuaku langsung ambruk dan terlentang diatas kursi panjang tanpa berdaya apa apa. Matanya terpejam sambil menggigit bibir, menahan rasa geli yang aku berikan. Tanpa menunggu lama, aku langsung mengarahkan kontolku keliang nonok mertuaku dan sekali kedut kontolku langsung amblas, begitu aku menggerakkan kontolku, mertuaku langsung merangkul aku dan menggigit pundakku dengan keras sekali, kedua kakinya diangkat tinggi dan dijepitkan pada pinggangku. Kurasakan nonok mertuaku sudah longgar, tetapi untuk ukuran kontolku yang over size ini, maka nonok seperti ini cocok sekali rasanya, karena kalau terlalu sempit justru membuat aku cepat finish.

Benar saja justru beberapa saat kemudian mertuaku yang berkelojotan merasakan nikmatnya gesekan kontolku dan mencapai kepuasannya. Aku tak merasakan perihnya gigitan mertuaku pada pundakku karena aku sedang asyik memacu kontolku untuk mengejar ketinggalanku, ketika kurasakan air maniku sudah hampir menyemprot keluar, kurasakan nonok mertuaku sepertinya makin menjepit kontolku sehingga aku jadi melenguh panjang dan semprotan demi semprotan air maniku memancar keluar memenuhi liang nonok mertuaku. Baru saja aku menikmati empotan nonok mertuaku yang khas itu, tiba tiba saja mertuaku mendorong badanku sambil berkata " Roy, ngana nekad sekali, bagaimana kalau kelihatan anak anak yang lain, Mamie bisa mati berdiri" Aku hanya menyeringai, kusambar handukku dan aku segera keluar menuju kamar mandi lagi. Kucuci kontolku yang penuh lendir dan segera keluar dari kamar mandi. Benar benar aku merasakan petualangan yang hebat, karena aku tak pernah menyangka bahwa aku dapat mencicipi tubuh mertuaku yang begitu padat dan seksi serta benar benar berpengalaman membuat pria merasakan kenikmatan yang sejati.

Aku tahu bahwa dari cara mertuaku menikmati persetubuhan tadi, dia sudah lama tak pernah merasakan ****** pria, tetapi aku yakin hal itu tak berarti dia tak pernah merasakannya semenjak mertua laki lakiku meninggal. Pasti ada satu atau dua pria yang mengisi kesepiannya dengan memberikan kehangatan seks. Aku sendiri sebenarnya masih belum puas dengan permainan tadi, karena dengan tubuh seperti mertuaku itu, rasanya aku masih mampu mendayung dua tiga kali lagi, tetapi apa mau dikata, mertuaku kuatir kalau diketahui orang. Ketika aku lewat kamar mertuaku, kulihat kamar itu tertutup rapat, sebenarnya aku ingin mengetuknya, tetapi saat itu kulihat Evie berjalan kearahku, sehingga aku mengurungkan niatku itu. Evie tersenyum melihatku,"kenapa ngana kok baru mandi Roy ?" aku jawab kalau aku ketiduran karena terlalu lelah. Evie tersenyum manis yang membuat jantungku berdegup keras, senyuman itu benar benar merangsang dan penuh isyarat undangan yang dapat kutangkap. Sesampai dikamar, aku berbaring dulu ditempat tidur, disamping untuk relax, aku juga memikirkan Evie kakak iparku yang cakep itu. Kalau dilihat dari wajahnya sih memang cantik isteriku yang juga adiknya, tetapi kalau badannya, isteriku bukan apa apa dibandingkan Evie yang lebih mirip mamienya itu. Kubayangkan, apakah mungkin malam ini rejekiku bertumpuk tumpuk sehingga bisa menyantap ketiga wanita yang ada dirumah ini, memikirkan hal ini aku jadi tersenyum sendiri. Aku berpikiran bahwa ketiga perempuan dirumah ini memang kelihatannya nafsunya gede, aku bandingkan mertuaku dengan isteriku yang juga anaknya, tidak jauh berbeda nafsunya. Entah kalau si Evie atau Vera, tetapi aku berani bertaruh bahwa mereka itu juga hebat.

Sedang asyiknya aku melamun, kudengar ketukan pelan dipintu kamarku, aku melompat dari tempat tidurku membenahi handukku dan membuka pintu itu. Kulihat Evie dimuka pintu sambil tersenyum dia berkata " Roy ayo ngana makan dulu, biar nggak letih itu badan" Aku menyahut "nggak dulu deh Ev, gimana kalau kita omong omong saja dulu disini, nanti kita makan sama sama ya" Evie tak menyahut, tetapi dia langsung masuk dan aku dengan acuh tak acuh menutup pintu itu. Jantungku berdegup keras,"ini dia dapat lagi satu santapan". bagiku Evie bukan sekedar merangsangku karena tubuhnya, tetapi aku lebih tertarik karena dia adalah kakak isteriku seperti aku juga tertarik pada mertuaku sendiri yang ternyata juga mau main dengan menantunya itu. Karena kursi dikamar itu hanya satu, maka agar supaya Evie duduk diatas tempat tidurku, maka aku cepat cepat duduk dikursi yang cuma satu itu. Benar saja, Evie setelah menoleh kiri kanan dan tak menemukan tempat duduk maka dia duduk diatas tempat tidurku. Dengan hanya memakai handuk aku mengajak Evie berbicara sementara mataku memperhatikan Evie yang memakai duster tanpa lengan itu. Kalau kuperhatikan, Evie tampaknya tak memakai beha, aku hanya ingin dia mengangkat tangannya agar aku bisa melihat ketiaknya, apakah lebat seperti isteriku dan juga mamanya ataukah bersih yang kurang kusukai itu.

Evie menanyaiku keadaan Jakarta, juga bagaimana keadaan Novie isteriku disana. Aku bercerita panjang lebar tentang keadaan keluarga di Jakarta, juga aku ceritakan tentang Vicky adik laki laki satu satunya yang juga membantu perusahaanku di Jakarta. Pembicaraan kami jadi makin serius ketika aku mulai menanyakan keberadaan bung Denny, suami Evie. Denny seorang dokter yang ganteng dan baik sekali, sayangnya sampai saat ini mereka belum dikaruniai anak seorangpun, entah siapa yang salah. Ketika kutanyakan dimana bung Denny, Evie menjawab kalau Denny sedang dinas kedaerah untuk beberapa hari. Hal ini membuatku gembira karena berarti kesempatanku makin besar untuk menikmati Evie. "Evie kenapa sih kok belum punya anak juga, apa memang dicegah ?" Evie tersenyum simpul saja katanya "Bagaimana mau punya anak, kalau produksinya jarang jarang" Aku tersenyum dan dengan santai aku bercerita tentang hubunganku dengan Novie isteriku dalam hal seks. Kuceritakan betapa Novie hampir setiap malam mengajakku untuk main, belum lagi hobby Novie yang senang posisi macam macam.

Evie hanya menyeringai saja mendengar ceritaku yang seram itu, aku yakin kalau dia terangsang mendengarnya. "Roy, kenapa sih Novie kok demikian gede nafsunya, apa kamu kasih minum obat ya?" Aku jawab enteng, "enggak tuh, tapi biasanya, perempuan yang bulunya lebat, itu nafsunya juga gede" Evie terkikik mendengar jawabku itu, aku langsung bertanya lagi " apakah Evie juga lebat bulunya, kasih lihat dong !" Evie dengan terus tertawa geli balas bertanya "bulu apa Roy ?" Kujawab "bagaimana dengan bulu ketiak Evie ?" Evie dengan malu malu mengangkat lengannya yang putih bersih itu sehingga aku bisa melihat ketiaknya yang penuh dengan rambut hitam keriting itu. Aku bergaya tenang saja, padahal hatiku dag dig dug melihat ketiak yang lebatnya melebihi ketiak isteriku bahkan lebih lebat dari ketiak mertuaku tadi. Sambil mengatur suaraku agar tak kentara kalau aku nervous aku berkata lagi "waduh Evie, nafsumu pasti segede nafsu Novie, malah bisa bisa kamu lebih gede lagi, kalau bung Denny nggak punya modal yang hebat, pasti rontok deh sama kamu" "Apakah barangnya Denny gede dan mainnya kuat Ev ? Evie tak menjawab malahan bertanya "kalau Roy gimana ?" Inilah pertanyaan yang aku tunggu tunggu langsung saja kujawab "kalau aku sih minimal dua kali semalam ya masih OK, karena barangku cukup besar untuk membuat Novie puas dalam waktu yang relatif singkat"

Saat itu dengan sengaja kusingkap handukku hingga kontolku yang sudah setengah ngaceng itu dapat dilihat dengan nyata oleh Evie. Evie menjerit lirih melihat kontolku itu, katanya " aduh Roy masukkan deh, aku ngeri habis gede sekali sih" Aku tertawa saja, tanpa berusaha untuk menutup handukku lagi, malah aku bertanya : "kalau punya Denny seberapa Ev ? Evie menjawab "pokoknya nggak segede punya kamu deh" "Ah nggak apa apa Ev, Noviepun aku rasa susunya tak semontok kepunyaanmu, pasti Denny senang karena punya isteri yang susunya gede" "Coba aku lihat Ev, sebentar saja" Evie tertawa tawa malu namun dibukanya kancing dusternya bagian atas sehingga terbukalah buah dadanya yang putih mulus tanpa beha itu. Benar benar besar dan padat sekali, pentilnya coklat muda dan dibeberapa tempat kulihat masih ada bekas gigitan yang berwarna merah. Aku berdiri dan mendekati Evie, kataku "aduh Evie, susumu bagus sekali, aku kepengen memegangnya ya" tanpa menunggu aku sudah meremas buah dada yang montok itu, sementara karena tadi handukku terlepas, maka ketika aku berdiri aku sudah tak memakai apa apa lagi. Sengaja kupepetkan badanku ketubuh Evie sehingga sementara tanganku meremas susu Evie, kontolku yang panjang itu menggeser geser lengan Evie. Evie hanya diam saja merasakan remasan dan pelintiran jariku pada putingnya. Bahkan dia berkata "Roy aku boleh pegang barangmu ya!" Aku tak menjawab, hanya kontolku kusorongkan kearahnya, dengan gemas Evie balas meremas kontolku dan entah disengaja atau tidak Evie menarik kontolku sehingga aku terjerembab keatas tempat tidur menimpa tubuhnya.

Saat itu aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya yang tebal dan menantang itu. Evie membalas ciumanku dengan menggigit bibir bawahku pelan pelan seperti dimamah. Aku membalas ciuman Evie dengan menyelusupkan lidahku kedalam rongga mulutnya yang dibalas Evie dengan menghisap ujung lidahku itu. Benar benar jago berciuman, sementara bibir kami bertautan, tanganku mulai mengembara kepaha Evie, kurasakan celana dalamnya menutupi bukit nonoknya, karena itu pelan pelan kutarik celana dalam itu hingga terlepas, ketika kuraba bukit nonoknya aku merasakan kerimbunan yang sangat tebal. Ketika jariku berusaha mencari liang nonok Evie, aku berhasil menyentuh itil Evie yang sudah membengkak dan keras itu. Nonok Evie sudah licin dengan cairan sehingga jariku dengan mudah menelusup kedalam liangnya yang hangat dan terus menerus mempermainkan itilnya itu. Saat itu Evie berbisik agar supaya aku mengunci pintu lebih dahulu. Dengan tergesa gesa aku menuju pintu serta menguncinya. Kembali ketempat tidur kulihat Evie sudah membuka dusternya sehingga tubuhnya yang montok dan putih mulus itu terpampang dihadapanku. Kaki Evie sudah direntangkannya sendiri membuat liang nonoknya yang berwarna merah tua itu merekah berkilat karena lendir yang membasahinya. Aku tak mau lagi menunggu terlalu lama, kuarahkan kontolku keliang nonoknya dan pelan pelan kutusukkan keantara bibir nonok Evie, aku sengaja tak memasukkannya sekaligus karena aku kepengen Evie yang bereaksi menekan kontolku agar masuk semuanya.

Evie yang sudah bernafsu itu menekan pantatku sehingga akhirnya kontolku amblas dalam liangnya. Begitu Evie merasakan ujung kontolku sudah menyentuh leher rahimnya, dia langsung memutar mutar pantatnya seperti ayakan agar supaya ujung kontolku itu makin kuat menggeser leher rahimnya. Kulihat mata Evie terpejam rapat, begitu juga bibirnya. Setiap kali dia merasakan kegelian pada nonoknya, Evie merintih, aku dapat mengetahui hal ini karena setiap kali merasa geli, nonok Evie selalu mengejang. Ku biarkan saja Evie memuaskan dirinya, sementara aku asyik menciumi susunya yang montok itu, aku sama sekali tak berani menggigit susunya karena aku kuatir kalau bung Denny curiga. Merasa kurang puas dengan posisi dibawah, Evie mendorong tubuhku dan menyuruhku terlentang dengan posisi kontolku menjulang keatas, dengan gemetar ia mengangkangi kontolku dan ditepatkannya ujung kontolku keantara bibir nonoknya, sambil tetap menggenggam kontolku, Evie pelan pelan menurunkan badannya sehingga kontolku tertelan oleh jepitan nonoknya itu, tanpa sungkan sedikitpun Evie dengan penuh nafsu mulai menaik turunkan pantatnya, matanya terpejam rapat dan susunya terguncang guncang karena gerakan Evie yang cepat itu. Evie merintih " Ssst...Roy, barangmu rasanya mekar ya, aduh geli sekali Roy, aku tak tahan lagi Roy...........! Gerakan Evie yang tadinya ritmis meskipun cepat itu mendadak jadi seperti tersendat sendat, Evie meremas sendiri susunya dan ".......aduh...... Roy, aku .kkkkkellluuuuuuaaarrrrr ! Kurasakan nonok Evie mengejang seakan memijat batang kontolku yang masih belum merasakan apa apa itu. Memang setelah sekali memuntahkan sperma setelah main dengan mamie mertuaku, aku sekarang jadi agak kebal terhadap geli, jadi meskipun kontolku ngaceng dan siap tempur, tetapi justru spermaku yang tak mau keluar sehingga membuat aku jadi berang juga. Setelah kulihat Evie berhenti bergerak dan menelungkup diatas dadaku, aku langsung menggulingkan tubuhku sehingga sekarang Evie yang ada dibawah lagi. Aku segera memompa lagi nonok Evie yang masih basah kuyup dengan lendir itu, aku tak perduli dengan suaranya yang berkecipakan itu.

Keringatku bertetesan sementara pantatku terus bergerak untuk memompa sperma keujung kontolku. Evie berkali kali merintih karena ia kembali mengalami orgasme, padahal aku belum apa apa sama sekali. Karena kurasakan nonok Evie licin sekali, maka aku mengeluarkan kontolku dan kubersihkan nonok Evie dengan handukku agar lebih kering dan tidak terlalu menimbulkan suara, Evie hanya diam saja, dia benar benar sudah keok, tangannya terentang dan pahanya mengangkang sementara dispreiku penuh dengan bercak bercak lendir dari dalam nonok Evie. Ketika sudah cukup kering, kembali aku mengarahkan kontolku keliang nonok Evie, Evie sendiri membantuku dengan merentangkan liang nonoknya agar aku mudah untuk menyelipkan kontolku diantaranya. Mendadak saja, kami sama sama terperanjat karena dipintu terdengar ketukan serta suara Vera yang memanggil namaku. Evie segera mendorong tubuhku dan mengambil dusternya, dengan tergopoh gopoh ia lari kejendela dan melompat keluar dari jendela yang tertutup kerimbunan pohon pohon itu, sebelumnya masih sempat ia mencium serta menggigit bibirku sambil berpesan agar nanti malam aku datang kekamarnya.

Aku hanya tersenyum, setelah kulihat Evie sudah lenyap, aku segera memakai handukku lagi dan membuka pintu untuk Vera. Vera terkejut melihat wajahku yang merah padam serta tubuhku yang penuh keringat itu. Ia bertanya dengan pelan " kenapa ngana Roy ?" Kujawab kalau aku barusan berolahraga, tanpa kusuruh Vera masuk kedalam kamarku dan berkeliling memeriksa kamarku itu, aku diam saja melihat tingkah adik iparku itu, ketika ia melihat bercak bercak dispreiku ia menoleh kearahku dan tersenyum " itu apa Roy ?" Aku agak gelagapan juga mendengar pertanyaan Vera itu, aku terdiam dan tak menjawab sedang Vera sendiri juga tak bertanya lagi, hanya matanya saja yang menatap tonjolan kontolku yang ada dibalik handuk itu. Ketika kupersilahkan untuk duduk, Vera langsung duduk dikursi sambil berkata, "Roy ayo kita makan, Mamie menunggu". "Tunggu ya Roy mau ganti dulu ya !". Meskipun tahu kalau aku mau ganti pakaian, Vera tetap saja duduk dikursi itu, aku jadi salah tingkah, apakah memang Vera ini juga doyan seperti yang lainnya ? Karena sudah dua kali mendapat green light, kali ini aku juga mau mencoba rejekiku, paling tidak aku bisa menunjukkan pada Vera kontolku yang seperti anak kucing itu, pasti dia tak akan pernah lupa sampai kapanpun.

Dengan pikiran seperti ini, aku langsung saja melepaskan handukku sehingga kontolku yang masih ngaceng itu, langsung menyembul keluar. Meskipun posisiku agak jauh dan menyamping disisi Vera, tetapi aku yakin Vera melihat keadaanku yang telanjang itu,.Sengaja aku minta tolong Vera untuk mengambilkan parfumku yang ada dimeja, dengan tenang Vera berjalan kearahku sambil tersenyum senyum katanya "Roy barang ngana mengerikan ya, kenapa dingin begini kok malahan berdiri ? Aku menjawab dengan cepat, " Dia berdiri karena melihat kamu yang tak pakai beha itu ! Susu kamu membuat dia marah marah ! Vera tertawa menyeringai. Memang dari balik dusternya yang tipis jelas sekali kelihatan kalau Vera tidak memakai beha, susunya besar dan padat sekali, bahkan pentilnya kelihatan menonjol. "Susu kamu besar sekali Ver, punya Novie tak ada apa apanya dibanding punya kamu lho !

Vera hanya tertawa, malahan ia sengaja membusungkan dadanya sambil berkata " Ia dong, ini kan Vera rawat baik baik, setiap hari Vera massage biar montok dan kencang ! Ketika Vera menyerahkan botol parfum itu, langsung saja kutangkap tangannya dan kutarik Vera sehingga susunya menempel didadaku yang telanjang itu, Vera hanya tersenyum sambil memandangku, langsung saja aku cium bibirnya yang merekah tipis itu. Vera dengan hangat membalas ciumanku, sementara tangannya langsung saja sudah meremas kontolku. Ketika kuremas susu Vera, Vera malahan menyuruh aku membuka dusternya itu, ketika sudah kubuka, Vera langsung berjongkok dan mengulum kontolku itu. Kuluman Vera benar benar ganas, dijilatinya ujung kontolku serta dikulumnya kontolku sampai habis dan digigitnya pelan pelan. Aku yang sebenarnya sudah kebal selama permainan dengan Evie tadi sekarang benar benar jadi keenakan. Cepat cepat kutarik kontolku dan kudorong Vera ketempat tidur untuk langsung kusetubuhi, Vera mandah saja ketika kudorong ketempat tidur, ketika kuturunkan celana dalam Vera, aku terperangah karena tidak seperti mertuaku atau seperti kakaknya, Vera sama sekali tak berjembut, nonoknya licin, persis seperti bayi, ketika kubuka liang nonoknya, itilnya yang merah itu kelihatan sudah membatu.

Aku langsung naik keatas tempat tidur dan kutindih Vera sambil mengarahkan kontolku keliang nonoknya itu. tetapi Vera merangkulku sambil berbisik "Roy, ngana masih perawan, masukan saja dipantat ya " ! Aku terkejut lagi mendengar pengakuan Vera ini, Vera langsung mengganjal pantatnya dengan bantal sambil mengangkat kedua pahanya tinggi tinggi. Kulihat nonok Vera memang masih rapat seperti garis, tetapi lubang pantatnya yang justru agak menganga menanti coblosan kontolku. Langsung saja aku mendekatkan kontolku keantara kedua selangkangannya dan dengan tenang Vera menuntun kontolku kearah liang pantatnya itu. Ketika sudah tepat arahnya, Vera menepuk pundakku sementara matanya terpejam erat.

Dengan pelan pelan kudorong kontolku memasuki liang pantat Vera, terasa peret sekali dan agak sulit untuk maju. Kulihat Vera agak menyeringai merasakan desakan kontolku yang besar itu diliangnya, tetapi dia malahan menekan pantatku agar kontolku bisa masuk makin dalam. Dengan lancar akhirnya kontolku bisa masuk semuanya, tanpa menunggu dua kali aku langsung menggoyang pantatku mendayung Vera. Vera dengan sigap menarik kepalaku dan menciumi bibirku, dengan bibir yan bertautan aku terus merasakan kenikmatan pantat Vera yang seret itu. Tanganku asyik meremas susu Vera yang montok dan kenyal itu dengan penuh nafsu. Rasa nikmat yang kudapat benar benar lain daripada yang lain, belum lagi rasa kuatir ketahuan oleh orang, karena sebenarnya aku kan diajak makan, menyebabkan nafsuku makin memuncak sehingga mendadak spermaku sudah menyemprot nyemprot dalam liang pantat Vera. Vera sendiri menggigit bibirku, rupanya dia juga mencapai kenikmatannya dengan hanya berciuman dan diremas remas susunya. Ketika aku sudah merasa lega, langsung aku cabut kontolku dan Vera sendiri langsung memakai dusternya serta lari keluar kamarku tanpa berkata apa apa lagi. Aku tertawa geli, tak kusangka bahwa seisi rumah ini dapat kulahap dalam sekali jalan. Andaikan saja Novie ikut, berarti aku sekaligus akan menyantap empat orang...

Gairah Keluarga Istriku

By Lucy →
Umurku sekarang 28 tahun masih bujangan, baru mendapat pekerjaan menjadi supir. Tadinya aku juga nyupir bawa mobil taxi online, namun mobil yang biasa aku bawa ditarik oleh pemiliknya untuk dijual, akhirnya aku nganggur.



Dalam keadaan nganggur ada teman grup taxol nawari lowongan supir untuk rumahan. Daripada nganggur, tawaran itu aku terima. Sebuah rumah sangat besar menurut ukuranku di daerah mahal. Pemiliknya bisa diduga adalah orang yang sangat kaya. Aku disambut oleh satpamnya. Setelah dia tahu bahwa aku mau menjadi supir di rumah itu, aku di suruh menunggu, karena aku akan ditanya-tanya oleh majikannya yang kebetulan belum berangkat ke kantor.

Seorang pria yang dari penampilannya saja sudah kelihatan kalau dia bos. rambutnya klimis, perlente, kulitnya putih bersih. Aku ditanya-tanya latar belakang keluargaku, pendidikanku dan pekerjaan. Dia tanya juga apakah aku pernah belajar bela diri. Aku pernah sekitar 3 tahun ketika masih kuliah dulu ikut-ikutan wushu. Aku pernah kuliah tapi tidak lanjut. Di tahun ke 4 menjalang skripsi, ayahku di jawa meninggal karena jantung. Aku terpaksa berhenti kuliah dan bekerja serabutan untuk membiayai diriku.

Setelah bekerja, tidak ada lagi waktu untuk kuliah, karena badan sudah lelah, sehingga sulit mengerjakan tugas-tugas. Selama tidak kuliah lagi aku bekerja sebagai office boy di sebuah lembaga kursus bahasa. Aku memanfaatkan kesempatan di situ untuk belajar sedikit-sediki berbagai bahasa.
Ada guru bahasa inggris yang mengajariku memberi tahu bahwa jika aku ingin menguasai satu bahasa, cukup kuasai 100 kosa kata bahasa itu dan belajar cara menucapkannya secara benar.

Awalnya aku coba menghafal kata-kata bahasa Inggris. Sekitar 100 kata aku hafal, memang benar aku bisa berbahasa Inggris yang lumayanlah, untuk pergaulan sehari-hari. Jika dibutuhkan aku akan mencari kata-kata lain.

Selama 2 tahun aku bekerja sebagai office boy aku bisa berbahasa mandarin, Jepang, korea, perancis dan Jerman. Namun ya hanya menguasaI 100 perbendaharaan kata saja. Aku pikir, untuk iseng saja cukuplah segitu. Jika ada waktu luang aku mencoba membaca buku berbahasa macam-macam itu.

Bos yang mewancaraiku kelihatannya tertarik, dia langsung mempekerjakan aku dan diserahi membawa mobil mercedes benz S 500. Hari itu juga aku langsung bekerja membawa bos baru ke kantornya. Mantan supir Taxol, aku sangat menguasai jalan-jalan di Jakarta.

Di sepanjang jalan dari rumah bos ke kantornya aku ditanya bermacam-macam, sampai-sampai masalah pribadi, apakah aku pernah melakukan hubungan dengan cewek. Aku jawab saja seadanya tanpa beban. Eh dia malah tertarik menanyaiku soal kehidupan sex ku, sampai-sampai aku diminta masuk ke ruangannya untuk melanjutkan ceritaku.

Bosku tertarik ketika aku ceritakan aku mampu membuat setiap pacarku berteriak histeris dan muncrat setiap kali aku setubuhi. Mungkin itu karena aku dikaruniai penis yang panjangnya 16 cm dan cukup tegap serta kalau ngaceng keras sekali seperti kayu. Aku tidak pakai jamu macam-macam, hanya sesekali memakan buah pinang muda atau buah palm putri yang masih hijau.

Kata temen-temenku di kampung buah itu membuat kontol ngacengnya keras sekali seperti kayu. Bos ku yang baru langsung memerintahkan aku mencari buah itu dan dia ingin mencobanya. Aku diminta menggunakan taksi online untuk ke pasar membeli pinang muda.

Buah pinang itu aku kupas sehingga tingga buahnya seperti kelapa, atau lebih mirip buah lontar. Rasanya tawar. Aku kupas 2 buah lalu aku berikan ke bosku. Dia langsung makan semuanya.

Aku minta dia mencoba selama seminggu, untuk merasakan manfaatnya buah pinang muda. Aku duga bos ku ini suka main perempuan, dan mungkin dia punya simpanan. Sebelumnya aku diperkenalkan kepada pegawai-pegawai kantor bosku, sebagai pengemudi baru.

Selama perjalanan pulang ke rumah aku diajak bicara berbahasa inggris. Dengan lancar aku jawab semua pertanyaannya. Dia mencoba pula bahasa mandarin, karena dia orang Cina. Aku bisa menjawabnya. Dia puji kemampuan bahasaku.

Pengalaman hari pertama kerja cukup menyenangkan. Yang lebih menyenangkan, aku sempat bertemu istri majikanku yang sangat cantik, putih, rambut agak kepirangan, mungkin dia juga orang cina. Di rumah itu ada 3 supir dan 4 pembantu. Supir itu untuk melayani dua anaknya yag bersekolah, untuk nyonya majikan serta aku untuk majikan.

Pembantu yang 4 orang satu orang diantaranya laki-laki yang bertugas untuk melakukan pekerjaan memperbaiki bagian rumah, kalau ada yang kurang bagus, mengganti lampu-lampu dan berbagai pekerjaan berat lainnya termasuk merawat kolam renang dan membersihkan kebun. Di pintu masuk bekerja 2 orang satpam, yang kelihatannya pensiunan tentara. Ketika aku tanya memang benar mereka pensiunan PM. Ada seorang lagi yang mungkin keamanan seorang tentara aktif katanya dari kesatuan Paspampres.

Semua pembantunya tinggal di dalam. Di lantai basement memang ada beberapa kamar dan kamar mandi yang diperuntukkan untuk pembantu di rumah itu. Mobilnya jika terparkir semua ada 6 mobil, 4 mobil tersimpan dalam garasi dan dua mobil di carport.

Istri majikan menggunakan mobil BMW seri 6 terbaru, anak-anaknya diantar mobil Velfire, 3 mobil lainnya ada toyota Inova, mobil sport Ferrari dan Jeep Rubicon. Majikanku usianya kutaksir sekitar 40 tahun dan istrinya sekilas terlihat masih cukup muda mungkin sekitar 35 tahun, anaknya dua orang laki-laki baru kelas 2 SD dan perempuan masih taman kanak-kanak.

Aku bergaul dengan supir-supir lainnya mereka mengatakan bos laki galak sering marah, bos perempuan bawel. "Aku sih kalau gak mikirin gaji, udah cabut dari dulu. Gaji untuk supir di sini memang diatas rata-rata dan ditambah uang lembur, jadi cukup lumayanlah,” kata pak Kasno.

Selama seminggu aku nyupiri si bos, kelihatannya dia anteng-anteng saja, bahkan sering bercanda dengan aku. Candaannya apa lagi kalau gak soal perempuan. Dugaan ku semakin kuat jika di memang punya simpanan perempuan.

Satu hari aku ditanyai bosku, "Kamu kalau jadi supir yang bawa saya harus jaga rahasia, jangan sampai rahasia saya diketahui siapa pun, apa kamu sanggup jaga rahasia," tanyanya.

"Siap pak sanggup, tidak ada kepentingan saya membocorkan rahasia bos," kataku sigap.

"Bagus," katanya. Pembicaraan ini menggunakan bahasa mandarin.

Setelah dialog itu aku diminta mengarah ke alamat di Pondok Indah. Sebuah rumah yang tidak terlalu besar, tetapi kelihatan asri. Menjelang mobilku masuk, pintu pagar terbuka otomatis. Seorang pembantu perempuan usia kutaksir sekitar 30 tahun membuka pintu rumah. Dari dalam keluar perempuan muda usia kutaksir sekitar 25 tahun.

"Supir baru ya Pa, tumben ke sini bawa supir," katanya seperti terdengar oleh ku.

Cewek yang menyambut itu putih, cantik, kelihatannya bukan orang cina.

Sekitar 3 jam aku menunggu bengong saja, sambil menghabiskan hidangan air putih, kopi dan jajanan. Pembantu istri simpanan bos ku kelihatannya genit, tampang orang sunda, pengakuannya dia janda tanpa anak.

Kutanya sudah berapa lama kerja di sini. Dia bilang sudah lebih setahun. "Enak gak kerja di sini," tanyaku.

"Enak-enak aja, kerjaan gak banyak, gajinya gede," kata dia sambil bergaya genit.

"Gila kalau aku sering kemari bisa kena anak ini ," batinku.

Aku tidak berani macam-macam pada kunjungan pertama, tetapi mencoba aja lebih akrab biar berikutnya aku mudah mengarapnya.

Sekitar 3 jam kemudian bos ku keluar, tampangnya klimis seperti habis mandi. Pasti mereka habis "main".

Di dalam mobil aku dijelaskan bahwa itu adalah salah satu simpanannya. "Gila ramuanmu hebat banget, biasanya aku hanya bisa main satu ronde, tadi aku bisa 3 ronde dan mainnya lama, kontolku keras banget, cewekku sampai menjerit-jerit keeenakan," katanya.

Aku diam saja tidak berani menanggapi apa lagi bertanya. Aku hanya menjawab apa yang dia tanya.

"Coba aku mau coba lagi," katanya sambil mengarahkan aku ke gedung apartemen di daerah Setiabudi. Aku tentu saja tidak bisa melihat simpanan bosku yang diapartemen itu, karena dia tidak menjemput keluar ke lobby.

Sekitar 2 jam kemudian HPku berbunyi berisi perintah agar aku segera menjemput di lobby. Dalam perjalanan kembali ke kantor, bos kembali memuji, "Hebat memang, kontolku bisa tetap keras dan ngaceng sampai aku bisa main 2 ronde, cewekku sampai ampun-ampun minta berhenti karena kecapean," katanya.

Bos ku bicara denganku sudah tanpa tedeng aling-aling lagi. Aku harus menjaga kerahasiaannya agar aku bisa lama bekerja di situ. Selama sebulan sekali pun aku belum pernah dimarahi bosku, bahkan dia sering memberi uang tambahan yang menurutku cukup besar, karena kalau dikumpul-kumpul bisa lebih dari 2 kali gaji. Mungkin itu biaya tutup mulut.

Bosku ternyata mempunyai 3 simpenan di tempat-tempat yang berbeda. Gila juga orang ini, bininya sudah cantik banget masih sempet-sempetnya piara simpanan. Tapi apa lah peduliku, yang penting bosku memberi tip besar.

Supir Birahi

By Lucy →
Di tahun politik ini, perhatian masyarakat luas tertuju pada kontestan pemilu presiden. Pun dengan suamiku dan bapak-bapak di sekitar rumah kami. Kebetulan, suamiku, Adit (35) adalah seorang fan berat sekaligus sukwan salah seorang capres yang berlaga. Di setiap obrolannya dengan bapak-bapak tetangga, suamiku selalu mati2an membela jagoannya dan membantah isu2 miring tentang capres idolanya. Adit memang tidak terjun langsung dalam suatu partai, tapi sejak kuliah dia sudah sering diskusi dengan beberapa tokoh penggiat salah satu partai, kini walaupun sudah bekerja kantoran tapi semangat olitiknya masih sama seperti dulu. Tetangga kami pun maklum dengan pandangan politik suamiku yang spartan dibelanya.



Bersebelahan dengan rumah kami adalah rumah kontrakan yang diisi oleh tiga orang mahasiswa rantau, Bagus, Tantan dan Lingga. Ketiga mahasiswa itu berperawakan gagah dan berparas lumayan dibandingkan dengan mahasiswa lain di sekitar situ. Mereka akrab dengan keluarga kami, karena suamiku, Adit seringkali mengajak mereka bertiga nonton bareng acara bola / tinju di ruang tamu, terutama saat tim lokal kami bertanding di teve. Mereka sering juga bercengkrama di teras rumah memperbincangkan gosip2 artis hingga politik.

Kawasan tempat tinggal kami termasuk kawasan kampus, sehingga cukup dipadati kos-kosan mahasiswa mahasiswi. Dandanan mahasiswi di sekitar tempat tinggal kami modis-modis, mereka seringkali ke kampus dengan kemeja ketat dan celana jeans aatu rok bahan yang ketat, kadang kujumpai pakaian kasual mereka hanya memakai kaus ketat you can see dan celana gemes saja. Kalau cewek-cewek itu lagi males dandan, biasanya mereka makai celana piyama, dengan atasan sweater / jaket. Suamiku sangat tertarik pada cewek mahasiswi yang memakai bawahan piyama karena menurutnya pantat mereka akan tercetak lebih menggodal. Di depan rumah kami ada kamar kos-kosan mahasiswi yang menghadap ke arah jalan (membelakangi). Setiap gadis-gadis itu menjemur pakaian dan pakaian dalam, pasti dapat dilihat dari rumah kami dengan jelas.

Aku acapkali menangkap basah suamiku asik memandangi para gadis muda di depan rumah kami, memang kuakui pada usia mereka kecantikan fisiknya sedang ranum-ranumnya. Kulit kencang berkilau dan bodi yang sudah tumbuh sempurna usai masa remaja dan masuk usia dewasa.

Sambil bercengkrama di teras, tiga mahasiswa tetangga seringkali kukuping membicarakan pasangan / gebetan mereka, lalu ku ketahui bahwa mereka semua sudah memiliki pacar dan dari hasil nyolong dengar itu kudapati mereka cukup aktif ngelonnin pacar masing-masing di kosan pacar mereka atau di rumah kontrakan itu. Memang rumah kontrakan mereka cukup ramai didatangi teman teman ketiga mahasiwa itu, kadang tidak cuma teman cowok tapi teman cewek yang ternyata pacar mereka. Keluargaku sudah sangat familiar dengan salah satu pacar mereka, Widi yang berambut panjang bergelombang, bertumbuh tinggi semampai dan chubby. Widi kerap ikut nimbrung dengan tiga mahasiswa ngerumpi di teras depan rumah kontrakan, Fera orangnya supel dan ramah tapi tidak seperti mahasiswi lain yang banyak bergaul dengan sesama cewe, Widi justru berteman baik dengan mahasiswa tetanggaku, bahkan memacari satu diantaranya, yaitu Tantan.

Ketiga mahasiswa itu memang anak berada, mereka memilih mengontrak sebuah rumah daripada ngekos, motor merekapun keren, Ninja dan Tiger. Stelan mereka modis selain supel dan easy going, gak heran mahasiswi2 disana pada kecantol.

Aku sendiri bernama Riska, berusia 32 tahun, dengan seorang anak perempuan berumur 6 duduk di TK bernama Dina. Bodiku lumayan padat di usiaku sekarang, dengan tinggi 165cm, dada cukup besar dan pinggul dan pantat yang agak melebar menungging, namun aku menjaga lingkar perutku cukup langsing menurutku. Kata suamiku, paras mukaku manis dan menurutku juga begitu, mata bulat bibir tipis dengan rambut melebihi bahu, aku memiliki keturunan Bugis dan Jawa. Aku kini bekerja sebagai staf sebuah sekolah dasar swasta, dan menurut teman seprofesi di sekolah badanku masih seperti gadis. Itu yang membuat suamiku selalu bernafsu saat kami bersetubuh yang cukup rutin kami lakukan tiap minggu beberapa kali.

Di rumah aku seringkali berpakaian santai dengan kaos gombrang dan celana atau rok pendek selutut. Di rumah aku kalah modis dengan mahasiswi-mahasiwi, tapi ketika bekerja aku sama modisnya dengan mereka, dengan blazer dan rok ketat atau celana panjang. Setiap pagi aku dan suamiku bekerja dengan mengendarai motor bebek kami, sambil suamiku pergi ke kantor, aku dibonceng dan pulang ke rumah dengan naik angkot. Aku selalu bersikap ramah pada ketiga mahasiswa tetanggaku, merekapun menghormatiku sebagai Bu Adit, istri teman ngobrol mereka di teras.

Akhir-akhir ini obrolan suamiku dengan tiga mahasiswa tentang pemilihan umum makin seru, anak-anak muda itu apdet berita dari internet tentang kedua capres. Mereka tertawa-tawa sambil ngegosip capres. Aku sih asik nonton teve di ruang tamu, dan tidak fokus mencuri dengar perbincangan mereka.

Malam harinya, setelah anakku tidur. Adit, suamiku curhat padaku bahwa ternyata ketiga mahasiswa itu swing voters, pemilih ngambang. Adit tidak berhasil merayu mereka memilih capres yang dibelanya, karena menurut mereka capres Adit masih banyak kekurangannya.

Aku iseng menanggapinya, "Sogok aja pakai hadiah bang, biar mau nyoblos pilihan Papih, hihihi"
"Apa hadiahnya mih... Mereka kan anak kaya... Masa aku mau kasih kamu?"
Agak kaget juga mendengar celetukan itu, memang masalah ranjang kami tidak bermasalah selama ini, tapi aku juga mulai bosan dan jengah dengan permainan suamiku di ranjang. Mungkin itu juga yang dirasakan suamiku.
"Gapapa kok pih, mamih rela dijadiin hadiah asal Papih seneng kalo yang nyoblos capres abang jadi nambah"
"Hahahaha, seriusan nih mih" kata Adit sambil meremas pantatku.
Aku hanya tertawa mendengarnya, namun suamiku masih memasang raut wajah serius lalu mencium keningku.

Kehidupan seks keluarga kami cukup dinamis sebenarnya, kami tidak menganggap seks sebagai suatu hal sakral melainkan refresing dan rekreasi. Hingga lebih dari dua kali kami melakukan swinger dan threesome. Swinger pertama kami dengan pasangan teman kantor suamiku, Fera dan Sidik suaminya di resort pantai, swinger selanjutnya di hotel dengan mantan pacarku di SMA Dudi dan istrinya, sewaktu kami tidak sengaja bertemu di sebuah mall hingga kami CLBK, terakhir swinger kami lakukan dengan teman kami sesama tim sukses salah satu caleg yang gol di DPRD Kota di rumahnya. Sementara trisom kami lakukan beberapa kali dengan wanita panggilan, pemijat pasutri, teman kantor suamiku dan adik sepupu perempuan suamiku. Hanya orgy / gangbang yang beum perlah kurasakan, sehingga aku penasaran untuk melakukannya.

Dulu, aku pernah punya pacar setelah menikah dengan Adit, ketika perselingkuhanku dimulai, usia anakku baru 1 tahun lebih. Ketika itu rumah kami masih di kompleks perumahan pegawai kantor Adit, selingkuhanku saat itu adalah atasan Adit sekaligus tetangga kami yang menduda berumur 44. Selama berpacaran, kami beberapa kali bersetubuh di rumahku atau di rumah selingkuhanku di pagi sampai siang hari saat para penghuni kompleks bekerja dan beraktifitas dan pulang ke rumah jam 3 sore, Pak Suparman, selingkuhanku seringkali pulang dulu ke rumahnya dan kami bisa memadu kasih dengan bebas karena rumah kami berhadapan dan suasana sekitar jam segitu selalu sepi, setiap perselingkuhanku itu aku membawa anakku Dina yang masih bayi, dan mesti menidurkannya dahulu. Penghuni lain / istri para pegawai di komplek asrama sibuk dengan pekerjaan rumah mereka, aku pun dulu begitu karena hanya sebagai Ibu Rumah Tangga. Pak Suparman adalah orang pesisir, badannya gelap kokoh dan tegap, gemar bercanda dengan suamiku dan aku. Hubunganku dengannya dimulai saat anakku sakit panas dan pak Suparman mengantar kami ke rumah sakit dengan mobilnya saat malam hari. Aku merasa berhutang budi dan jatuh hati, dan ternyata Pak Suparman menanggapi dengan positif, dia sering menggodaku hingga akhirnya kami mulai selingkuh dan telah bersetubuh hingga beberapa kali dalam hubungan perselingkuhan itu tanpa diketahui Adit, suamiku.

Aku sangat menikmati permainan ranjang Pak Suparman, batang penisnya lebih besar beberapa senti dari milik Adit, suamiku. Staminanya juga lebih baik selalu mampu membawaku merasakan nikmatnya orgasme hebat beberapa kali dalam tiap persetubuhan. Bahkan, dia yang memperawani lubang anusku dan mengenalkanku pada dildo untuk kupakai merangsang lubang kawinku. Dadaku selalu diremasnya saat kami bersetubuh dan dia meminum ASI yang keluar dari sana, hal itu tidak dilakukan Adit, suamiku. Namun sebisa mungkin, Pak Suparman tidak menjarah dada dan leherku dengan meninggalkan cupangan, hanya mulutku saja yang diciuminya saat kami bersenggama dan aku menyambutnya dengan frenchkiss yang antusias. Setiap menyenggamaiku, Pak Suparman tidak pernah memakai kondom dan selalu menumpahkan spermanya di dalam rahimku dan seringkali juga aku hadiahkan Pak Suparman dengan blowjob dan meminum semua sisa spremanya dan kujilati. Aku rutin minum Pil KB semenjak kelahiran anakku saat itu karena menilai belum waktunya dia punya adik. Saat itu kehidupanku sangat bahagia dengan dua batang penis rutin mengisi rahimku, Pak Suparman di pagi hari kerja, suamiku di hari lain dan di malam harinya. Mulai saat selingkuh itulah dadaku semakin membesar beberapa ukuran, karena selalu diremasi dengan brutal oleh Pak Suparman.

Mulanya aku menyesal telah berselingkuh, namun karena terbuai dengan kegagahan selingkuhanku aku akhirnya mengesampingan rasa bersalahku. Walau begitu hubungan suami istri ku dengan Adit tetap harmonis, dia masih dapat membawaku meraih orgasme. Kami pindah dari komplek asrama itu ketika anakku hampir berusia tiga tahun. Dia sudah pintar berkata kata, dan sudah menganggap Pak Suparman sebagai ayah keduanya. Pak Suparman pun sangat menyayangi anakku dengan membelikan mainan, jajanan bahkan baju untuk anakku di hari hari tertentu seperti lebaran atau ulang tahunnya. Sementara Adit tidak curiga pada atasannya yang sangat akrab dengan Dina dan aku, dia menganggap Pak Suparman sebagai pakde buat Dina.

Setelah kami pindah ke rumahku sekarang, otomatis perselingkuhanku dengan Pak Suparman berakhir. Di hari terakhir kami bercinta, saat aku memberitahunya bahwa kami akan keluar dari komplek pegawai dan pindah tempat tinggal di kota lain. Aku sempat menangis karena telah sangat menyayangi suami keduaku ini, perpisahan kami berlangsung dengan persetubuhan lebih brutal dari biasanya. Kami mengkonsumsi obat kuat dan obat perangsang sehingga kami benar benar puas bersetubuh sepanjang pagi itu. Pak Suparman sampai memfoto beberapa poseku dengan hapenya sebagai kenang-kenangan, aku berusaha tidak menampakkan wajahku karena malu bila tersebar. Kami menyudahinya jam 12 siang, ketika aku harus menjemput anakku di playgroupnya. Aku sebetulnya masih menyimpan kontak Pak Suparman dengan menambahkan akunnya di Facebook, tapi kami tidak saling berkirim pesan di FB, kami berhubungan hanya lewat sms saja. Dari sana kutahu bahwa Pak Suparman menikah dengan seorang wanita yang cantik berumur 30an berjilbab. Karena jarak kota kami cukup jauh, kami belum pernah bertemu lagi apalagi menumpahkan perasaan di atas ranjang.


Sudah tiga tahun ini aku menjadi istri yang setia. Kawasan pemukiman yang padat dan pekerjaanku cukup menahan kenakalanku untuk kembali berselingkuh lagi. Walaupun beberapa tetangga dan rekan kantor suka flirting denganku, tapi aku ingin setia pada suamiku seorang. Dengan ibu-ibu tetanggapun, aku hanya sering mengobrol dengan satu dua ibu-ibu tetangga saja dan aktif di arisan saja atau acara2 hari besar, aku tidak mengikuti pengajian karena tidak suka.

Malam itu, aku dan suamiku mengayuh nikmat persetubuhan di ruang tamu sebelum tidur. Sambil menonton bola, aku mengkaraoke penisnya hingga berdiri dan mengeras penuh, lalu suamiku gantian mengoral vaginaku sampai aku kelojotan dan diakhiri dengan aku menduduki penisnya di kursi tamu sambil saling berciuman.
"Mamih sayang Papih..." kataku mesra padanya.
"Papih juga..."
"Terus pih, mamih mau muncak niih..."
Dengan semakin keras menggoyang pinggulku di atas kursi, akhirnya aku raih orgasmeku dan disusul orgasme suamiku didalam rahimku. Sarung yang kami jadikan alas pertempuran kami menghalangi cairan lendir menodai kursi sehingga kami bisa tenang. Soal memacu birahi, kami memang lumayan kreatif melakukannya selain di atas ranjang, kami biasa bercinta di kursi ruang tamu, dapur, toilet bahkan beberapa kali kami lakukan di hotel atau quickie di toilet umum.

Pagi harinya, hari minggu Adit dan anakku pergi berenang hanya berdua, aku kebetulan kedatangan tamu bulanan dan ingin beristirahat di rumah. Bagus, Tantan dan Lingga, mahasiswa tetangga sebelah kami pergi ke acara car free day di kota kami. Aku mengerjakan pekerjaan rutin di minggu pagi, mencuci dan merapikan rumah. Setelah itu leyeh leyeh di ruang tamu menonton teve. Aku memakai daster gaun sepanjang lutut dengan lengan terbuka. Belahan dadaku agak terbuka saat itu, tapi karena kutarik ke atas belahan dadaku bisa tertutup. Sekitar pukul 11 pagi, Tantan sudah pulang dari car free day dan telah bersantai di teras rumah kontrakannya setelah masuk rumahnya sebentar. Seperti rutinitas biasanya, dia menyalakan rokok disana dan ngopi cemilan. Aku keluar dan bergabung dengannya. Setelah kupikirkan celetukan suamiku semalam, aku jadi tertarik dengan usulan menghadiahi badanku agar mereka mau milih capres pilihan aku dan suamiku. Aku tidak perlu khawatir meninggalkan rumah, karena dari teras rumah kontrakan mahasiswa rumahku bisa langsung terpantau, dan kawasan ini memang aman walaupun agak lengang.

"Eh bu Adit, silakan duduk teh. Pada pergi yah si bapa sama Dina (anakku)?"
"Iya nih a Tantan, kemana Lingga sama Bagus kok belum pulang?"
"Lagi nyari spiker ke Kandaga, teh. Saya duluan aja pulang karena capek."
"Btw, a Tantan beneran masih bingung milih capres 9 Juli nanti?"
"Iya nih teh, mending golput aja kali yah, dua duanya ga ada yang bener, banyak boroknya."
"Jangan gitu dong a, sini teteh bisikin"
Akupun mendekati Bagus dan menempelkan mulutku ke kupingnya, dadaku sampai menyenggol dan agak menggesek bahu kirinya.
"Mendingan pilih pilihannya pak Adit, kemaren pak Adit bilang kalau nyoblos pilihan pak Adit nanti dikasih mau hadiah loh..."
"Emangnya apaan hadiahnya teh?" Tantan tergagap menanyaiku yang tiba-tiba agresif.
"Teteh, hadiahnya"
"Maksudnya gimana teh?"
"Ya bebas, a Tantan mau gimanain teteh terserah asal nyoblos pilihan pak Adit, terus ada buktinya, semalem pak Adit ngomong gitu ke teteh" aku ngarang. Lalu kembali menjauh dari kuping kirinya Tantan.
"Beneran teh? Asik atuh hehehehehe" Tantan tersenyum dan ketawa cunihin kepadakau.
Aku lihat keadaan sekitar, ternyata aman lalu aku mencium basah pipi kiri Tantan beberapa detik, "tuh Depenya, hihihihi"
Tantanpun tersipu dan ku tangkap matanya mengarah pada dadaku, tapi aku langsung melanjutkan "Bagus sama Lingga, dibilangin juga ya a, temennya di kampus juga boleh deh asal syarat dan ketentuan berlaku. Syaratnya harus ada bukti, kamera hapelah minimal terus tunggu hasil di TPS kalo capres pilihan pak Adit di TPS menang baru goal, yah. Ketentuannya, teteh cuma jadi hadiah satu malem aja sampe pagi gapapa deh, maennya nanti di rumah kontrakan a Tantan sama temen2, nanti teteh datengin malem2"
Tantan masih terlihat agak syok walaupun tetap tersenyum. Aku sendiri sebenarnya syok karena aku ngejanjiin yang engga-engga. Aku juga gak tahu apa Adit bakal ngijinin, tapi aku senang seenggaknya bisa bantu Adit perjuangin capres yang dia bela walau dengan kehormatan kami.
"Deal lah teh, saya usahain di TPS kita capresnya pak Adit menang, entar buktinya nyusul kita bersenang senang ya teh"
Sambil tersenyum manis dan cabul, Tantan menggenggam tanganku sambil bilang "Deal!"
"Pak Adit jangan dulu dikasih tahu yah, nanti shock dia, ini inisiatif teteh aja"
"Siap teh, laksanakan."
Aku pun kembali ke rumah dan melanjutkan obrolan cabul dengan Tantan lewat aplikasi wechat. Hal ini sudah kulakukan sekitar beberapa bulan secara diam diam dan curi curi, tapi aku masih jaim dan malu malu dalam flirting dengan aplikasi hape ini. Suamiku tidak tahu kegiatan nakal ku ini, karena dari dua handphoneku, satu diantaranya aku proteksi dengan ketat. Toh, aku tidak pernah otak atik hape suamiku juga.


Hari-H pencoblosan aku deg-degan. Aku belum memberitahu Adit tentang kesepakatanku dengan Tantan dan teman temannya, walaupun suamiku setiap hari mengobrol dan bersenda gurau dengan ketiga mahasiswa itu. Di rumahpun, Adit tidak menyinggung nyinggung celetukannya menghadiahi aku untuk menyogok mahasiswa mencoblos capres idolanya.
Cuma, belakangan ini Adit memintaku menghentikan minum pil KB dan relatif lebih giat melakukan persetubuhan denganku, Dina udah waktunya punya adik ujarnya. Setelah mencoblos di TPS, kami kembali dan berpapasan dengan Bagus, Tantan dan Lingga, kami saling tukar senyum saat berpapasan, di wechat kami masih berkirim pesan dan ketika Tantan menagih janjiku, aku mengkonfirmasinya bahkan dengan foto muka tersenyumku dan jari kelingking tanda janji.

Mahasiswa itu sebelumnya pada pemungutan suara di PILEG, golput dengan tidak pergi ke TPS. Sore hari, ketika penghitungan suara di TPS diumumkan ternyata capres pilihanku dan suamiku menang. Sebelumnya Dina, anakku saat itu sedang berada di rumah pamannya (kakakku) karena disana ada sepupunya yang sepantaran dan dia menghabiskan waktu disana selama 3 hari. Aku mengajak Adit suamiku setelah Isya' untuk mendatangi rumah kontrakan mahasiswa, ternyata dia memberi izin untuk aku dipakai oleh tiga mahasiswa itu. Dia bahkan telah melakukan deal dengan Tantan, agar pacarnya yang paling sering berkunjung ke rumah kontrakan mereka turut dalam kegiatan pesta ini. Aku menagih bukti berupa foto mencoblos dan ketiga anak mahasiswa menyertakan buktinya masing-masing, bahkan selain tiga mahasiswa itu ada dua lagi teman kampus mereka yang berasal dari Papua menyertakan bukti yang serupa, dua orang itu bernama Samuel dan Jonathan. Darahku berdesir karena malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi kami. Sesuai kesepakatan sebelumnya, aku siap untuk mereka pakai sampai pagi.

Setelah kunci rumah dikunci, kami bertujuh masuk ke ruang utama di dalam rumah, dari ruang tamu aku sudah didempet oleh Tantan dan Samuel mereka membopong tubuhku ke dalam, disana telah digelar kasur tiga buah berseprai dan rapi. Adit duduk di kursi dan menyalakan rokok sambil nonton teve dan quick count hasil pencoblosan dengan wajah sumringah karena pilihannya sementara unggul.
"Pih, Mamih mau bersenang-senang duluan sama mereka yang muda ini ya pih..." aku minta izin suamiku.
"Silakan mih, bersenang-senanglah. Kalian yang udah bantuin pilihan saya menang silakan bersenang-senang. Dina udah pingin punya adik, tolong bantu ya, hehehe"
Degup jantungku semakin keras, akhirnya aku akan merasakan digangbang juga. Sambil membayangkan, apakah dari gangbang ini ada sperma yang berhasil membuahi sel telurku didalam rahim hingga menjadi janin. Aku didudukkan di tengah kasur dengan kaki menjuntai kedepan, baju kaosku dilolosi oleh Lingga dari depan, dari belakang payudaraku diremasi Samuel yang berkulit gelap, dia membantu melolosi bra yang kukenakan. Pantatku kuangkat saat Bagus menariknya, menyusul kemudian celana dalamku yang ternyata sudah basah bagian tengahnya. Agak jengah juga karena jembutku yang kupangkas tipis langsung memberikan pemuda ini gambaran bibir vaginaku yang sudah agak menjuntai.
Ketika ku menatap ke arah Adit, suamiku hanya tersenyum, "Makasih ya mih..." kubalas "Makasih ya pih..." Kelima cowok ini masih bercelana dengan hanya melepas baju atasnya, Bagus mulai menjamah vaginaku dengan jari-jarinya lalu digantikan dengan lidahnya, klitorisku diusap-usap lidahnya dan dijilatinya lendir dari lubang vaginaku. Samuel dan Lingga masing-masing mengemuti buah dada dan aerolaku. Nikmat rasanya, aku melayang ke awang-awang, Badanku yang sudah terlentang didorong pinggulku menyamping, ternyata Jonathan mengarahkan mukanya pada belahan pantatku, dia menciumi bagian itu dan mencoloki lubang matahariku yang ditutupi rambut sekitar anus. Sementara Tantan menciumi wajahku dan kami berfrenchkiss, lidah kami saling mengait.

Setelah beberapa menit mereka menciumi bagian badanku, Aku berinisiatif mempeloroti celana yang dikenakan Samuel yang berada di sisiku, kubuka celana dalamnya dan kugenggam penisnya yang ternyata sangat besar, lalu ku karaoke dengan bernafsu sekaligus menyalurkan nikmat rangsangan mereka di tubuhku. Keempat kawannya juga kulihat melepaskan celananya sendiri sambil mengarahkan pada wajahku, dadaku dan tanganku, sementara Bagus yang pertama mengarahkan penisnya ke arah vaginaku sambil duduk mengangkangi vaginaku.
"Siap ya teh, titit Bagus mau masuk liangnya teteh duluan"
Dengan masih mengoral penis Samuel dan mengocok penis Lingga, aku hanya mengangguk. Tantan dan Jonathan tidak diam, karena mereka terus meremasi dada dan pantatku.

Saat itulah, Widi, pacar dari Tantan tiba dan menyusul masuk ke ruangan itu. Adit membantunya memasukkan motor maticnya ke dalam rumah. Widi ternyata juga sudah dikasih tahu tentang pesta yang direncanakan kami, pacarnya, dan teman-temannya. Dari obrolan di teras rumah ini, Widi dan Adit ternyata satu kubu dan sama-sama fanatik. Adit mengajak Widi berbaring disebelah ku yang dijamah para pemuda, tak lama berselang Adit dan Widi sudah sama-sama telanjang dan mereka saling berciuman mesra laiknya sepasang kekasih, perlahan penis Adit mulai diarahkan ke wajah manis Widi untuk dioral.

Dari obrolan para mahasiswa dan suamiku, kami mengetahui bahwa Widi sudah beberapa kali digilir oleh pria-pria teman sekelasnya di kampus termasuk Lingga, Bagus, Samuel dan Jonathan di rumah ini. Dia menikmati kegiatan pesta seks karena, sensasinya dicumbu banyak pria dalam saat bersamaan sangat menyenangkan. Memang daripada pacar temannya yang lain, Widi adalah gadis yang paling menarik dan binal. Walaupun nilai nilainya cemerlang, namun kebutuhan seksnya tergolong tinggi hingga sering gonta-ganti pacar dan kini berpacaran dengan Tantan. Bahkan sempat dia mengaku beberapa kali menemani oom-oom di hotel dengan bayaran yang tinggi, namun kali ini dia bersedia gabung dalam pesta kami karena ingin having fun dengan suamiku yang menurutnya tampan dan lagi fanatik pada capres yang sama.

Bagus terus mengocok kelaminnya dalam lubang vaginaku, hingga akhirnya aku orgasme dan melolong saat mengoral penis Samuel. Cairan nikmat mengalir dari rahimku ketika orgasme datang, Bagus tetap menggenjot penisnya hingga bersuara kecipak kecipak. Ia mengakhiri genjotannya dengan semburan sperma di dalam rahimku, lalu mencabutnya dan meninggalkan rahimku yang makin merah ditambah tumpahan spermanya. Aku menyukai Bagus sejak awal bertemu karena dia adalah yang tertampan daripada teman-temannya, sebelum penis yang lain menggantikan posisi Bagus aku meminta kakiku diangkat tinggi-tinggi beberapa saat sehingga cairan mani Bagus bisa berenang lebih dalam dalam siapa tahu bisa mebuahi telurku disana. Teknik ini seringkali diperbincangkan teman-temanku sesama istri muda yang ingin segera mengandung.

Samuel yang sebelumnya kuoral kemudian menggantikan posisi Bagus, dia menindih tubuhku yang agak mengangkang, dia menciumi mulutku beberapa saat, sebelum Lingga menarik wajahku ke selangkangannya, kembali aku mengoral penis sambil disetubuhi. Penis Samuel adalah penis terpanjang dalam sejarah persenggamaanku, dengan batang yang gemuk yang saat ku oral tadi hanya sebagian saja batangnya bisa kukulum.

Tantan dan Jonathan masih tunggu giliran dari samping sambil mengelusi batang penis masing-masing dengan memandangiku yang tengah mengolah birahi dengan penis Samuel di selangkangan dan penis Lingga di mulutku. Sementara saat kami bertiga berlenguh kenikmatan, suara desahan juga datang dari Widi yang tengah bercinta dengan suamiku dengan doggie style. Payudaraku agak lebih besar dibandingkan milik Widi, namun aerola miliknya masih kecil dan berwarna lebih muda. Jembut Widi lebih tebal dibandingkan milikku.

Aku yang telah orgasme bersama Bagus, kembali meraih orgasme dari batang penis yang besar milik Samuel. Vaginaku terasa perih dan panas saat dipaksa menerima serangan kocokan penis Samuel, payudaraku diremasinya juga. Lengan dan kepalaku kadang diusapi oleh Jonathan dan Tantan, sementara mulutku sibuk mengoral penis Lingga. Hantaman penis Samuel mampu membawaku orgasme dan merasakan nikmat yang teramat dalam persetubuhan ini. Badanku menggigil dan memeluk badan besar Samuel yang agak gempal. Sayang wajahnya tidak bisa kuciumi karena wajahku kini sedang mengolah penis Lingga yang ternyata meledak di dalam mulutku disertai desisan dan lenguhan menyemburkan sperma ke dalam mulutku. Tanpa ragu, aku menelan dan menjilati cairan nikmat Lingga yang berisi protein dan calon anak.

Didalam rahimku, kurasakan penis Samuel lebih menusuk dengan tempo yang dipercepat, tangannya meremasi payudaraku semakin liar dan kuyakin Samuel berada diujung ejakulasinya. Sambil memindahkan tangannya ke pantatku dan meremasinya dengan kencang, Samuel menembakkan sperma panasnya ke dalam rongga vaginaku, kurasakan semprotannya menembaki dinding rahimku dengan deras dan nikmat. Untuk beberapa saat, Samuel mendiamkan penisnya mengecil di dalam vaginaku lalu melepasnya keluar. Aku sudah lelah bercinta dengan Bagus dan Samuel, aku minta break beberapa saat untuk membersihkan diri ke wc. Tantan juga memberiku air minum minuman suplemen energi.

Di toilet, aku membersihkan sisa sperma Lingga yang ada di mukaku, sambil kencing sperma Bagus dan Samuel juga turut keluar mengental bersama urineku. Aku menadah sebagian dan meminumnya. Urine dianggap beberapa orang di luar negeri sebagai diet yang baik untuk tubuh karena mengurangi lemak katanya. Setelah mencebok vaginaku, rasa perih masih terasa disana aku melapnya hingga kering dan kembali ke ruangan utama.

Di sana kulihat, Adit sudah selesai bercinta dengan Widi. Kini Widi tengah menunggangi penis Jonathan yang tiduran di kasur. Widi berdesis kenikmatan karena vaginanya dioboki penis hitam besar milik Jonathan. Tangan hitam Jo meremasi dua bukit kembar di dada Widi yang berayun seiring gerakan naik turun si empunya.

Sementara dengan masih bertelanjang, Adit, Bagus, Lingga dan Samuel beralih posisi ke kursi depan TV sambil merokok dan meminum kopi.

"Giliran Tantan ya teh, main sama teteh" Tantan menungguku dengan duduk di kasur. Dibandingkan Bagus, Tantan memang tidak tampan tapi wajahnya masih lebih baik daripada Lingga, Tantan berpostur tinggi dengan jambang dan kumis yang agak lebat.
"Hayu... Duaan aja yah" jawabku. Aku lelah ternyata bermain trisom bersamaan, kali ini aku ingin lebih intim bercinta dengan satu pasangan seks saja. Sambil mendekati Tantan yang penisnya sudah mengacung, kucoba menggodanya dengan mengoral penis Tantan. Dia mendesis keenakan saat lidahku menyelimuti batangnya dan menggiti kecil helmnya, lidahku menyusuri batang dan bermain-main dengan kantung zakarnya. Lalu badanku naik dan mencium mulut Tantan, kami berfrenchkiss sambil tangannya memeluk badanku, dadaku ditekankannya ke dadanya yang bidang. Kumis dan jambangnya membuat mukaku kegelian tapi juga nikmat karena tangannya ternyata bergerilya hingga ke selangkanganku. Tangan kanannya meremasi bongkahan pantatku, sementara jari-jari tangan kirinya mengusap dan mengobeli vaginaku yang sudah kembali dibasahi lendir pelumas. Tidak tahan kugenggam penisnya dan mengarahkannya ke lubang vaginaku sambil terus ber-frenchkiss. Akhirnya kekosongan di vaginaku kembali terisi oleh sodokan hangat dari batang penis, kali ini milik Tantan. Diantara ketiga mahasiswa di rumah ini, Tantanlah yang paling agresif mendekatiku terutama lewat wechat, kami sering mengobrol lewat aplikasi itu namun aku selalu jaim hanya flirting flirting biasa ala anak abg :p Hal ini membuat kami sudah cukup saling mengenal, karena selain lewat hape kami juga sesekali berbincang di teras, dan lagi Tantan bisa disenangi anakku Dina, hingga Dinapun mau bermanja-manja bermain dengannya.

Kocokan penis Tantan yang mengobeli vaginaku serta ciuman kami yang mesra semakin membuai diriku. Aku untuk sesaat ingin waktu berhenti agar keindahan ini bisa kusimpan, rasa panas dari vaginaku menyebar ke seluruh badanku hingga ku tergigil dan kembali dilanda lautan orgasme. Gerakan dinding vaginaku semakin mencekik penis Tantan yang kuyakin akan terlena dan kebawa nikmat seiring dengan lelehan juice cinta dari vaginaku. Genjotan naik turun pinggulku di atas pangkuannya kuhentikan sesaat, ku duduki penisnya sambil mengerami di dalam rahimku. Tangan Tantan turut menambah keerotisan yang melandaku dengan meremasi kedua payudaraku. Setelah orgasmeku berangsur pulih, ku rebahkan badan Tantan ke kasur hingga aku menindihnya. Kami melanjutkannya dengan posisi tiduran menyamping sampai vaginaku disemprot tembakan hangat sperma dari penis Tantan beberapa kali. Tubuh kami masih berpelukan dan Tantan tak bosannya menciumi bibirku dan wajahku sampai kutatap matanya dan aku agak jengah juga sekaligus malu.

"Teh, baru jam 11, sampe pagi masih lama... Teteh masih kuat kan?" goda Tantan kepadaku setelah melepaskan ciumannya dan penisnya sudah keluar dari vaginaku. Sementara di sebelahku ada Lingga yang memegang handuk basah dan tissue, segera mengelapi vaginaku yang dibanjiri sperma Tantan.
"Kuat atuh, kan capresnya menang, hehehe... Nanti teteh minta bukti pencoblosan masing-masing ke memek teteh yaaah pake hape, biar komplit" aku menantang setiap pria memasukkan penisnya ke vaginaku lalu memotretnya sebagai bentuk imbalan karena di TPS kami, capres idolaku dan suami menang.
Lingga dan Tantan hanya tertawa. Sementara aku beralih dari tubuh Tantan ke Lingga yang berpostur sama denganku, penisnya sudah menegang setelah tadi sempat memuntahkan isinya di mulutku. Rambutnya lurus agak panjang dan aku digagahinya dengan gaya doggie, hingga penisnya ejakulasi didalam rahimku. Selanjutnya Jonathan mengambil posisi Lingga mendoggie vaginaku dari belakang sementara mulut dan tanganku menservis penis Adit suamiku, hal yang sama kulihat juga pada Widi, dia dipaksa melayani penis penis tegang milik pacarnya Tantan dan temannya Bagus. Kulihat wajah cantik dan makeup tipisnya serta rambut panjangnya sudah acak-acakan dan dinodai sperma kering disana, namun wajah cantik Widi tetap sensual dengan nikmat birahi yang dia peroleh.

Hingga jam 1 pagi, aku yang sudah kelelahan bermadu asmara dengan suamiku dan lima orang mahasiswa tidur berselimut di atas kasur dengan memeluk Bagus yang ada di kiriku dana Tantan memeluk ku dari kanan. Mereka sesekali usil dengan meremasi bagian tubuhku yang sensitif. Kami berdelapan tetap bertelanjang semalaman itu, hingga jam 5 ku terbangun masih dengan posisi yang sama. Widi juga tengah dipeluk oleh Samuel dan Adit di sebelah kami Jonathan juga ada disana meringkuk tidur di kasur sementara Lingga menonton teve acara bola.

Setelah aku buang hajat dan mandi barulah kukenakan pakaianku dan kembali pulang ke rumah duluan, setelah berpamitan pada Lingga sementara yang lain tidur. Di rumah, bayangan keganasan permainan kami semalam melintasi pikiranku. Sensasi perih masih sedikit tersisa di vagina dan anusku yang dijarah enam pria semalam, dua diantaranya berpenis tidak normal karena lebih besar dan terasa sangat sesak menggagahi lubang kenikmatanku. Setelah matahari terbit, Adit datang menyusul kemudian Samuel dan Jo mereka beranjak keluar dari rumah itu dan pulang ke kosan mereka. Aku hanya mengintip dari ruang teve, sambil memikirkan keganasan mereka mengolah tubuhku hingga terbuai nikmat birahi. Widi menyusul pulang dengan baju yang berbeda dari yang kulihat semalam. Di teras, Adit sempat mengobrol ringan dengannya.

Sementara hubungan kami dengan tiga mahasiswa itu tidak berubah, mereka tetap santun dan respek pada kami. Kamipun bersikap ramah pada mereka dan teman-temannya. Aku dan Tantan masih mengobrol dengan aplikasi hape, dia kadang menggodaku dengan mengungkit pesta seks kami dan menagih melakukannya lagi. Aku menolak, karena sibuk dengan pekerjaan dan tidak ingin melukai Adit. Bulan berikutnya, aku telat datang bulan. Adit dan Dina senang mengetahui aku mengandung, sementara aku deg-degan siapa yang berhasil membuahi telurku di rahim ini.

Gratifikasi Seks Pemilihan Umum

By Lucy →