Nikmatnya Tetangga

By Lucy Monday, June 3, 2019
Kisah ini dimulai ketika aku memutuskan untuk pindah dari rumah orangtuaku dan mengontrak sebuah rumah mungil di pinggiran Jakarta.

Kulakukan itu karena aku dan istriku ingin belajar mandiri.. apalagi kini sudah hadir si kecil anggota keluarga baru kami.

Kuakui.. aku bukanlah suami yang baik.. mengingat petualangan liarku ketika masih belum menikah. Sering aku bergonta ganti pacar yang ujung-ujungnya hanya untuk memuaskan libidoku yang cukup tinggi.

Setelah menikah.. kuredam keinginanku untuk berpetualang lagi. Di hadapan istri dan lingkunganku.. aku mencoba menampilkan sebagai sosok yang baik-baik. Tidak neko-neko. Rahasia masa laluku pun aku simpan rapat-rapat.

Namun setelah satu bulan aku tinggal di lingkungan ku yang baru.. tampaknya tabiat lamaku bisa kumat kembali.

Di sekitar rumahku.. banyak aku menemukan wanita yang menarik perhatianku.
Mulai dari ibu-ibu tetangga yang rata-rata tidak bekerja dan mahasiswi yang banyak kost di sekitar tempat tinggalku.

Satu sosok yang menarik perhatianku adalah Anty.. tetangga kontrakanku.. Namun tetangga-tetangga yang lain memanggilnya Mama Ryan sesuai dengan nama anaknya.

Ketika pertamakali bertemu.. ia terlihat berbeda dibanding ibu-ibu lain di sekitar situ.
Wajahnya cukup cantik dengan kulitnya yang kuning langsat..
Bodinya cukup montok.. namun tetap kencang walau usianya sudah di atas 37 tahun.

Payudaranya pun terlihat proporsional di balik kaus yang sering ia kenakan.
Ia berasal dari Garut.. jadi wajarlah kalo wajahnya cantik khas wanita priangan.
Namun segala pesonanya itu tertutupi oleh kehidupannya yang sederhana.

Suaminya hanya seorang supir pribadi yang penghasilannya cukup terbatas dan kedua anaknya sudah beranjak remaja yang tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar.
Hubungan istriku dengan Anty cukup baik.. sering Anty berkunjung ke rumahku dan ngobrol dengan istriku.

Pada saat itu aku sering curi-curi pandang ke arahnya. Sering ia hanya mengenakan kaos longgar dan celana pendek kalau main ke rumah.. sehingga belahan dada dan sebagian pahanya yang putih mulus menjadi santapanku.

Dan kalo sudah begitu.. kontolku bisa ngaceng diam-diam. Kapan ya aku bisa menidurinya..?
Dari istriku pun akhirnya aku tahu kalo ternyata Anty bekerja paruh waktu sebagai pembantu.
Seminggu tigakali ia bekerja membersihkan apartemen seorang ekspatriat.

Apartemen ini sering kosong karena sering di tinggal pemiliknya berdinas ke luar negeri.. jadi ia di percaya untuk memegang kunci apartemen itu.

Namun kegiatannya itu tidak membantu banyak dalam masalah keuangan keluarga.. di tengah kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal.. Dan ini kesempatanku untuk menjadi dewa penolong baginya.. walau ada udang di balik batu.. ingin merasakan bagaimana rasanya jepitan memek bini orang. hehehe..

Strategi untuk mendekatinya pun mulai aku jalankan.
Dia berangkat kerja selalu pagi hari pada hari Senin.. Rabu dan Jumat pada pukul 7 pagi.
Aku tahu karena dia selalu lewat depan rumahku ketika berangkat untuk menuju jalan raya.
Dia berangkat kerja menggunakan metro Mini.

Setelah tahu jadwalnya aku pun mulai mengatur siasat agar bisa berangkat bareng dengannya.
Kuatur waktu berangkat kerjaku yang biasanya jam 8 menjadi lebih pagi lagi.
Kebetulan arah apartemen tempatnya bekerja searah dengan kantorku di Sudirman.

Senin pagi itu kulihat dia sudah lewat depan rumahku untuk berangkat kerja.. Aku pun segera bersiap siap mengeluarkan mobilku dari garasi. Istriku sempat bertanya.. koq hari ini berangkat lebih pagi. Kujawab saja ada meeting mendadak.

Mobil kulajukan perlahan menuju jalan besar dan kulihat di ujung gang. Anty sedang menunggu Metro Mini yang akan membawanya ke Kampung Melayu.

Kuhampiri dia dan kubuka jendela mobil dan menyapanya.
“Berangkat kerja Mbak Anty?”
“Eh.. iya mas Bowo..” jawabnya agak kaget.

“Bareng saya aja yuk.. Mbak mau ke Kampung Melayu kan?’
“Iya mas.. tapi gak apa apa saya naik Metro aja..” Tolaknya dengan halus.

“Gak apa apa Mbak.. kita kan searah ini.. lagian metro mini kalo pagi pasti penuh..” ujarku coba membujuknya. Dia sedikit bimbang.. tapi akhirnya menyetujui ajakanku.

Dibukanya pintu depan mobilku dan masuklah dia.. Splashh..! Seketika aroma parfum nya pun menyeruak ke indera penciumanku.

“Terimakasih Mas Bowo. Maaf merepotkan..”
“Merepotkan apa sih mbak.. wong kita searah koq..” Ujarku sambil tertawa ringan.

Khas senin pagi.. lalulintas pagi itu sangat macet.
Di dalam mobil akupun menghabiskan waktu dengan ngobrol ringan dengannya.
Banyak hal yang kami perbincangkan.. mulai dari keluarganya.. anak-anaknya.. suaminya.. lingkungan kerjanya.
Intinya aku ingin lebih mendekatkan diri padanya agar tujuanku menidurinya bisa terlaksana.
Tapi aku tidak mau terburu-buru.

Akhirnya kami tiba di Apartemen tempatnya bekerja.. kuturunkan ia di pinggir jalan.
Aku pun kembali melajukan mobilku ke arah kantor.
***

Selama dua minggu aku intens melakukan pendekatan dengan mengajaknya berangkat bareng setiapkali ia berangkat kerja.

Untuk menghindari gunjingan tetangga.. ia hanya mau naik ke mobilku di ujung gang.

Semakin dekat hubungan kita.. ia semakin berani menceritakan hal-hal pribadinya.
Kami pun sering bercanda dan ia pun mulai berani mencubit lengan atau pinggangku ketika ku candai dia.
Obroloan pun kadang-kadang kubuat menjurus ke urusan ranjang.

Dan dari situ pula aku tahu kalau Anty sudah tidak berhubungan intim dengan suaminya sejak tiga bulan lalu.. dikarenakan suaminya sudah terlalu lelah bekerja.. dan sering pulang larut malam.
Wah kesempatan nih.. pikirku.

Pagi itu kembali kami berangkat bareng.. namun kulihat dia agak murung.. Aku pun memberanikan diri bertanya padanya.

“Ada apa mbak Anty.. saya lihat mbak agak murung pagi ini..?”
“Gak apa-apa koq mas.. biasa kali saya kayak gini..” ia berusaha menyangkalnya.

“Mbak gak usah bohong sama saya.. saya tahu mbak orangnya ceria.. Jadi kalau murung sedikit.. pasti saya tahu..”

Anty tersenyum mendengar perkataanku. “Enggak apa-apa mas. Ya namanya dalam hidup pasti ada aja masalahnya..”

“Kalo mbak gak keberatan.. cerita aja mbak.. siapa tahu saya bisa bantu..”
“Gimana ya Mas..” Anty memutus pembicaraan sepertinya ragu untuk melanjutkannya

Aku menoleh kepadanya dan kupandangi wajahnya dalam sambil membujuknya untuk terus bercerita.
“Ini mas.. si Ryan –anaknya yang bungsu– lagi butuh biaya untuk study tour ke Bandung.. Biayanya Rp500.000,-sedangkan aku sama bapaknya belum ada duit.. Karena sudah terpakai kakaknya untuk biaya praktikum kemarin. Sedangkan uangnya harus di kumpulkan besok. Study tour ini wajib karena sebagai syarat agar Ryan bisa lulus. Pusing saya mas..”

Aku tersenyum sambil menatap matanya. “Ah gampang itu mbak.. nanti saya bantu..”
“Tuh kan saya jadi merepotkan mas Bowo..”
“Gak apa-apa mbak.. namanya kita bertetangga.. kalau ada yang kesusahan.. apa salahnya kita bantu..”
“Iya sih mas.. ya udah.. kalo mas Bowo ada.. saya mau pinjam uang dulu sama mas Bowo..”
“Gampang itu mbak..”

Ketika sampai di depan apartemen tempatnya bekerja.. segera kubuka dompetku dan kuambil uang 1 jt dan kuberikan padanya.

Anty kaget dengan pemberianku yang sebanyak itu. “Koq banyak sekali Mas.. saya kan butuh nya cuma lima ratus ribu..?”
“Iya.. sisanya buat bekal Ryan di jalan.. atau buat Mamahnya juga ga apa-apa..” Anty tertawa mendengar ucapanku.

“Tapi saya belum bisa mengembalikan dalam waktu dekat mas..”
“Gak di kembalikan juga gak apa-apa mbak..”

“Lho koq gak dikembalikan....? Saya khan pinjem mas.. jadi harus kembali..”
“Ya udah gampang itu mbak.. kalo ada ya dikembalikan.. kalo ga ada ya dikembalikan dengan cara lain..” ujarku mencoba memancing di air bening. Hehehe..

“Lho cara lain apa sih mas..? Koq saya bingung jadinya..” Aku Cuma tertawa dan Anty semakin bingung dengan sikapku.

“Ya udah nanti mbak telat loh ke kantornya..” Ujarku sambil bercanda.
"Kantor apa sih Mas..? Bisa aja deh..” Anty tertawa sambil mencubit lenganku. Ya udah terimakasih ya Mas atas bantuannya..”
“Sama-sama Mbak”

Anty pun turun dari mobilku dan melangkah ke dalam area apartemen itu.
***

Siang itu.. tiba-tiba ada SMS masuk ke ponselku.. ternyata ada pesan dari Anty.
Setelah kubaca.. ia menyampaikan ucapan terimakasih sekali lagi padaku.. karena sudah dibantu.

Akupun membalasnya untuk tidak memikirkannya lagi.. sekaligus menanyakan posisinya sedang ada di mana saat ini. Ternyata dia masih ada di apartemen majikannya dan sedang beristirahat.. karena baru saja selesai mengerjakan tugas-tugasnya.

Kucoba iseng minta izin padanya untuk main ke apartemen tempatnya bekerja.. apabila majikannya sedang tidak ada di tempat. Anty mengizinkan karena Majikannya sedang keluar negeri selama seminggu.
Dia pun memberi tahu tower dan nomor unit apartemennya.

Aku pun segera bergegas membereskan pekerjaanku di kantor dan ijin pada temanku untuk ke luar dengan alasan bertemu klien. Karena aku sering dinas luar.. jadi gampang saja dapat ijinnya. Segera kupacu mobilku menuju apartemennya. Tapi sebelumnya aku mampir ke salahsatu restoran cepat saji dan membelikannya makan siang.

Mobilku kuparkir di basement apartemen.. aku pun menuju ke unit apartemen tempatnya bekerja. Kubunyikan Bel.. dan tak lama Anty pun mempersilakan aku masuk.
Akupun segera duduk di sofa yang cukup lebar dan empuk yang ada di ruangan itu.

Unit apartemen itu cukup luas.. ada dua kamar di dalamnya lengkap ada dapur dan minibarnya. Aku tebak majikannya seorang eksekutif di suatu perusahaan ternama.. dan apartemen ini disediakan oleh perusahannya.

“Mau minum apa mas..?” Tiba-tiba Anty menyadarkanku yang sedari tadi memperhatikan partemen beserta isinya.
“Eh.. air putih aja mbak..”
“Masak air putih sih.. aku bikinin sirup ya..”
“Boleh Mbak kalau gak merepotkan..”

Tak lama dia pun membawa dua gelas es sirup.. "Wah jadi seger nih.. siang-siang minum es sirup.. apalagi di temani Mbak Anty yang seger..”
“Iihh.. apaan sih Mas Bowo..” Dia tertawa sambil mencubit pinggangku. Wajahnya sudah kembali ceria tidak semuram pagi tadi

Kami pun lantas ngobrol sambil menyantap makanan yang aku bawa.
Setelah makan kami pun melanjutkan obrolan sambil menonton acara tv kabel

Aku mulai memberanikan diri mendekatkan posisi dudukku mendekat padanya.. dan Anty diam saja..
Kucoba pegang tangannya. Awalnya ia sepertinya canggung.. tapi akhirnya dapat kugenggam erat tangannya..

Kumulai membelai rambutnya yang panjang sebahu.. dan meniup tengkuknya.. tak lama bibir kami pun sudah saling bersilaturahmi. Berpagutan dengan bebasnya.

Bibirku dilumat habis oleh bibirnya.. nafasnya pun tersengal-sengal. Nampak birahinya mulai naik.
Wajar saja.. wong 3 bulan tidak disetubuhi suaminya.

Tanganku pun kuberanikan menelusup di balik kemeja yang dikenakannya.. ia pun diam saja.. Kuraih payudara kiri di balik branya dengan tangan kananku..

Kuremas-remas halus sambil kumainkan putingnya. Ia mengelinjang sambil melenguh tertahan. “Auhhh.. achhh..”

Sambil melumat bibirnya.. kucoba membuka kancing bajunya satu per satu dan ia pun mengikutinya dengan membuka kancing kemeja kerja yang aku kenakan.
Kemeja-kemeja itu pun akhirnya terhampar di lantai.

Terpampang jelas di hadapanku tubuh mulus Anty dengan payudara yang masih tertutup bra warna krem..
Walau perutnya sedikit berlipat karena lemak.. tetap saja tidak mengurangi keinginanku untuk menyetubuhinya.

Segera saja kubuka kait bra-nya dan bra itu pun jatuh di pangkuannya. Blubb..! Payudara Anty segera menyembul.
Cukup besar dengan warna puting coklat tua dengan areola berwarna lebih muda. Puting itu mencuat dengan tegaknya. Keras.

Segera saja kuisap putting susunya.. Anty melenguh lebih keras.
“Aaaccchhhh.. Maasss. Aahhh.. ouchhh..” Ia semakin terangsang dengan perbuatanku.

Terus kuisap puting susunya kanan dan kiri bergantian.. Ia pun menggelinjang makin keras.. kepala tengadah menatap langit-langit.
Matanya terpejam namun mulutnya meracau mengeluarkan suara desahan dan rintihan. Kedua tangannya menjambak-jambak rambut di kepalaku.

Cukup lama kumainkan kedua puting susunya. Setelah puas aku pun bangkit dari sofa.. dan segera berdiri.
Anty mengerti maksudku. Sambil tetap duduk di sofa.. ia membuka ikat pingang dan celana yang kukenakan.. tidak lupa celana dalamku pun ikut dipelorotkannya ke bawah.

Tuinkk..! Seketika itu juga kontolku yang cukup besar dan berurat.. mengacung ke depan dengan gagahnya.
Anty tersenyum sambil melirikku. Dipegang dan dibelainya kepala kontolku.. dikocok-kocoknya perlahan batang kontolku berulangkali.

Tak lama dimasukkanlah batang kontolku ke dalam mulutnya.. dikulumnya batang kontolku sampai ke pangkalnya.

Karena ukuran kontolku yang cukup besar ia sedikit tersedak.. aku pun tertawa geli. Tapi dengan usil.. digigitnya batang kontolku.. aku pun menjerit.
Dikocok lagi batang kontolku dengan gerakan yang lebih cepat sambil lidahnya dengan liar menjilat-jilat kantung zakarku.

Perlakuan Anty sungungguh luar biasa.. tidak tahan aku di buatnya. Aku pun ingin segera buru-buru menyetubuhinya.
Kupinta Anty bangkit berdiri dan melepaskan celana jeans yang masih di kenakannya. Kubalik badannya dan memintanya menungging.
Lututnya ditumpukan ke sofa.. dan ia menungging di hadapanku.. dengan tangannya menyangga tubuhnya pada sandaran sofa.

Segera saja belahan memeknya yang tertutup bulu jemput yang cukup lebat terlihat merekah di hadapanku.
Bibir vaginanya mulai berwarna kecoklatan.. namun liang vaginanya masih menampakkan warna kemerahan yang tampak berkilat dan basah oleh cairan kewanitaan yang terus keluar.. karena rangsanganku tadi.

Segera saja kupegang batang kontolku dan kuarahkan kepalanya ke arah liang kewanitaan Anty.

Segera kumajukan pinggulku.. Slebbhh.. "Nghhh.. mashhh.." erang nikmat Anty terdengar.

Bleehh..! Tak lama.. kepala dan batang kontolku pun amblas sampai ke pangkalnya. Terbenam sepenuhnya dalam memek tetanggaku ini.

Anty tercekat dan berteriak karena kontolku yang cukup besar memenuhi rongga kewanitaannya.
Ia menoleh padaku dengan mulut terbuka lebar sambil merintih.. “Aaaahhhh..”

Sambil tanganku memegang pantatnya yang cukup besar.. mulai kumaju-mundurkan pingulku dan batang kontolku pun keluar-masuk di liang vaginanya dengan tempo yang cukup cepat.
Clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb..

Anty terus merintih dengan riuhnya. “Acchhh.. ouuchhh.. achhh.. ouchhhh.. Uhhh.. masss..”
“Ouuhhh.. ouuchhh.. ouhhh.. ouchhhh..” Erangnya nikmat berkali-kali.. berselang-seling dengan deru napasku.

Sambil terus memaju-mundurkan pinggulku.. aku pun mulai meraih payudaranya yang mengantung dengan kedua tanganku.
Kumainkan puting susunya dengan kasar. Anty pun semakin keras merintih dan meracau..

Tak lama ia pun menjerit keras dan kurasakan ada kedutan di lubang memeknya. Otot vaginanya pun semakin mencengkram dengan erat batang kontolku. Kali ini Anty pun mengalami orgasme yang pertama.
Tubuhnya melemah.. tangannya tidak sanggup lagi menahan tubuhnya. Kepalanya jatuh terkulai di sofa dengan posisi tetap menungging.

Kupercepat permainanku.. tetapi tampaknya spermaku tidak ingin keluar cepat-cepat. Segera Kucabut batang kontolku dari liang kewanitaannya. Segera kubalik tubuh Anty menghadapku. Dengan posisi setengah duduk.. Punggungnya bersandar di sandaran sofa kuangkat dan kurenggangkan kedua kakinya. Terlihat liang vagina yang menganga cukup lebar..

Clebbh.. segera saja kuhujamkan lagi kepala kontoku ke liang vaginanya.
"Oughhh.. nghhh..!" Lagi-lagi Anty menjerit tertahan ketika batang kontolku menerobos liang vaginanya.

Kumaju-mundurkan pinggulku dan terlihat kontolku yang besar keluar-masuk dengan bebasnya di liang kewanitaan Anty.. menciptakan pemandangan yang indah.

Bibir vagina itu menguncup ketika kontolku menerobos masuk dan merekah ketika kontol itu kutarik. Kedua tungkai Anty kupegang dengan tanganku dan aku terus menyetubuhinya sambil tetap berdiri.

Payudara yang begitu menantang dengan puting yang mencuat sudah basah oleh keringat.
Payudara itu bergoyang-gotang dengan hebatnya mengikuti irama sodokan kontolku yang maju-mundur di liang vagina Anty.
Kepala Anty tergolek ke kanan dan kiri dengan mulut yang terus mendesis dan merintih.

Limabelas menit aku terus menyodok liang vagina Anty. Anty pun mengimbanginya dengan menggoyang pinggulnya ke kana ke kiri.
Setelah hampir duapuluh menit akupun tidak tahan lagi. Kupercepat sodokan batang kontolku di liang kewanitaannya dan.. Cratt.. cratt.. cratt..
Cairan spermaku pun meyemprot deras ke dalam rahimnya. Berbarengan dengan kedutan keras di vaginanya menandakan ia mengalami orgasme keduanya.

Kami pun terkulai lemas di atas sofa. Tubuhku menindih tubuhnya dengan batang kontolku masih tertanam di liang vaginanya. Nafas kami tersengal sengal karena pertempuran yang luar biasa nikmatnya.

Aku pun segera bangkit dan menarik kontolku yang mulai mengendur dari lubang memeknya.
Memeknya terlihat terngangga dan tampak carian putih meleleh keluar dari liang kewanitaannya.

Anty masih terkulai lemas di sofa. kakinya terjuntai ke lantai dan tangannya tergolek lemah di sebelah tubuhnya.. Segera kuhampiri dan kuciumi bibirnya.

“Enak mas.. kapan-kapan lagi ya..” Ujarnya sambil tersenyum..
“Siap.. kapan aja kamu butuh.. Aku siap melayani..” Candaku.

Dan diapun tertawa sambil mencubit pinggangku penuh arti..
Akhirnya kesampaian juga niatku menyetubuhi tetanggaku ini.

Setelah kejadian itu kami pun sering mencari-cari waktu untuk dapat bersetubuh kembali.
Tampaknya sentuhan dari suaminya tidak diperlukan lagi.. karena dia sudah mendapatkan kepuasan dariku sebagai penggantinya.