Browsing "Older Posts"



"Oom Henry! Oom harus tanggung jawab dong.. Masa hasilnya jadi kacau begini?!" teriak Sarah dengan keras ke arah Henry Yosodiningrat, pengacaranya yang sedang berusaha keras untuk menenangkan Sarah Azhari yang sedang kesetanan. Mereka berdua sedang sewot menyusul hasil persidangan Sarah Azhari yang berakhir buruk, dan Sarah sebagai terdakwa dinyatakan bersalah oleh hakim dalam dakwaannya melakukan perbuatan tidak menyenangkan terhadap Navis Qustubi, seorang wartawan infotainment.

"Saya ngerti Sar.. kamu lagi kalut. Kamu harus tenang dulu, karena saya jamin semuanya akan beres kalo kamu bisa tenang terlebih dahulu." ujar Henry sabar sambil berusaha menenangkan Sarah yang dari 2 jam yang lalu tak kuasa menahan tangisnya."Sekarang saya musti ngapain lagi , oom! Coba jawab?! Semua permintaan oom udah saya penuhin. Duit berpuluh-puluh juta buat bungkem si hakim brengsek itu udah saya kasih.. Tapi masa hasilnya jadi kaya gini..", Sarah mulai bernada pasrah, namun masih belum juga merendahkan nada suaranya.Sudah dari siang ia bersembunyi di apartemen Henry Yosodiningat dan menghilang dari kejaran wartawan infotainment yang bagai lalat ketiban sampah, tak henti-hentinya mengelilinginya dan mengurung rumahnya mengharap sepatah duapatah kata berharga penuh makna keluar dari bibirnya.

Ia kini duduk lemas sambil menahan tangisnya, disampingnya Henry Yosodiningrat duduk sambil melingkarkan tangannya ke pundak Sarah, tetap berusaha menenangkan kliennya yang nampak makin histeris.
"Oom tahu, hasilnya agak mengecewakan. Tapi itu semua diluar kuasa Oom. Percaya deh, oom juga tidak mengira kita bisa ditipu dengan lihay oleh si ******* itu." Henry masih dengan suara beratnya memberi penghiburan bagi Sarah, layaknya seorang bapak kepada anaknya.

"Tapi Oom.. saya ga boleh masuk penjara! Saya ga mau masuk penjara busuk itu!" Sarah mulai histeris lagi."Oke, oke.. gini aja. Oom masih punya satu peluru lagi. Kamu jangan nangis terus dong.. " Henry pun akhirnya tampak mulai kehilangan kesabarannya menghadapi ulah Sarah yang ngga bisa tenang.Mendengar jawaban Henry, Sarah pun mulai melunak, "maksud Oom, masih punya peluru?""Udah. Kamu tenang aja. Oom akan atur semuanya. Oom akan telpon beberapa orang dulu, tapi oom mau kamu mandi dulu.. Supaya kamu segeran dan ga keliatan kumel kaya gini. Emangnya kamu ga cape dari tadi nangis abis 2 ember?!" ujar Henry kembali ke sifat kebapakannya.Sarah pun mulai tersenyum menanggapi candaan Henry. "Aah, oom jahat. Gue lagi pusing, masih diledekin juga.."
"Udaah! Mandi dulu gih sana! Make up kamu udah luntur gitu, kalo oom potret bisa seneng tuh wartawan2 temen kamu itu," ujar Henry sambil mendorong pantat Sarah yang montok untuk segera berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi.
"Iih.. pokoknya Sarah ga mau tau. Abis Sarah mandi, oom udah harus bisa bikin Sarah ga bakal nangis lagi, janji?" dengan genit Sarah merajuk namun ia mulai bisa melupakan kesedihannya untuk sementara."Kamu itu selaluuuu maen ngancem! Ga kapok apa udah ngancem si Navis?!" dengan gemas Henry membalas ancaman Sarah dengan mengelus dagunya lembut sambil berdiri dan melangkah ke arah ruang tamu untuk segera mengambil telepon.

Sarah keluar dari kamar mandi sambil berbalut kimono sutra berwarna hijau pupus. Persis seperti penampilannya di dalam iklan obat multivitamin untuk pria yang masih dengan gencar ditayangkan di tivi nasional. Sesudah 30 menit ia berendam dan kemudian merasakan hangatnya air shower menyiram tubuh seksinya, akhirnya ia bisa sedikit melepaskan kepenatan dan kegalauan hatinya yang tak kunjung usai, selepas hakim keparat itu mengumumkan vonis bahwa ia harus menjalani hukuman penjara selama 4 bulan. "4 bulan penjara?! Hhhh… enak aja! Mendingan gue entot aja si hakim gebleg itu sekalian daripada gue nginep 4 bulan di penjara sial itu." pikir Sarah sambil merengutkan mukanya pertanda kesal yang muncul masih sambil mengingat muka sang hakim ketika membacakan vonis untuknya.
Sambil mengibaskan rambutnya yang masih basah, ia berjalan keluar dengan kimono yang tak menyembunyikan keindahan paha mulusnya. Di ruang tamu, ia tak menjumpai Oom Henry yang tadi menemaninya duduk di sofa tengah.

"Oom? Oom Henry?", ia pun melangkah ke ruang kerja Oom Henry sambil meneriakan namanya. Ia sudah tak asing lagi dengan semua ruangan di apartemen ini, karena ia sering meminjamnya untuk sekedar bersembunyi dan menginap dua tiga hari untuk menenangkan diri dari kejaran wartawan. Maka dari itu, ia pun tak canggung untuk hanya berjalan mengelilingi apartemen ini dengan hanya mengenakan kimono tidurnya yang mini, toh Oom Henry sudah dianggap ayah olehnya, dan perilakunya selama ini juga tak pernah menjurus ke arah hal yang bukan-bukan.
Henry Yosodiningrat dalam bayangannya adalah seorang pengacara yang profesional dan juga seorang yang sangat sabar dalam menghadapi semua keluhan-keluhannya.

Setelah semua ruangan Sarah kelilingi, jejak Henry Yosodiningrat masih belum muncul juga ke hadapannya. Ia pun mencari tas tangannya untuk mencari handphonenya untuk sekedar mencari tahu perginya Henry. "mungkin Oom Henry turun sebentar ke bawah buat beli makanan," pikir Sarah tanpa curiga.

Tepat ketika Sarah menemukan handphonenya, suara bel apartemen terdengar menandakan seseorang datang. "Aah, itu dia! Pasti dia kelupaan kunci lagi", Sarah pun meletakkan handphonenya lalu berbalik melangkah ke arah pintu apartemen untuk segera membukakan pintu.

"Dasar kakek-kakek pelup…." belum habis Sarah menyelesaikan kalimatnya, pintu pun terbuka dengan keras dan ia pun terdorong kebelakang karena kaget tak menyangka akan sambutan yang akan diterimanya dari balik pintu yang ia buka. Ketika ia sudah melihat dengan jelas orang yang masuk dengan paksa ke dalam apartemen itu, dan menutup kembali pintu di belakangnya sambil menguncinya, ia pun berteriak histeris, "Heh! ****** lo ya?! Masih punya nyali lo dateng ke tempat ini?!"

Di hadapannya berdiri Navis, sang wartawan yang menuntutnya dan juga sekaligus orang yang paling Sarah benci dan ngga pengen ia liat untuk seumur hidupnya, sekarang berdiri tegak sambil tersenyum di hadapannya.
"Masih pake senyum-senyum segala?! Belum puas lo senyum-senyum di depan temen-temen wartawan lo yang ******* itu, hah?" Sarah pun mulai meracau tak keruan sambil mulai maju ke arah Navis ingin melabraknya kembali seperti yang ia lakukan sebelumnya, yang kemudian menjadi awal perkara Sarah Azhari yang terkenal itu.

Namun Navis dengan tenang tanpa kesulitan berarti menangkap tangan Sarah yang kali ini berusaha menamparnya dengan kencang.
"Tenang dulu neng. Gue ga akan kesini kalo gue ga diundang." Navis berujar pelan sambil melangkah maju perlahan ke arah ruang tamu.
"Eh, sialan lo! Yang mau ngundang lo kemari cuma setan kuburan yang ga bisa tenang kalo belum ngeliat muka lo ketawa di balik penjara!" teriak Sarah masih histeris sambil ia pun melayangkan tangan yang satu lagi ke arah muka Navis.

Tanpa repot, Navis pun menangkap tangan Sarah yang satu lagi sehingga kini kedua tangannya memegang tangan Sarah yang menggeliat-geliat penuh tenaga dengan mata melotot penuh amarah. "Ck ck ck.. mulut lo itu beneran kotor ya?! Gue ga bisa ngebayangin apa teriakan lo pas si Oom Henry ngerasain memek lo." balas Navis yang mulai nakal melihat Sarah Azhari di hadapannya hanya berbalut kimono sutra yang dalam geliatan tubuhnya malah semakin membuat lekuk seksi tubuhnya semakin tampak jelas di mata Navis.

"Eh, tai kucing lo! Berani ngatain Oom Henry kaya gitu?! Tunggu aja sampe dia datang kemari. Lo bakal dituntut masuk penjara sampe mampus karena berani nganiaya gue kaya begini." Sarah mulai sedikit menyadari bahwa keadaan agak tidak menguntungkan baginya, karena ia hanya sendirian di ruangan apartemen ini. Dan matanya menangkap kilatan nakal mata Navis yang menatap belahan dada montoknya yang terbuka lebar karena kimono yang ia kenakan memang tak cukup tinggi untuk menyembunyikan keindahan belahan dadanya.

"Udah deh! Ga usah ngarepin si Oom. Sama gue sekarang aja, gue jamin lo bisa kelejotan ngerasain ****** gue ngerobek memek Arab lo!" Navis seperti makin terbuai dengan kata-kata kotor Sarah yang seakan mengundangnya untuk semakin berani. Masih berusaha melepaskan tangannya yang digenggam erat oleh Navis, Sarah pun semakin terdorong mundur ke arah sofa tengah dimana tadi ia duduk. Ia kini semakin yakin bahwa Navis sudah mulai tak terkendali. Ia faham betul arti tatapan mata lelaki yang melotot penuh nafsu ke arahnya sekarang ini, yang disebabkan kimono sutranya tak kuasa menutupi tubuh seksi dan montok yang telah membuai jutaan pria di layar kaca. Di benak lelaki seperti ini, hanya ada nafsu liar penuh birahi yang ia tahu betul kemana arahnya.

Navis pun melepaskan genggaman tangannya sambil mendorong Sarah dengan keras ke arah sofa di belakangnya. Mata wartawannya yang terlatih sekilas melihat bayangan gelap di selangkangan Sarah Azhari yang tersingkap sedikit ketika duduk terjatuh di atas sofa itu. Benaknya langsung menari-menari kegirangan mengetahui Sarah tak mengenakan celana dalam di balik kimono mininya itu."Aauw! Oke-oke.. Ga usah maen kasar begini dong.." Sarah mulai melunak menyadari bahwa ia berada di ujung tanduk dan ia tak bisa mengharapkan bantuan orang lain untuk menyelamatkannya saat ini. Ia harus berpikir keras bagaimana caranya meredam nafsu liar binatang yang berdiri di depannya agar ia bisa mengendalikan situasi.

Melihat Sarah yang mulai melunak, Navis pun berdiri tenang di hadapan Sarah yang duduk mencoba merapikan kimononya yang tersingkap kemana-mana. "Ga usah dirapiin lah Sar. Bentar lagi tu baju juga udah ga nempel lagi di badan lo!" ujarnya sambil tersenyum penuh arti.
"Nngg. Gini deh. Gue tau persis apa yang lo mau. Tapi lo ga bisa dapetin itu dengan gratis dong. Gue mau lo urus sesuatu di pengadilan, baru deh lo bisa puas-puasin nikmatin badan gue.. " ujar Sarah pelan sambil tersenyum dipaksakan.. Ia berusaha membujuk Navis agar bisa lebih tenang, dan dengan demikian ia berharap bisa mengendalikan suasana. Toh, sebagai seorang wanita cantik berbodi super seksi yang biasa berakting di sinetron, hal seperti ini adalah hal biasa baginya.

Navis hanya tertawa terbahak mendengar tawaran Sarah Azhari yang kini nampak semakin menggoda dengan senyumnya yang seakan malah mengundang Navis untuk semakin berani melakukan apa saja terhadapnya.
"Sar.. sar, Lo bukan dalam posisi ngasi tawaran sama gue. Kalo pun gue mau jebol lobang pantat lo sekarang, lo ga bisa apa-apa juga kan?" Navis pun mulai berani nakal, dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh toket Sarah yang benar-benar menantang dibalik kimono tipisnya. Udara AC yang dingin, membuat kedua puting toket Sarah mengeras dan membuatnya nampak terjiplak jelas dari luar kimononya, Navis pun semakin geregetan dibuatnya.

Sarah Azhari kini sadar bahwa lelaki di hadapannya ga bisa dikuasai dengan mudah. Ia baru ingat bahwa Navis yang mulai menggerayangi toketnya adalah seorang wartawan. Jadi memang bukan hal sulit bagi wartawan untuk bersilat lidah dengan seorang artis. Otak Sarah berputar keras mencari akal bagaimana caranya ia bisa lepas dari tangan Navis, sementara tanpa ia sadari Navis yang sudah semakin bernapsu kini malah sudah berhasil melonggarkan tali kimono Sarah, sehingga tangannya semakin bebas bermain-main dan meremas-remas toket Sarah yang membusung indah.

"Eeh.. jangan kasar begini dooong.. " ujar Sarah berusaha memainkan suaranya dengan lihai hingga bernada merayu, walaupun sebenarnya ia benci setengah mati dengan setan busuk yang sekarang malah mulai menjulurkan lidahnya untuk menikmati toketnya dengan ganasnya.
"Sini aku bukain baju lo dulu deh.. biar lo lebih enak," Sarah mulai menjalankan strateginya dan mulai mendorong Navis perlahan untuk duduk di sofa, dan ia mencoba untuk berdiri mengambil posisi yang lebih menguntungkan baginya untuk mencoba melarikan diri.

Namun tanpa disangka-sangka, Navis malah melayangkan tangannya dan menampar muka Sarah dengan kencangnya. Kontan Sarah Azhari sang artis seksi itu pun terjatuh kembali ke sofa empuk di belakangnya, sehingga ia kini dalam posisi tertidur. Sarah yang kaget bukan main karena Navis malah menyerangnya tiba-tiba, tanpa bisa berkata-kata ia meraba bibirnya yang terasa sedikit berdarah karena tamparan Navis yang sangat kencang barusan.
Navis yang nampaknya belum puas dengan tamparannya barusan, langsung menarik dan merobek kimono yang diapakai Sarah, sehingga kini kedua toket Sarah yang membusung tampak terlihat jelas keindahannya.
Navis pun berada di atas angin, dengan kasar ia pun memaki Sarah, "Lo pikir lo bisa gampang ngibulin gue hah? Perek sialan! Cewe kaya lo cuma pantes buat diperkosa pake cara kasar.. Lo belum pernah kan diperkosa ama orang jalanan kaya gue. Biar lo rasain bedanya laki-laki sejati ama laki-laki bencong yang selama ini ngerasain memek lo!!" sambil menyelesaikan makiannya, Navis pun merangsek dan mengarahkan mukanya ke arah selangkangan Sarah.

Sarah Azhari yang masih syok dengan serangan Navis yang bertubi-tubi tak menyangka bahwa ia sudah nekat dan sekarang sedang mengancam memeknya. Kedua tangannya berusaha menahan muka Navis yang sudah demikian dekat dengan memeknya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk melawan kuasa nafsu binatang Navis yang sudah demikian liar.
Namun Navis memiliki tenaga yang luar biasa besar. Walaupun Sarah menahan kepala Navis dengan kedua tangannya, ia tetap saja mampu maju menjulurkan kepalanya hingga akhirnya mulutnya berhasil memagut bibir memek Sarah yang masih terlipat rapi. Dengan buas dan penuh nafsu, ia melalap memek Sarah dan memainkan klitoris Sarah yang masih menguncup dengan lidahnya melalui gerakan naik turun yang lihay.

Sarah yang kalah tenaga, hanya bisa mengerang murka, "Aaaaahhh… anjiiinnng. ****** lo! ******* bajingan.. Gue ga rela diperkosa ama ******* kaya elo..!" Dalam hatinya kini berkecamuk perasaan jijik dan terhina karena dirinya yang artis kelas atas Indonesia bisa dipermainkan oleh pria hina dan tak bermoral seperti Navis. Baru kali ini ia merasa dipermalukan seperti ini. Biasanya ia bisa mentolerir orang-orang seperti Navis yang hanya bisa berkomentar nakal dan menggodanya ketika ia harus berhadapan dengan mereka. Namun ketika kali ini memeknya dilumat-lumat oleh salah seorang dari golongan wartawan yang menurutnya adalah golongan rendah, harga dirinya terkoyak dan ia merasa murka luar biasa.

Kedua tangan Navis kini bekerja dengan giat membuka kedua kaki jenjang Sarah lebar-lebar, sehingga ia bisa dengan lebih leluasa menikmati harumnya memek Sarah. Ia begitu bernafsu menjilat dan mengulum kelentit Sarah yang cukup besar untuk ukuran wanita Indonesia. Mungkin karena Sarah Azhari memiliki darah keturunan bangsa Arab, sehingga semua organ vitalnya juga mengikuti leluhurnya. Yang pasti wangi dan harum memek Sarah Azhari yang baru saja selesai mandi seperti ini, membuat Navis lupa daratan dan menyapu semua sudut memek Sarah dengan lidahnya dan mulai menusuk-nusuk ke bagian liang dalam dari memek Sarah.

Dan hasilnya memang langsung kelihatan. Walaupun Sarah Azhari meronta-ronta dan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan memeknya dari serbuan mulut Navis, namun hati kecilnya dan alam bawah sadarnya mengatakan bahwa jilatan dan kuluman Navis di memeknya mulai membawa rangsangan yang dengan cepat naik ke otaknya. Mulutnya masih mengeluarkan makian-makian kotor, "Lepasin gue, *******!!! Gue ga rela!" Namun jauh di dalam hatinya, ia mengakui bahwa memeknya menikmati semua perlakuan kasar dari lidah Navis di semua area selangkangannya yang sudah lembab dan basah dijelajahi oleh Navis. Tanpa sadar, Sarah malah mengeluarkan erangan nikmat tak sengaja, "Hhhhhhh… sshhhsss!"
Tangannya berusaha mendorong kepala Navis agar melepaskan lidahnya dari penyiksaan nikmat terhadap memeknya. Namun mulutnya berkata lain, "nggggghhhh.."
Navis pun sadar betul akan hasil emutannya terhadap memek Sarah. Mendengar erangan dan lenguhan Sarah akan aksinya di selangkangannya, Navis pun semakin pede lalu dengan kedua tangannya, seketika ia mengangkat kedua kaki Sarah, sehingga terangkat ke arah mukanya sendiri. Ia menekan lutut Sarah hingga kini menempel ke bahunya sendiri, membuat posisi memeknya menjadi terbuka lebar sementara Navis yang berada di depannya, kini mulai membuka celananya dan begitu ia terbebas dari belenggu celana dalamnya, tampaklah kontolnya yang sudah tegak berdiri pertanda ia pun sudah terangsang sempurna.

Sarah hanya bisa melongo melihat ****** Navis yang tak disangkanya ternyata berukuran lebih besar dari kebanyakan pria yang sudah pernah menidurinya. Sesaat ia pun lupa bahwa Navis yang berkontol besar dihadapannya ini adalah bajingan yang sesaat lagi hendak memperkosanya.
Melihat Sarah yang dalam kondisi terpana, Navis pun tersenyum, "Jangan takut Sar.. selama ini belum pernah ada yang kecewa kok ama ****** gue. Gue jamin, lo pasti teriak-teriak minta dikocok lagi!"

Mendengar perkataan Navis, Sarah pun tersadar bahwa ia sudah di ujung tanduk. Sesaat lagi ia akan diperkosa oleh Navis, wartawan pinggiran yang sama sekali tak sepadan dengan status dirinya yang artis papan atas. Ia pun mengerahkan segala tenaganya untuk melepaskan diri dari Navis. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, ia berusaha bangkit dari kurungan Navis, "Anjiing! Lo ga akan bisa perkosa gue! Bangsaaat.."

Suara Sarah yang histeris hanya membuat Navis semakin nafsu untuk segera memasukkan kontolnya ke memek Sarah. Ia pun menindih tubuh Sarah yang gagal untuk melepaskan dirinya. Dengan tangannya yang memegangi kedua betis Sarah, sekaligus mengunci tubuhnya hingga ia tak bisa bergerak bebas, Navis pun mengarahkan ujung kontolnya yang 18 cm panjangnya, tepat diatas lubang memek Sarah Azhari yang sudah basah berkilat-kilat.

"AAAAAaaaahhhhh… HHHgggghhh! Taaaiiiii!!! Gobbloook!" Sarah hanya bisa meracau tak keruan, kesal dan murka karena dirinya tak kuasa untuk menahan Navis yang kini perlahan-lahan sudah memasukkan kontolnya hingga ujungnya kini malah sudah menyentuh dinding dalam memek Sarah.
Navis pun membiarkan ****** panjangnya untuk beradaptasi sejenak dengan sempitnya memek Sarah.. "Lumayan Sar.. memek lo masih bagus. Gue kirain lo punya udah dower karena keseringan dikocok-kocok ama orang laen" sambil kemudian Navis pun menggetarkan pantatnya sehingga kontolnya yang berada dalam memek Sarah ikut bergoyang dan hasilnya Sarah pun berteriak antara murka, kegelian atau keenakan, "Eehhh, Anjiiing ngggghhhhh… ! Lo ngapain?!"

Navis pun tertawa senang melihat reaksi Sarah yang tidak menyangka akan getaran kontolnya yang seringkali memang menjadi senjata andalannya dalam memulai ritual permainan seksnya. Ia sangat senang, karena biasanya ia hanya bisa mainin kontolnya di memek cewe-cewe panti pijat murahan, namun sekarang ia seakan mendapat rejeki nomplok. Memek Sarah Azhari artis sinetron yang jadi pujaan banyak pria hidung belang, kini berada dalam kuasa kontolnya, dan ia berniat untuk menikmati perkosaan ini selama mungkin.

Kini ia pun mulai mengocok ****** panjangnya, masuk keluar memek Sarah secara perlahan, sambil ia memejamkan matanya dan menikmati betapa sempit dan nikmatnya memek Sarah yang seakan-akan merespon gerakan kocokan kontolnya dengan begitu pas. Memek Sarah mengedut-ngedut dan memijat pelan setiap kali ****** Navis bergerak memasuki lorongnya.

Pijatan memek Sarah terhadap ****** Navis yang sedang mengocoknya, seakan-akan sudah berjalan otomatis, menandakan bahwa memeknya juga menikmati perkosaan ini. Sarah yang kini mulai terpengaruh oleh kenikmatan yang dirasakan memeknya, mulai bingung akan reaksi yang harus ia berikan.

Ia sadar, memeknya sudah menyatakan bahwa ****** Navis memang diatas rata-rata. Pijatan memeknya yang juga menjadi kebanggaannya, hanya muncul secara otomatis bila ia memang juga menikmati permainan seks yang menggebu-gebu seperti sekarang ini. Bedanya kali ini, ia bukan bermain dengan pacar-pacarnya yang biasanya merupakan laki-laki tampan dan wangi. Di hadapannya sekarang ini, adalah Navis, seorang wartawan yang berpakaian kemeja flanel kumal, dan bau. Namun, kondisi Navis sekarang ini malah membuat Sarah mulai kehilangan konsentrasi. Mungkinkah kekontrasan Navis dibanding pacar-pacarnya selama ini malah membuat ia terangsang hebat dengan cepatnya?

Ia akui, biasanya nafsu seksnya ga pernah naik secepat ini. Apalagi semua laki-laki yang biasanya mengemis-ngemis untuk bisa tidur dengannya, pasti memperlakukannya secara lembut seperti seorang putri. Semua lelaki akan takluk dan dengan sopan seperti kucing akan bersedia menuruti segala kemauannya.

Namun perlakuan kasar yang ia terima sekarang dari Navis, sama sekali belum pernah ia rasakan dari lelaki manapun. Kontrol akan lelaki yang biasanya dengan mudah ia kendalikan kini seakan tak berlaku lagi. Hal inilah yang membuatnya beringas sekaligus terangsang dengan hebat. Ia sadar, memeknya sudah takluk akan kocokan ****** Navis yang bergerak bukan saja maju mundur namun sekaligus membor memeknya dengan gerakan berputar yang memberikan kenikmatan sempurna bagi memeknya.
Sekarang tinggal Sarah yang berjuang keras untuk tetap bisa mengontrol dirinya dan tidak melepaskan kendali atas nafsu liar yang sudah demikian meletup-letup didalam dirinya.

"Nnnnggggghhhhh…pp!" Ia berusaha mengendalikan lenguhannya yang seakan memberontak atas kemauan dirinya untuk tidak menikmati pemerkosaan ini.
"Njjing! Lo boleh berhasil perkosa gue.. tapi gue sama sekali ngga.." sebelum Sarah berhasil menyelesaikan kalimatnya, Navis malah membungkam bibir seksinya dengan bibirnya sendiri. Ia pun melumat gencar bibir Sarah Azhari yang tak menyangka Navis berani meluncurkan serangan ke mulutnya.

Dalam usahanya menghindar dari pagutan Navis, ia malah seakan memberikan kesempatan bagi Navis untuk menikmati bukan saja mulut seksinya, namun juga leher jenjangnya. Hal ini malah membuat Navis semakin senang dan bersemangat menghisap, menjilat dan menciumi sekujur muka dan leher Sarah Azhari. Aroma Sarah Azhari yang begitu harum ia nikmati bukan saja dari mulutnya yang wangi, namun juga dari lekukan leher Sarah yang aromanya begitu bikin ia mabuk dengan birahinya sendiri.

"Aaaahhh… hhheeeuuuhhh.." Sarah kini mulai kehilangan konsentrasinya.
Ia mulai tak tahan akan rangsangan dan ciuman bertubi-tubi Navis di lehernya. Ia harus mengakui, seluruh titik rangsangannya sudah dilalap sempurna oleh Navis. Mulai dari memeknya yang biasanya tak merespon sembarangan ****** dengan pijatan-pijatan khasnya, hingga lehernya yang menjadi titik lemah dari kontrol birahi Sarah.
Pagutan Navis yang membuahkan bekas-bekas merah di lehernya membuatnya mendesah keras, dan mulai menggerakkan tubuhnya seakan ia memang berada dalam permainan seks yang nikmat, dan bukan pemerkosaan yang brutal.
"Nngggghhh.. gue.. ga… taaaahhh… aaann…!" Sarah pun mengeluarkan tanda menyerahnya sambil terengah-engah. Ia akhirnya harus mengakui bahwa ia juga sepenuhnya menikmati kocokan ****** Navis di memeknya yang sekarang sepertinya sudah sangat dekat akan ledakan orgasme pertamanya.

Navis pun sadar, bahwa Sarah sudah berada dalam genggaman birahi dan permainan seksnya. Ia percaya, sekarang Sarah tak akan memberontak lagi, sehingga ia pun berani melepaskan kunciannya.
"AAAAAAaaaahhhh… aaaaannnnjjjiiiinnnnggg!" teriak Sarah dengan histeris menandakan bahwa orgasme pertamanya begitu dahsyat, sehingga ia meracau dengan tak terkendali. Navis pun merasakan kedutan dan semburan cairan orgasme dari memek Sarah yang membuatnya tersenyum lebar, "Hehehe… enak kan Sar?"

Ia kini menarik tubuh Sarah untuk berdiri. Navis sendiri duduk di sofa empuk yang tadi ia jadikan tempat pemerkosaannya. Sarah yang masih lemas dan tak menyangka orgasme pertamanya begitu dahsyat.. mengikuti dengan pasrah perintah Navis yang mengarahkannya untuk duduk mengangkangi kontolnya. Posisi Sarah yang kini menduduki Navis yang duduk di sofa, membuatnya bebas untuk melarikan diri. Namun hal ini tak ia lakukan. Ia kini tak bisa berpikir dengan jernih lagi. Yang ia ingin rasakan adalah kenikmatan bertubi-tubi dari ****** Navis yang kini sedang berada di bawah memeknya yang masih mengedut-ngedut ringan akibat pengaruh permainan ****** Navis barusan.

Sambil memegang bahu Navis sebagai pegangan, Sarah pun mulai menurunkan lubang memeknya hingga pas berada di ujung ****** Navis yang masih berdiri tegak dan keras.
"Punya lo kok masih keras gini, hah? Lo pake obat ya?" ujar Sarah yang walaupun sudah tak berontak namun tetap bernada galak.
"Aahh.. udah lah. Lo entot aja ****** gue.. Ga usah banyak tanya!" jawab Navis sambil tangannya memegang panggul Sarah dan menekannya ke bawah sehingga kontolnya mulai memasuki memek Sarah kembali yang hangat.

"HHmmmppphh! Aaahhhhssss… " Sarah hanya bisa memejamkan matanya, merasakan betapa nikmatnya ****** Navis yang begitu besar mengisi lorong memeknya dengan sempurna.
Sebagai jawabannya, ia kini mulai menggenjot ****** Navis dengan gerakan yang begitu liar. Naik turun dan putaran pinggulnya membuat pantatnya beradu keras dengan kedua paha Navis, hingga berbunyi "Plak.. plaks… ceplaks!" dengan kencangnya.

"Hmmmmhh.. Ternyata jago juga lo ngebor ****** ya, perek?" Navis berbicara kotor pada Sarah, sambil merem melek keenakan merasakan kocokan memek Sarah atas kontolnya.
Perkataan kotor Navis, malah membuat Sarah semakin bergelora. Ia meraih salah satu toketnya, lalu menyodorkannya ke mulut Navis yang langsung merespon dengan sigap.
Puting Sarah yang memang sudah mengeras karena udara dingin dan juga karena gelora nafsu birahi yang menguasainya, dilumat oleh bibir Navis dengan penuh nafsu. Ia sedot dan jelajahi dengan lidahnya semua area puting toket Sarah yang begitu kenyal dan besar.
"Aahhhhss… Enaaaak… terruusss bangsaaat!" Sarah pun menjawab dengan perkataan yang tak kalah kotornya. Ia melemparkan kepalanya kekiri dan kekanan, membuat rambut panjangnya berlenggak lenggok dengan indah seperti gadis di iklan shampoo, sebagai pertanda ia begitu menikmati permainan seks yang sudah lama tak ia rasakan dengan begitu liarnya.

Kini Navis praktis hanya duduk manis dan membiarkan Sarah menguasai permainan dengan dahsyatnya lenggak lenggok pinggulnya mengocok ****** yang masih dengan kuat bertahan. Ia setengah mati menahan gejolak kontolnya agar jangan meledak terlebih dahulu. Ia masih ingin merasakan semua kenikmatan yang bisa ia raih dari tubuh Sarah Azhari.
"Shhhiiiit! Kontoooolll Elo enaaaaaakkk bangeeeeett! Entooooooootttt guaaaaaaa!" Sarah berteriak histeris dan ambruk merebahkan dadanya ke tubuh Navis di depannya, bersamaan dengan ledakan orgasme kedua yang dirasakan sangat nikmat oleh Sarah mengisi sekujur tubuhnya.
Memeknya berkedut-kedut kencang sekali, sekaligus memijat ****** Navis dengan remasan-remasan mesra. Seluruh tubuhnya kini basah berkeringat dan menempel lengket dengan tubuh Navis yang juga tak kalah basah.
Masih dalam posisi Sarah menduduki kontolnya, Navis pun memeluk Sarah dan mulai mengelus-elus punggung Sarah, lalu bagaikan kekasih yang baik ia mengecup bahu Sarah dengan lembut.
Sarah yang masih terpejam merasakan nikmatnya orgasme keduanya, sejenak melupakan siapa orang yang sedang mengecupnya saat ini. Yang ia tahu, seisi relung tubuhnya sedang bergejolak merayakan perayaan besar yang sudah lama tidak ia rasakan.

Navis pun beranjak dari atas sofa lalu berdiri sambil memegangi Sarah yang masih lunglai lemas sambil terpejam. Ia berdiri di depan Sarah lalu kemudian memutar tubuhnya, sehingga kini ia berada di belakang Sarah. Kedua tangannya mengelus toket Sarah dengan lembut dari belakang, lalu ia pun mengecup leher dan bahu Sarah dengan perlahan dan penuh kemesraan.
Sarah yang masih terlena, pun tersenyum dan melirik sebentar ke arah Navis yang sedang sibuk memberi kenikmatan di titik terlemah di lehernya.
****** Navis yang masih juga tegang dan keras terasa menekan belahan pantatnya dari belakang dengan perlahan.
"Lo gelo juga ya? Gue udah kelejotan kaya gini, ****** lo masih belum keluar juga!" Sarah hanya berkata lembut mengomentari gerakan ****** Navis yang bergerak ringan menggoda belahan pantatnya.
"Hmmmm.." Navis hanya menggumam ringan, sambil memandu tubuh Sarah, sehingga kini kedua tangannya berpegangan ke sandaran sofa. Dengan posisi yang agak menungging seperti ini, Sarah pun segera faham bahwa Navis ingin mengocok memeknya dalam posisi doggie style sambil berdiri, "Hehe.. ****** lo ya, tau aja kalo gue paling suka kalo dientot dari belakang." Sarah sudah lupa daratan. Yang ia tahu sekarang, ia adalah budak dari Navis. Dan untuk semua kenikmatan yang sudah ia peroleh, ia pasrah akan semua perlakuan Navis kepada tubuh montoknya. Yang ia inginkan adalah kenikmatan demi kenikmatan datang dan meledak di dalam tubuhnya.

"Hehe.. artis perek, lo udah siap buat gue jebol dari belakang?" Navis pun buka suara seakan menandai serbuan kontolnya yang sebentar lagi akan beraksi.
"Ah, rese lo! Buruan masukin ****** gede lo… Memek gue udah dingin lagi nih.." Sarah pun menjawab ancaman Navis dengan nada gurauan.

"Siapa bilang memek lo? Gue mau jebol lobang pantat lo yang seksi ini.. Gue yakin pasti belom ada yang merawanin lobang pantat lo kan, Sar.. hehehe." Navis pun mulai menggerakan kontolnya ke permukaan dubur Sarah.
"EEEHHHH! Apaan tuh! Gue ga mau dianal!! Anjiiiiiiiing Lo!!" Seketika Sarah pun panik ketika menyadari bahwa Navis telah menjebaknya. Namun posisinya yang terkunci seperti ini membuatnya tak berdaya untuk melepaskan dirinya.
Navis pun semakin beringas mendengar erangan Sarah yang panik. Birahinya semakin naik, dan dengan cepat ia menusukkan kontolnya yang besar ke lubang dubur Sarah yang masih sempit..
"AAAAAAAAAGGGGHHHHHH!! Sakiiit Bangsaaat!!" Sarah melotot kesakitan akibat tekanan paksa ****** Navis di lubang duburnya yang masih kering.
Ia tak kuasa menahan air matanya yang keluar karena rasa sakit yang teramat sangat. Sementara Navis yang baru berhasil memasukkan 2/3 ****** panjangnya, mendiamkannya sebentar, agar lubang dubur Sarah beradaptasi sejenak dengan batang besar di dalamnya.

"Bang.. gue mohooon, gue jangan dianal bang.. Sakit bangeeet.." dengan memelas Sarah berusaha memohon kepada Navis, yang sekarang malah sudah dipanggilnya abang. Harga dirinya benar-benar runtuh sekarang.
Mendengar hal ini, Navis malah tertawa terbahak-bahak.. "Alaah, udah lah. Bentar lagi juga udah ga sakit. Ntar palingan lo minta nambah. Dasar perek binal!" Sambil kemudian ia memasukkan sisa ujung kontolnya ke dalam dubur Sarah.

"HHHggggghhhhhaaaaaaaaaaanjiiiiiing!" Sarah pun roboh tak bertenaga di atas sofa empuk itu karena rasa sakit yang tak terperi menderanya. Namun Navis dengan sigap segera memegangi tubuhnya yang lunglai, kedua tangannya langsung mendekap dan menopang toket Sarah yang tergantung indah di balik punggungnya.
Sambil meremas-remas toket Sarah yang kenyal dan montok, Navis pun mulai menggenjot kontolnya maju dan mundur, masuk keluar lubang dubur Sarah yang kali ini sudah menganga lebar karena desakan paksa ****** Navis yang sangat besar di lubang dubur Sarah yang sempit.

Sambil menggigit bibirnya, Sarah merasakan betapa ngilunya lubang pantatnya akibat gesekan ****** Navis yang menggenjotnya tanpa belas kasihan. Semakin dalam Navis memasukkan kontolnya, terasa semakin luar biasa rasa sakit yang dirasakan Sarah hingga akhirnya ia meneteskan air mata, tak tahan dengan rasa sakit yang menderanya.

Gesekan Navis mulai melukai lubang dubur Sarah hingga lecet dan mulai mengeluarkan darah. Namun hal ini malah membuat Navis semakin panas dan bernapsu untuk menggenjot dengan lebih cepat.
"Hmmmmmhhhhh…, gila enak bangeeeet! Pereeek, rapet bangeet!" Navis mulai meracau dan merasakan gelombang birahi erotis di dalam tubuhnya mulai bertalu-talu naik dengan cepat dan segera mencapai klimaksnya.

Sarah sudah tak bisa lagi merasakan lubang duburnya. Rasa sakit yang teramat sangat membuatnya kebal dan hanya bisa merasakan betapa besarnya ****** Navis yang masih terus menggenjotnya dengan bernapsu. Rasa sakit akibat lecet di duburnya yang mulai menghilang kini berganti dengan rasa birahi yang perlahan mulai menguasai dirinya. Terlebih remasan tangan Navis di kedua toketnya mulai dirasakannya sebagai pijatan lembut yang menenangkan hatinya.
"Hhhh… baaaaangg… ampuuuun baaaang, gue ga tahan niih" Sarah pun mulai bingung antara harus minta ampun atau minta Navis memberikannya klimaks berikutnya. Ia merasakan bahwa gelombang orgasme di dalam tubuhnya mulai datang dan bagai ombak yang berdebur perlahan, semakin membuatnya terbuai.

Tanpa ia sadari, salah satu tangannya mulai meraba klitorisnya sendiri. Lalu seirama dengan genjotan ****** Navis di lubang duburnya, ia pun menggelitik klentitnya yang sudah menegang dan membesar akibat rangsangan dari tangannya sendiri, "Nggghhh.. anjiiiing, enaaaak…!" Sarah pun meringis keenakan sambil terpejam dan tersenyum, karena ia tahu, sebentar lagi orgasme yang maha dahsyat akan segera melanda dirinya.

"Anjjis Saaar…. bool elo kenceng banget! Pereeeeeek!!! Rasain peju guaaaaa!", Navis pun berteriak kencang ketika akhirnya ia meledakkan spermanya bersamaan dengan ditariknya kontolnya dari lubang dubur Sarah Azhari. Hasilnya, muncratan demi muncratan sperma hangat berhamburan di punggung Sarah yang mulus.
"Hhggghh.. nnnngggghhhh… nnnggggaaaaaaaahhhhh!!!!!" muncratan sperma Navis dipunggungnya seakan memicu ledakan orgasme maha dahsyat yang sudah ditunggu-tunggu oleh Sarah. Memeknya seakan meledak dan berkedut-kedut dengan liarnya, sembari tangannya masih menggesek klentitnya secara perlahan, seakan berusaha memperpanjang dan menikmati orgasme yang sedang membuai dan menenggelamkan dirinya.

Melihat Sarah yang sedang dimabuk orgasme, Navis pun membalikkan tubuh Sarah dan mendudukannya di sofa. Lalu ia dekatkan kontolnya yang masih berkedut-kedut ringan memuncratkan sisa-sisa spermanya ke muka Sarah yang masih terpejam.
Seakan mengerti akan cipratan-cipratan hangat di mukanya, sambil masih terpejam, Sarah pun menjulurkan lidahnya mencari sumber cipratan yang tak lain adalah ****** Navis yang masih setengah tegang. Lidahnya dengan telaten menjilati dan membersihkan ****** Navis dari sisa-sisa sperma yang berlelehan di batang kontolnya.
Pemandangan yang indah ini, segera saja dimanfaatkan oleh Navis untuk dijadikan dokumentasi melalui kamera handphonenya.
Sarah yang masih keenakan merasakan orgasmenya sendiri, sembari menjilati dan membersihkan ****** Navis dengan telaten, tak sadar akan kamera hp Navis yang menjeprat jepret dengan jelas wajahnya yang sedang merem melek mengulum ****** Navis.

Setelah kontolnya bersih dan mengkilat setelah dijilati lidah Sarah Azhari yang hangat, Navis pun segera bangkit dan beranjak berdiri mengambil pakaiannya yang berserakan.
Sarah yang masih telanjang bulat dan diceceri sperma Navis di sekujur muka dan punggungnya kini berselonjor tiduran di sofa, sambil membuka matanya dengan lemah, ia mulai merasakan redanya gelombang orgasme di dalam tubuhnya, "Heeii.. *******, gue ga nyangka ****** lo sedahsyat ini. ****** lo ya!" ujarnya ringan sambil tersenyum simpul, mengakui kehebatan ****** Navis dengan candaan bahasa kotor yang biasa ia lakukan dengan teman-teman prianya.

Navis pun balik tersenyum lalu berkata, "Hehe.. sama lah Sar. Memek lo juga enak. Apalagi gue bisa ngejebol bool lo untuk pertama kalinya. Gue ga nyangka bool lo masih perawan."

"Emang bajingan lo! Sakit banget tauu.." ujar Sarah manja, namun seakan diingatkan, kini Sarah mulai merasakan perlahan lubang duburnya sudah hilang rasa kebalnya dan rasa ngilu dan perih perlahan muncul akibat luka hebat yang masih menganga di bibir duburnya.
Melihat Navis yang melangkah pergi dan menuju pintu apartemen, Sarah pun memanggilnya, "Heh.. *******, maen pergi aja. Kalo gue mau dapet orgasme dahsyat kaya gini lagi.. Gue bisa panggil elo dimana?", dengan nada centil dan binal yang khas dirinya. Seperti sudah melupakan apa yang dilakukan Navis dengan paksa terhadap dirinya, kini Sarah sudah menganggap Navis sebagai salah satu teman pria yang baru saja bermain seks dengannya.

Namun jawaban Navis betul-betul di luar dugaan, "Haha.. sorry perek cakep. Lo ga mungkin gue puasin lagi.. Soalnya kontrak gue cuma sekali ini doang. Tapi gue ga nyesel kok, memek ama bool elo emang kualitas perek kelas satu!" sambil mulai membuka pintu apartemen dan melangkah perlahan keluar.
Sarah yang kebingungan mendengar jawaban Navis pun bangkit duduk dan berteriak, "Eh…, kontrak? Kontrak apaan *******?!"

"Tanya aja ama Oom Henry kesayangan elo itu." Jawab Navis sambil berlalu dan menutup pintu apartemen yang kemudian mengunci dengan otomatis.
Jawaban pendek Navis yang terakhir ini seakan menjadi gledek yang menggetarkan tubuh Sarah Azhari yang sekarang duduk terbengong tak percaya. Kedua matanya yang bulat dan nyalang terbuka tampak kosong, sepolos tubuhnya yang mulus yang terduduk di atas lembutnya sofa.
Perlahan ia berusaha memahami apa yang bakal terjadi pada dirinya setelah perkosaan yang dilakukan dengan terencana oleh Navis Qurtubi dan Oom Henry Yosodiningrat yang sangat dipercayainya itu.

Sarah Azhari

By Lucy → Friday, March 27, 2020


Maudy Koesnaedi setengah berlari keluar menuju halaman rumahnya yang luas. Cantik nian ia sore itu dengan bawahan panjang yang ketat dari bahan halus berwarna krem. Busananya, baju krem penuh bordir berkerah rendah, juga ketat. Yang lebih menarik, hanya sepasang tali tipis di pundaknya yang menahan baju itu. Tatanan rambutnya mendukung penampilan seksi itu. Rambut-rambut halus tampak menghisasi lehernya yang jenjang, putih, mulus. "Sorry ya, agak lama," katanya kepada seorang lelaki di sisi pintu mobil van dengan logo sebuah stasiun TV swasta di pintunya. "Mas yang biasanya kemana?" lanjut gadis periang itu, begitu duduk di kursi tengah, di belakang lelaki tadi yang kini duduk di belakang kemudi. "Sakit," sahut lelaki itu sambil menjalankan mobilnya.

Malam ini, Maudy akan mengisi siaran live 'Gebyar Tahapan BCA' bersama Bagito Group. Acara ini memang punya rating tinggi. Produsernya yakin, salah satu faktor tingginya rating adalah Trio Bagito dan Maudy sebagai presenter. Maudy tak bicara lagi, ia kini sibuk mengecek make upnya lewat sebuah kaca kecil dari dalam tasnya. Lipstik merah tipis membuat bibirnya yang indah itu makin menarik. Maudy masih asyik dengan dandanannya, tak sadar sopir terus meliriknya dengan pandangan yang aneh lewat kaca spion. Ia juga tak sadar, tepat di belakang tempat duduknya, seorang lelaki berjongkok, membuka jok paling belakang. Lalu dari balik jok itu, seorang lelaki lain muncul.

Dua lelaki kekar itu lalu duduk di jok belakang, memandangi Maudy yang masih asyik dengan bibirnya. "Siarannya jam berapa Mbak?" lelaki berjaket kulit di belakang menyapanya. "Jam setengah dela....ehh...kaget aku. Kok tadi nggak kelihatan ada orang," kata Maudy sambil menengok. Heran juga ia melihat dua lelaki berpenampilan kasar itu. "Kita tadi memang ngumpet," sahut si jaket kulit. "Kok pakai ngumpet segala," "Ya supaya elu nggak tahu," kata lelaki itu, sambil pindah duduk di sebelah kiri Maudy. Maudy kaget bukan main mendengar lelaki itu menyapanya dengan 'elu'. Apalagi begitu duduk, lelaki itu langsung memegang pahanya. "Eiiii....jangan kurangajar ya!" pekiknya.

Lelaki itu tertawa. "Gitu sih belum kurangajar, gini nih...." "Eiiihhh..." Maudy memiawik lagi, tangan lelaki itu menangkap dan meremas payudara kirinya. Pemeran Zaenab di sinetron Si Doel itu beringsut ke tepi jendela. "Ka..ka...kamu...mau apa....?" Maudy gemetaran sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya. "He he... gue mau...itu," lelaki itu menunjuk bagian bawah tubuh Maudy. "memiaw lu!" "Gue mau gigit pentil lu..." lelaki satunya tiba-tiba ikut nimbrung. Maudy panik, ia mencoba membuka jendela, tapi gagal. "Jangan...jangan...TOLLOOOOONGGGG...." Maudy menjerit histeris. Tapi kedua lelaki itu hanya tertawa-tawa. "Percuma lu teriak neng. Mobil ini kedap suara..." kata si jaket kulit sambil menangkap pergelangan tangan mungil gadis cantik ini.

Tiba-tiba lelaki itu menyentak tangan Maudy hingga gadis itu tertelungkup di pangkuannya. Lelaki yang duduk di belakang kemudian pindah ke sebelah kanannya. Maudy meronta dan menjerit saat tangannya ditelikung ke belakang, lalu diikat dengan tali rafia. "Wah, ini pantat yang hebat...****** gue bisa gepeng kalau kegencet lobangnya," kata lelaki di sebelah kanannya sambil meremas-remas gundukan daging pantat Maudy. "****** gue ngaceng nih, ketindihan toketnya si Zaenab," kata lelaki satunya. "Jangannn...jangannn..kalian mau apa....mau uang...saya kasih... berapa...." Maudy terengah-engah, panik ketika merasa roknya ditarik ke atas. Tapi kedua lelaki itu tak menjawab. Lelaki yang memangkunya malah menyusupkan tangannya ke punggung Maudy, melepas pengait BH tanpa tali pundaknya. "Awwwhhh..." Maudy memiawik, saat BH itu tiba-tiba dibetot hingga terlepas.

Pada saat yang sama, ia merasakan dinginnya AC menyentuh kulit pahanya. "Aunghhhh...." ia mengerang, saat pangkal pahanya diremas telapak tangan kasar di belakangnya. Maudy meronta-ronta, kedua kakinya menendang-nendang, saat remasan makin keras dan menyakiti kelaminnya. "Aaaaakkkhhhhhh....mmmmfff...mmmfff," jeritnya tiba-tiba terbungkam ketika lelaki yang memangkunya menekan kepalanya sehingga terbenam di pangkal paha lelaki itu. Maudy bisa merasakan sesuatu yang menggembung, keras di balik ristleting celana lelaki itu.

Maudy hampir kehabisan nafas ketika rambutnya dijambak sehingga ia terpaksa mendongak. Tubuhnya menggigil ketika sebilah belati tajam ditempelkan ke leher jenjangnya. "Heh cewek bandel...elu nggak bisa ngelawan tahu. Mending lu nurut aja, kita nggak bakal bunuh elu tahu. Tapi kalo elu masih bandel juga, gue bisa potong pentil lu. Lu tahu kan, laki-laki seneng ngisep pentil? Lu ngerti, hahhh!!??" bentak lelaki itu. "I...i...iya..." Maudy menjawab lemah, air mata menitik di sudut matanya yang indah. Tapi tak urung ia merintih dan menggeliat ketika merasakan ujung belati menelusuri bagian dalam pahanya yang mulus, terus naik, lalu menelusuri tepian celana dalam putihnya.

"Udah Brur, cepet copot tuh celana, gue udah nggak tahan pengen lihat memiaw cewek ngetop ini," kata lelaki satunya, kedua tangannya terus asyik menekan-nekan bagian samping payudara Maudy. "Sabar....semua dapet bagian...he...he..." kata si pemegang belati. Maudy menahan napasnya ketika merasa ujung belati menekan tepat di 'pintu' kemaluannya. Rasa takut dan terhina sungguh menyiksanya. "Buka lebar-lebar kaki lu neng..." Maudy gemetar, ia diam saja. "Ayo cepet buka!" lanjut lelaki itu, kini menekan belatinya agak jauh, sehingga terlihat celana dalamnya menyelusup ke celah bibir kelaminnya. "Jangannn...jangan..." rintih Maudy. "Cepettt!!!" lelaki itu membentak dengan suara menggelegar. Belati ditekannya lebih jauh, sehingga celana dalam Maudy mulai koyak sedikit. Maudy terisak, menggigil merasakan logam yang yang dingin menyentuh bibir kemaluannya. Perlahan ia merenggangkan kedua kakinya. Maudy agak lega ketika belati itu ditarik. Tapi ia kembali cemas begitu belati itu kembali menyusup ke balik celana dalam katun di bagian pinggangnya. TESSS... Maudy memiawik ketika merasa belati itu memutus bagian samping kanan celdamnya.

Tubuhnya makin berkeringat saat belati menyusup ke sisi sebaliknya. Dan...sisi yang satu itu pun putus juga. Maudy terisak ketika merasa kain celdam yang menutup pantatnya ditarik turun. Dinginnya AC mobil kini menyapu pantatnya yang bundar, putih mulus dan padat. "Ha...ha....ha....ini baru namanya pantat!" seru lelaki yang memangkunya sambil meremas-remas bongkahan daging pantatnya. Isak Maudy makin keras terdengar. Baru kali ini ada lelaki melihat dan memegang pantatnya. Bahkan, Gilang bekas pacarnya pun tak pernah melakukan itu. Perlahan Maudy merasakan celdamnya ditarik hingga lepas. Kini dinginnya AC pun dirasakannya menyentuh bagian depan pinggulnya yang terbuka. "Aiiihhh...." Maudy kembali memiawik begitu merasakan bagian bawah tubuhnya yang terbuka dibekap telapak tangan yang besar dan kasar. "Hebat, akhirnya gue bisa megang memiaw Maudy Koesnaedi!!!" seru lelaki di belakangnya sambil terus meremas-remas hingga Maudy merintih-rintih.

Lelaki itu kini mulai menjambak rambut kemaluan Maudy yang cukup lebat. "Wah, lu keramas jembut lu pake sunsilk juga ya...hitam berkilau nih...he he..." lanjut lelaki itu, kali ini sambil menarik puluhan helai rambut kemaluan Maudy ke bawah, hingga terlihat kulit kelaminnya ikut tertarik. "Ayo bilang dong...ini namanya apa," kata lelaki itu sambil menjambak hampir seluruh rambut kemaluan Maudy. Maudy hanya merintih. "Ayo bilang!!" bentaknya. "Ram...ram...rambut..." katanya. "Kalau rambut sih ini...," sahut lelaki itu, sambil menjambak rambut di kepalanya. "Bilang...jembut gitu..." lelaki itu menjambak rambut kemaluannya lebih jauh. "Jem... jem... jem.... BUUUUUUUUUTTTTTT..... awwwwhhh.... saakkkkkiiiit!!!" Maudy menjerit histeris. Sebab, begitu dia bilang 'but', lelaki itu membetot rambut kemaluannya sekuat tenaga. Puluhan helai rambut kemaluan Maudy kini berada di genggamannya. Di depan wajah Maudy, dimasukkannya puluhan lembar rambut hitam berkilau itu ke dalam sebuah amplop. "Bisa untuk nyantet elu, kapan-kapan perlu," katanya. Kedua mata Maudy tampak basah oleh air mata.

Maudy agak lega ketika tubuhnya ditarik hingga ia kini duduk. Rok panjangnya masih tergulung sampai ke pinggangnya, hingga dari pinggang ke bawah terbuka bebas. Sisa rambut kemaluannya tampak menyembul dari sela-sela pangkal pahanya. Tapi kelegaannya hanya sejenak saja. Kedua lelaki di kanan dan kirinya, kini mulai tertarik pada dadanya. Payudara Maudy tak seberapa besar, tetapi tampak kencang dan bundar. Lelaki di sebelah kirinya mulai membelai-belai lembut payudara kirinya. "Jangan...tolong...jangan...saya bisa beri kalian apapun, tapi tolong...jangan perkosa saya..." Maudy coba berbicara lagi, sementara lelaki di kirinya mulai meremas-remas payudaranya. Seluruh gumpalan daging yang kenyal itu masuk dalam genggamannya. "Diperkosa aja takut. Kalau mau, elu kan bisa nikmatin juga," kata lelaki di kanannya.

Maudy melirik dengan panik, sebab lelaki itu menyentuh payudara kanannya dengan bagian tajam belatinya. "I...i...iya...sa..saya...takut...aduh...pelan- pelan.... sakit... aduh..." Maudy merintih, lelaki di kirinya mencengkeram payudaranya yang tak seberapa besar hingga ke pangkalnya. Tangan kasar itu seolah hendak merenggut bukit kecil itu dari tempatnya melekat. Maudy menarik napas sejenak, ketika cengkeraman di dadanya dilepas. Tapi kini rasa geli yang aneh melandanya ketika lelaki itu menggerakkan ujung jari telunjuknya di sekeliling putingnya yang tertutup bajunya. Hal serupa dilakukan lelaki satunya dengan ujung belati di puting sebelahnya. Perlahan, tanpa bisa dikendalikannya, kedua putingnya mulai mengeras dan Maudy mengerang lemah. "Kenapa sih takut diperkosa? Lu kan udah nggak perawan. Udah berapa kali ******nya Gilang masuk memiaw lu? Udah berapa kali juga ****** para produser maen-maen ke situ supaya mereka bantu lu jadi ngetop?" lanjut lelaki yang memegang belati, sambil terus menggerakkan ujung belatinya, memutari puting susu kanan Maudy. "Nggak...nggak...bohong itu...saya belum pernah...ti...tidur sama lelaki..."

Maudy menjawab dengan panik. Kedua lelaki itu kini memilin- milin kedua puting susunya, perlahan. "Jadi lu masih perawan?" "I...iya," "Bohong!" "Awwwhhh...be...betul...." Maudy memiawik, kedua putingnya dijepit keras. "Buktinya apa?" "Eh...bukti?" "Iya!!! BUKTI!!!" bentak lelaki itu. "Ah...eh...AWWWWW!!!" Maudy menjerit lagi, kedua putingnya kembali dijepit dan dipelintir dengan keras. "Buktinya cuma di situ neng..." kata lelaki di kiri Maudy berlagak menengahi, sambil menunjuk selangkangan gadis itu. "Oke, sekarang kita buktikan. Gue mau lihat lu masih punya selaput perawan nggak. Angkat kaki lu, ngangkang!" lanjut lelaki satunya sambil mulai menarik paha kanan Maudy ke atas. "Ah...eh, jangan...jangan dilihat..." kata Maudy mengiba. "Gimana kita percaya kalau lu nggak mau buktiin.

Gue kasih tahu ya...kalau lu ternyata masih perawan, mungkin bisa gue pertimbangkan untuk nggak jadi memperkosa lu!" Maudy terisak. Ia tak punya pilihan lain. Dipikirnya, mungkin ia akan dilepaskan kalau mereka tahu ia masih perawan. Perlahan diangkatnya kedua kakinya. Kedua telapak kakinya kini bertumpu di jok mobil yang didudukinya. Posisinya yang demikian membuat bagian tubuhnya yang paling pribadi, terbuka bebas. Maudy menggigit bibirnya, tak pernah dibayangkannya akan melakukan hal tersebut di hadapan lelaki yang sama sekali asing baginya. Lelaki di sebelah kanan Maudy kini berjongkok di hadapannya. Wajahnya hanya sekitar 15 cm dari Maudy's private area. Maudy memejamkan kedua matanya yang sayu. Ia bisa merasakan panasnya hembusan napas lelaki itu. "Hmmm...memiaw yang hebat," gumam lelaki itu.

Temannya di atas, hanya tertawa sambil terus meremas-remas kedua payudara gadis itu. Tubuh Maudy bergetar hebat ketika jemari lelaki itu menyentuh tepi celah kemaluannya, menyusurinya dari atas ke bawah. Dengan hati-hati lelaki itu menjepit dua sisi labia minora Maudy yang tampak menyembul sedikit akibat kakinya yang mengangkang lebar. Masing-masing sisi dijepit dengan ibu jari dan telunjuk. Perlahan daging tipis itu ditariknya ke arah berlawanan. Maudy diam, tapi tubuhnya terus bergetar, keringatnya bercucuran. "Hebat...gue seneng memiaw yang kaya gini," kata lelaki itu begitu melihat bagian dalam vagina Maudy. "Bener kata orang, bibir atas nggak beda jauh sama yang di bawah. Dalemnya memiaw Maudy merah jambu Brur, seger kayak bibir atasnya," lanjutnya, memberitahu temannya.

Maudy merasa betul-betul terhina mendengar hal itu, tapi ia tak kuasa apa-apa. "Udah cepet, liat masih perawan apa kagak," sahut temannya yang tak bosan-bosan meremas payudara Maudy dari luar bajunya. Lelaki di bawah, kini menyusupkan satu ibu jarinya ke lubang vagina yang tampak sempit, lalu ibu jari satunya menyusul di sisi berlawanan. Dua telunjuknya pun menyusul. Maudy mengerang-erang.

Perlahan, digerakkannya ke empat jari itu ke arah berlawanan, sehingga liang vagina Maudy mulai membuka lebar, membentuk gua kecil. "Pelan-pelan...sakit..." rintih Maudy. "Nah, itu dia...." desis lelaki itu ketika melihat sebentuk selaput tipis di bagian dalam gua kecil itu. "Lu bener masih perawan," jelasnya. "Sudah-sudah...lepaskan saya..." pinta Maudy. "Sebentar...nanggung..." sahut lelaki itu. Maudy kaget bukan main ketika merasakan wajah lelaki itu makin mendekat dan... "Aungghhhh...." Maudy merintih, meronta hebat, tapi kedua kakinya dipegangi erat dua lelaki. Lelaki itu ternyata menyentuh selaput dara Maudy dengan lidahnya, lalu dengan kasar lidah itu menyapu ke segenap penjuru bagian dalam vaginanya. Tak kurang 10 menit itu berlangsung, sampai Maudy merasakan jemari yang menguakkan liang vaginanya melepaskan tarikannya.

Kini, yang dirasakannya adalah dinding vaginanya yang menjepit lidah lelaki itu. Perlahan, dirasakannya lidah itu ditarik keluar. Sambil menjulurkan lidah seperti ******, lelaki itu mendongak. Maudy melihat lidah lelaki itu berlendir. "memiaw yang lezat...." ujar lelaki itu. "Sudah...tolong lepaskan saya..." iba Maudy lagi. "Sebentar, gue mau kasih tahu lu sesuatu. Habis ini, lu pasti minta diperkosa!" kata lelaki itu, lalu merapatkan lagi wajahnya ke selangkangan Maudy. Maudy menggeliat, mengerang, meronta...tapi sia- sia. Lidah lelaki itu dengan buasnya menyapu sekujur permukaan vaginanya. Rambut kemaluannya yang tak lagi selebat semula, tampak basah, melekat ke kulit yang kemerahan, bekas cabutan yang brutal tadi. Lidah lelaki itu lalu menjilati celah vaginanya, kanan dan kiri berganti-ganti. Lalu... slurrrppp.... slurrppp... "Aunggghhhhh..." Maudy mengerang, lelaki itu menghisap labia minoranya, kanan dan kiri berganti-ganti. Isak Maudy makin keras terdengar.

15 menit telah berlalu, tetapi lelaki itu seperti kelaparan, tak juga henti melahap vaginanya. Sementara di atas, lelaki satunya merogoh ke balik blus Maudy, mengeluarkan payudara kirinya. Puting susunya yang mungil, kecoklatan dengan areola hanya berdiameter sekitar 2 cm, tegak menantang. Lidah lelaki satunya pun mulai menyentil-nyentil area sensitif itu. Bersamaan dengan itu, Maudy merasa bibir kemaluannya dikuakkan lalu didorong ke atas. Lelaki yang di bawah, memandang tak berkedip, tonjolan kecil berwarna pink di pangkal vaginanya. Dielus-elusnya tonjolan kecil itu dengan telunjuknya perlahan. Akibatnya sungguh hebat. Maudy mengerang keras. Maudy merasa luar biasa terhina. Dalam keadaan demikian, ia bisa menikmati rangsangan. Beda jauh dari yang pernah dirasakannya ketika sekali jemari Gilang pernah 'tersesat' ke balik celdamnya.

Meski menolak penghinaan itu, tubuh Maudy tak bisa berbohong. Cairan vaginanya mulai menetes, membasahi seputar liangnya. Lelaki yang di bawah, dengan tak sabar, menghisap setiap tetes cairan itu. Sementara lelaki yang di atas, ternyata sudah asyik dengan payudara kanan Maudy, menyentil-nyentil putingnya dengan lidahnya. Maudy terhina luar biasa, ia merasakan sesuatu yang akan meledak dalam dirinya ketika lidah lelaki itu akhirnya menyapu tonjolan sebesar kacang tanah di pangkal vaginanya. Apalagi, lelaki di atas memegangi sebelah payudaranya dengan kedua telapak tangannya, lalu menyedot-nyedot putingnya sekuat tenaga sambil lidahnya menyentil- nyentil puting di dalam mulutnya itu. Erangan Maudy makin hebat saat akhirnya lelaki di bawah menghisap klitorisnya kuat-kuat dan terus menerus.

Punggungnya meregang ke depan, hingga payudaranya membenamkan wajah lelaki yang masih asyik dengan putingnya. "Aaannggghhhhhhhhh.... ngghhhh.... nghhh.. oowwhhhh...." tubuh Maudy tiba-tiba lemas, tetapi sesekali terlonjak-lonjak di luar kendali dirinya. Maudy orgasme!!! Lelaki yang tadi asyik dengan putingnya memandangi Maudy yang masih terlonjak-lonjak pelan. Sementara lelaki satunya terus menghabiskan cairan vagina Maudy yang menetes seiring orgasmenya. Tubuh Maudy masih lemas, matanya terpejam. Tiba-tiba ia membelalakkan matanya, karena merasakan sesuatu yang hangat menyentuh mulut liang vaginanya. "Jangan....jangan....jangan perkosa saya..!!!" pekiknya sambil meronta, ketika melihat kepala penis lelaki di depannya mulai menguakkan bibir vaginanya. "Alaaah...sok tahu lu. Ngaku aja tadi lu keenakan. Lagian memiaw lu sekarang udah siap...nggak bakal sakit deh..." kata si pemilik penis. Maudy tetap meronta hingga penis lelaki itu kini menjauh dari vaginanya. Wajah Maudy merah padam begitu sadar ia tadi mengalami orgasme.

"Tapi...tapi...saya masih perawan...jangan perkosa saya...saya akan beri apapun..." pintanya mengiba. "Oke...gue nggak akan perkosa lu sekarang. Betul lu mau lakukan apapun asal memiaw lu nggak kemasukan ******?" tegas lelaki itu dengan bahasa yang membuat telinga Maudy memerah. Lelaki itu menunggu jawaban Maudy sambil meremas kedua payudaranya yang tadi belum sempat dilihatnya. "I...i...iya...." "Bagus, kalo gitu, lu sekarang harus tanggungjawab," "Tanggungjawab?" "Iya...****** gue udah ngaceng...lu harus lemesin pake mulut lu..." "Iiihhh...nggak mau...jangan..." "Tinggal pilih, mulut apa memiaw!!!" bentak lelaki itu, kali ini sambil menggerakkan pinggangnya hingga penisnya kembali menyentuh vagina Maudy. Maudy memiawik. "Aihhhh...ii...iya..." akhirnya ia menyerah. Kedua lelaki itu kemudian duduk di jok lalu memaksa Maudy jongkok di hadapan mereka. Maudy dengan pandang mata jijik dan takut memandangi penis lelaki yag tadi mengunyah vaginanya.

Maudy belum pernah melihat penis sebesar itu, tampak begitu kokoh dengan urat-urat di sekelilingnya dan kepala penis yang keunguan saking banyaknya darah terjebak di situ. Bahkan, penis Gilang pun belum pernah dilihatnya, kecuali memegangnya di balik celananya saat mereka terlibat petting berat. "Ayo cepet, jilatin dulu..." kata lelaki itu sambil menjepit kedua puting Maudy dan menarik ke arahnya. "Aduhh...sakit...iya...iya..." kata Maudy. Wajah Maudy memerah saat lidahnya mulai menyentuh kepala penis lelaki itu. "Jilatin muter kepala ****** gue!" Maudy pun menuruti perintah itu, menjilati sekujur permukaan kepala penis di depannya. Ketika menyentuh celah di kepala penis itu, ia merasakan cairan yang asin di lidahnya. "Jilat semua dari atas ke bawah, balik lagi, terus gitu..." Maudy menahan jijiknya, menjilat sekujur batang penis itu. "Bijinya juga!" Maudy makin mual. Kedua kantung zakar lelaki itu penuh rambut.

Aromanya membuatnya hampir muntah. Tapi Maudy terus melakukannya, karena khawatir lelaki itu marah dan memperkosanya. Diabaikannya lelaki satunya yang tak bosan-bosan meremas-remas payudaranya yang tadinya putih mulus hingga memerah. "Bagus...eghhhh...lu pinter juga. Ini yang terakhir, isep punya gue," Maudy terdiam sejenak, tapi akhirnya perlahan ia membuka bibirnya yang indah itu. Sungguh pemandangan yang menggairahkan, gadis secantik Maudy membiarkan penis yang tampak mengerikan masuk ke mulutnya. Maudy hampir tak bisa memasukkan penis yang besar itu ke mulutnya. Sampai akhirnya ketika masuk juga, pipinya tampak menonjol tertekan kepala penis lelaki itu. "Ayo maju mundur...ahhhh...yang dalem...ouhhh....sedot yang kuat....yak...bagus...ohhh...." Tiba-tiba lelaki itu memegangi bagian belakang kepala Maudy dengan kedua tangannya. Dengan kasar, ia kini menggerakkan sendiri kepala Maudy hingga penisnya masuk makin jauh ke dalam kerongkongan Maudy. "MMffff...mmmfff...nggghhh...." Maudy nyaris kehabisan napas. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkongannya.

Tiba-tiba Maudy merasakan penis di mulutnya itu berdenyut-denyut, lalu pemiliknya mengerang keras sambil menarik kepala Maudy hingga wajah Maudy tenggelam di kerimbunan rambut kemaluannya. Maudy seperti kehilangan kesadarannya ketika merasakan cairan kental dan hangat tersembur ke dalam kerongkongannya, memenuhi rongga mulutnya. Maudy hampir tak bisa bernapas, tak ada jalan lain, ia harus menelan cairan itu. Rasa dan aromanya yang aneh membuat Maudy hampir muntah. Tapi ia terus menelannya, hingga beberapa kali semburan kecil yang makin lama melemah dan berhenti seiring lemasnya penis lelaki itu di dalam mulutnya. "Terus isep, sekalian bersihin ****** gue!" kata lelaki itu dengan napas terengah-engah. Maudy dengan sisa-sisa tenaganya, menuruti perintah itu. Lalu lelaki itu pun menarik penisnya yang lemas keluar. Maudy dihempaskannya begitu saja ke lantai mobil. Napasnya terengah- engah membuat kedua payudaranya bergerak naik turun.

Dari sisi bibirnya yang seksi menetes cairan putih kental. Kedua matanya menitikkan air mata. Kedua lelaki itu dan sopir di depan hanya terbahak mendengar isak Maudy. "Gila, ternyata si Zaenab jago nyepong juga. Mani gue disedot abis," kata lelaki di depannya. Maudy betul-betul merasa terhina. Maudy baru mulai bisa bernapas lega ketika lelaki satunya menggerakkan jari telunjuknya, memberi kode agar ia mendekat. Maudy panik melihat lelaki itu memegagi penisnya yang sudah menegang, nyaris sebesar milik kawannya. "Gue juga ngaceng nih...lu kudu tanggungjawab!" katanya. Lagi-lagi Maudy terpaksa mendekat ketika kedua putingnya dijepit dan ditarik. Lalu adegan memalukan tadi pun berulang. Tapi kali ini tak pakai pemanasan dengan aksi jilat. Lelaki itu langsung memaksa Maudy menelan penisnya dan memegangi kepalanya, lalu menggerakkannya maju mundur.

Tak sampai lima menit kemudian, kembali cairan kental yang berbau khas menyembur, memenuhi rongga mulutnya. Lagi, Maudy kembali harus menelannya. Kini ia terduduk di lantai mobil, terisak dengan sekeliling bibirnya tampak cairan sperma. "Nggak usah nangis...kata dokter Boyke, orang kagak bakal hamil kalo nelen mani...he...he..." kata lelaki terakhir. "Sudah...sekarang tolong lepaskan saya...." pinta Maudy lagi. "Sebentar, masih ada yang harus lu kerjakan supaya nggak gue perkosa," sahut lelaki di depannya. Maudy terdiam, putus asa... *** Maudy tak tahu lagi kemana mobil ini berjalan. Apalagi, dari posisi duduknya, ia tak bisa melihat leluasa keluar. Ia hanya bisa melihat tiang listrik atau pepohonan. Yang jelas, ia bisa mendengar, suasana jalan tampaknya makin sepi.

Sampai akhirnya, mobil itu berhenti, lalu terdengar suara seperti pintu gerbang dibuka. Mobil kemudian kembali berjalan, lalu berhenti di dalam sebuah garasi yang luas. Maudy kembali mendengar, kali ini suara rolling door ditarik turun. Dua lelaki itu lalu keluar sambil menyeret Maudy turun. "Tolong, ikatan saya dilepas..." kata Maudy dengan suara pelan. Seorang lelaki kemudian berusaha melepaskan ikatan tangan Maudy. "Eh...eh...entar dulu. Lu enak, gue belon dapat bagian. Nih, ****** gue juga ngaceng, butuh saluran!" "Alaah...entar juga bisa. Dia udah ditunggu bos nih," sahut temannya. "Sebentar aja, gue janji, lima menit aja!" "Ya udah, cepet..." Maudy ketakutan. "Jangan...sudah..sudah cukup...jangan..." rintihnya saat si sopir memaksanya berlutut. Penis lelaki itu menyentuh hidungnya yang mancung. "Nggak usah bawel ah...cepetan...lima menit aja...buka mulut lu...nah gitu...ahhh....bagus..." kata si sopir, lalu satu tangannya menarik kepala Maudy hingga bergerak maju mundur.

Betul saja, sekitar lima menit kemudian, semburan sperma kembali memenuhi rongga mulut Maudy. Cuma kali ini, lelaki itu langsung menarik keluar penisya, sehingga semburan kedua, ketiga dan keempat mendarat di sekujur wajah cantik Maudy. Lelaki itu tertawa-tawa sambil membersihkan penisnya dengan rambut sunsilk Maudy. "Makasih ya..." katanya sambil meremas kedua payudara Maudy, lalu tangannya menyempatkan meremas pangkal paha gadis itu. Sementara Maudy terisak. Bibirnya betul-betul belepotan sperma kini, begitu pula kening, pipi dan di sudut matanya. "Gila lu...bikin kotor aja..." kata lelaki yang pertama memaksa Maudy melakukan oral seks, sambil melepas ikatan tangan Maudy.

Begitu terlepas, Maudy membenahi bajunya, kembali menutup kedua payudaranya. Maudy kemudian menerima cabikan celdamnya dari lelaki di depannya. Dibersihkannya wajahnya yang belepotan sperma dengan cabikan celdamnya sendiri. "Ayo, bos udah nunggu..." kata lelaki berjaket kulit sambil melangkah ke sebuah pintu di salah satu sudut garasi. Maudy tegang menunggu apa yang akan terjadi di balik pintu itu. ***

Maudy Koesnaedi

By Lucy →


Perkenalkan,namaku Naruto Uzumaki,seorang shinobi berpangkat genin dari desa Konoha,tampangku biasa biasa saja,rambut pirang,muka yang biasa -biasa saja,tubuh tinggi,dan ***** yang besar.Hari ini adalah hari yang kutunggu tunggu,setelah 2 tahun berlatih dengan Jiraiya,hari ini aku akan kembali ke desa dan menemui teman - teman sedesa,tubuhku kini sudah berubah karena banyak berlatih,muka menjadi sedikit lebih tampan,tubuh menjadi lebih kekar,dan ***** yang semakin besar.

Akupun pulang dengan Jiraiya yang biasa kupanggil Sennin mesum,saat di desa aku disambut oleh teman - teman sedesa,guru Kakashi,Tsunade,Shikamaru,Neji,Rock Lee,Ino,dan lain -lain.Namun perhatianku tertuju pada Sakura,gadis manis berambut pink yang dulu kusukai,tubuhnya kini menjadi lebih montok,wajahnya semakin cantik dan imut,aku terpesona melihatnya.
"Hai Naruto,aku rindu sama kamu"Kata Sakura sambil tersenyum
Senyumannya serasa membuat jantungku berdebar kencang
"Hai,Sakura,lama tak bertemu kamu makin cantik dan manis saja"
"Jangan menggombal Naruto"Dia sedikit marah tapi mukanya memerah.
Aku diantar oleh guru Kakashi dan Sakura untuk berjalan - jalan,kami banyak mengobrol dan kadang aku mencuri -curi untuk melihat Sakura,Sakura kini sudah bisa dibilang lebih dewasa,dia tak mudah marah seperti dulu dan menjadi lebih bijak.

"Sakura,kamu masih suka sama Sasuke?"Tanyaku dengan penasaran
Sakura menggeleng,perasaanku sangat senang,gadis yang dulu menyukai rivalku kini sudah tak menyukainya.
"Jadi kamu sudah punya target baru?"Tanyaku padanya.
"Belum,kamu mau?"
Pertanyaannya membuatku gugup sekaligus senang
"Hihihi,cuma bercanda Naruto"Dia tersenyum sambil menjitak lembut kepalaku.
"Tapi kuakui kamu semakin tampan sekarang"
"Benarkah?"Tanyaku dengan senang
"Iya"Dia tersenyum manis

Selama perjalanan aku betul - betul terpesona pada Sakura sedangkan guru Kakashi hanya diam membaca novel yang kuserahkan.Hari sudah sore,sementara kami berjalan di daerah yang dianggap berbahaya karena banyak anak buah Orochimaru yang menyamar,sementara sebuah burung Konoha terbang melintasi kami.
"Sial,misi lagi,dengar kalian berdua,menginaplah di penginapan itu,mereka adalah kenalanku,sebisa mungkin akan kuselesaikan misi itu dengan cepat"Guru Kakashi berkata dengan serius
"Tapi guru"Bentak Sakura
"Dengar dulu,daerah ini berbahaya,dan masih jauh ke daerah aman,penginapan itu adalah satu - satunya yang aman,kalian harus satu kamar,karena kalau sendiri -sendiri,akan lebih berbahaya"
Aku senang mendengarnya sementara Sakura kaget
"Apa?Aku harus satu kamar sama Naruto?"
Guru Kakashi meninggalkan kami,kamipun masuk kepenginapan itu,Sakura masih tampak lemas mendengar itu.

Kamipun masuk ke kamar sama,nafsuku meningkat drastis satu kamar dengan Sakura.Kami berbincang - bincang sejenak sampai Sakura memutuskan untuk mandi,*****ku dari tadi berdiri melihat Sakura,kupakai jurus mengintip yang diajarkan sennin mesum,dan berhasil,aku melihat Sakura menghadap ke arahku mengintip,pertama kali aku melihat tubuh wanita,dan tubuh Sakura sangatlah indah,payudaranya yang sudah mulai membesar denga puting berwarna merah muda,vaginanya yang berwarna kemerahan ditumbuhi bulu halus,aku sungguh terpesona pada tubuh mulus Sakura,ingin aku masuk dan menyentuh tubuhnya,selama mandi Sakura tak memperhatikanku,sedangkan *****ku sudah sangat menegang,sayang karena terlalu nafsu,pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu itu terjatuh karena aku mendorongnya dengan sedikit keras,Sakura agak terkejut,dia segera menutup kedua payudaranya dan vaginanya.
“Apa yang kau lakukan,Naruto?”Tanyanya dengan malu sambil menatapku
“Ehhhm,Ehhmm,Sakura,ehhhm”
“Aku tahu,kau mau mengintipku,kan?”
Aku segera memalingkan mukaku ke arah lain,sedangkan Sakura segera membetulkan pintu itu dan kembali mandi,aku sungguh malu,akupun segera ke tempat tidur.

20 Menit kemudian Sakura keluar dan berjalan ke arahku
“Apa yang kau lakukan,Naruto?”Tanyanya dengan marah
“Ehhh,begini,Sakura”
“Kamu pasti mengintipku,kan?”
“Ehhhhm”Aku sangat takut dan gugup
Sakura memegang tanganku dengan lembut,membuatku kaget.
“Aku tahu,Naruto,kau pasti tersiksa selama ini”Sakura menitikkan air matanya
“Apa maksudmu,Sakura?”Tanyaku dengan heran
“Pasti selama ini tak ada gadis yang mau denganmu”
Aku agak heran dengan pertanyaanya,tapi aku mengiyakan saja,lalu kuhapus air mata di pipinya,kami kemudian berpandangan,aku dapat melihat wajah manis Sakura tersenyum manis,membuatku terpesona.

Sekitar 5 menit kami berpandangan,aku memberanikan diri memejukan kepalaku ke kepala Sakura,Sakura tampak diam saja dan menerima,kukulum bibirnya dengan mesra dan lembut,kami berdua menikmati ciuman itu,ini pertama kalinya aku mencum seorang gadis,bibir Sakura terasa hangat,karena sudah terlanjur nafsu,kuberanikan diri untuk meremas payudara Sakura,Sakura tampak terkejut tapi kemudian dia membiarkan tanganku bermain di payudaranya,kami meneruskan berciuman sambil tanganku meremas lembut payudara Sakura yang kenyal,sementara Sakura memberanikan diri mengelus *****ku yang dari tadi sudah menegang,sunguh nikmat.

Kami berciuman selama 5 menit,ruangan yang hanya diterangi lilin menambah keromantisan kami,yang membuatku terkejut Sakura membuka baju merahnya dan celananya sampai benar – benar telanjang,aku menelan ludah dan terpesona melihat tubuh indah Sakura secara langsung,aku tak tahu harus berbuat apa karena ini pertama kalinya bagiku,Sakura menarik kepalaku ke payudara montoknya,akupun menghisap puting merah mudanya sambil tangan kiriku meremas payudara sebelahnya,
“Ahhhhh,terus,Naruto,Ahhhh”desahan Sakura yang membuatku semakin nafsu,akupun menurunkan tangan kiriku untuk megelus lembut vaginanya,kurasakan tangan kiriku menyentuh vagina dan klitorisnya,baru pertama ini aku dapat menyentuh tubuh perempuan,apalagi milik Sakura,gadis yang dari dulu kudambakan.Aku terus menjilat dan mengemut payudara Sakura sedangkan tanganku mengelus vaginanya,Sakura hanya mendesah kecil sambil memejamkan mata menikmati permainanku,setelah 5 menit Sakura membuka semua pakaianku,terlihatlah *****ku yang agak besar dan membuat Sakura terkejut
“Punyamu besar sekali Naruto”
Aku hanya tersenyum,dia kemudian mengulumnya,terasa agak kaku,tapi setelah agak lama kurasakan kuluman mulut mungilnya yang memuat 1\3 *****ku semakin nikmat,aku mendesah kecil dan memejamkan mata.

Setelah lima menit Sakura mengemut *****ku,Sakura berbaring di ranjang dan dia membuka lebar kakinya ke arahku,aku dapat melihat jelas vaginanya,pemandangan yang sungguh indah,membuatku tertegun,kulihat vaginanya sudah agak basah,aku tak tahu harus berbuat apa,aku hanya memandangi vagina Sakura yang berwarna kemerahan.
“Ayo masukkan,Naruto”
“Masukkan apa?”Tanyaku dengan heran
“Masukkan *****mu ke dalam situ”
Aku agak terkejut tapi kuturuti saja perintahnya,kupaskan *****ku sementara Sakura menuntun *****ku masuk ke vaginanya,kini 1\4 *****ku sudah msuk ke lubang kenikmatan Sakura,Sakura berteriak keras dan meronta – ronta pertanda dia merasa kesakitan,*****ku terasa agak susah masuk ke vagina Sakura,aku mendoongnya pelan – pelan agar Sakura tak kesakitan,setelah 5 menit berusaha,vagina Sakura sudah bisa menerima *****ku,kulihat vagina Sakura mengeluarkan darah
“Sakura,vagina kamu berdarah”
“Tak apa – apa Naruto,teruskan saja”
Ku maju mundurkan *****ku agak lebih cepat membuat Sakura mendesah kenikmatan,*****ku serasa dipijat oleh vagina Sakura yang sempit,kunaikkan frekuensi kecepatan maju mundurku membuat Sakura mendesah lebih keras dan meronta lebih keras,keringat membasahi seluruh tubuhnya,*****ku dipijat oleh vagina Sakura dengan lebih keras,kurasakan kenikmatan luar biasa yang baru pertama ini kurasakan,kuteruskan menusuk vagina Sakura dengan lebih cepat,Sakura hanya memejamkan mata dan meronta sedikit
“Ahhhh,teruskan,Naruto,Ahhhh,akhhh”
Selama 20 menit aku melakukannya,
“Akkhh,Naruto,aku mau keluar”
Kurasakan *****ku dibasahi oleh cairan hangat dari vagina Sakura,Sakura terbaring lemas,sementara aku menyodorkan *****ku pada Sakura,Sakura mengocoknya dengan mulutnya dan kadang mengemutnya,5 menit kemudian kukeluarkan spermaku pada wajah cantik Sakura.

Setelah 5 menit beristirahat,Sakura membelakangiku,dia menyodorkan pantat indahnya padaku,dapat kulihat vaginanya dan lubang anusnya,akupun naik ke ranjang dan kuarahkan *****ku pada vaginanya,aku memasukkan *****ku dengan pelan,satu sentakan keras yang membuat Sakura menjerit,kini kucepatkan goyangan *****ku pada vagina Sakura sambil tangan kananku meremas payudaranya,Sakura menjerit kenikmatan
“akkkkkkh,pelan – pelan Naruto,Ahhhhhhh,Akkkhhh”
Aku tak mendengar permohonanya,kubuat goyangan *****ku semakin cepat,kurasakan vagina Sakura memijat *****ku dengan nikmat,kembali kurasakan sensasi nikmat yang baru pertama kali kurasakan,aku meneruskan menusuk vaginanya,tubuh Sakura yang dibasahi keringat sungguh indah,kuteruskan memajumundurkan *****ku pada vagina Sakura dengan lebih cepat lagi,Sakura hanya pasrah sambil mendesah kenikmatan,setelah 20 menit vaginanya mengeluarkan cairan hangat,kubersihkan vaginanya dengan menjilatnya,kukocokkan *****ku dengan cepat,spermaku keluar dengan deras yang langsung mengenai wajah Sakura,aku sangat capek,begitu pula dengan Sakura,wajahnya menunjukkan kepuasan,ini adalah hari paling indah,aku bisa bersetubuh dengan gadis idamanku dan aku mendapatkan pelajaran dan kenikmatan tentang sex,aku sungguh senang.Dalam keadaan telanjang kami berpelukan dan kami tertidur.

Setelah kejadian itu aku dan Sakura semakin akrab,sesudah menjalankan misi kami melakukan persetubuhan,kurasakan aku makin menyukai Sakura.
Tamat

Naruto

By Lucy →


Sinar mentari pagi yang menyorot lembut melalui gorden kamar, membangunkan sesosok wanita cantik yang sedang tertidur pulas di ranjangnya. Wanita yang digilai oleh banyak lelaki di Indonesia dan juga artis yang terkenal melalui sebuah sinetron laris manis yang ditayangkan disebuah stasiun televisi, serta berbagai macam produk iklan, ya,dia adalah Donita. Setelah seharian disibukkan dengan aktivitas syuting yang melelahkan, membuatnya tertidur dengan pulasnya. Namun, matahari yang sudah bersinar terang, mau tidak mau membuat gadis cantik itu bangun juga. Walaupun dengan kondisi yang masih mengantuk, ia tetap bangun dan mandi untuk bersiap-siap pergi, karena memang sudah memiliki janji dengan teman-temannya. Begitu selesai merapikan tempat tidurnya, Donita langsung masuk ke kamar mandi dan berendam dibathub. Dia pun lalu mulai menggosok tubuhnya dengan sabun cair. Setelah meratakan sabun diseluruh tubuhnya, dia pun mulai membersihkan tubuhnya dengan seksama dan teliti. Tanpa disadari, saat menyabuni tubuhnya, dia mulai meraba daerah-daerah sensitif miliknya.

“damn, kalau si Rendy ga sibuk ama kerjaannya, mungkin gue bisa ngent*t sepuasnya ama dia seharian.”gumamnya pelan sambil mengingat-ingat pacarnya itu.

Ya, sejak memperoleh kerjaan baru dari sebuah rumah produksi ternama, Randy Pangalila, sang kekasih sering menolak ajakan bercinta dari kekasihnya itu dengan alasan yang dibuat-buat dan kadang-kadang tidak jelas. Bahkan sudah seminggu, Donita uring-uringan karena randy tidak mau memuaskan hasrat birahi Donita yang menggebu-gebu. Walau didepan publik Donita terlihat dengan imej sebagai seorang wanita yang polos dan innocent, tapi sesungguhnya artis cantik yang kehidupannya jarang diekpos oleh acara-acara infotaintment ini, memendam nafsu birahi yang besar didalam dirinya. Sehingga, ketika dia menyabuni dirinya, secara tak sadar dia hanya menggosok area kedua buah dada montok dan vaginanya saja. Walaupun payudaranya berukuran tidak terlalu besar, namun benda itu sangat indah untuk dipandang karena berbentuk bulat dan montok seperti bakpau, yang dihiasi puting berukuran mungil dan berwarna merah muda. Keindahan tubuhnya yang seksi, juga dilengkapi oleh vagina merah muda yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus dan jarang. Walaupun benda itu sudah sering dipakai oleh banyak lelaki, yang kebanyakan berasal dari kalangan om-om produser, serta pejabat-pejabat yang membokingnya maupun pacarnya sendiri, tetapi vagina tersebut masih saja berbentuk indah dan masih sempit. Nafsu yang sudah tidak tertahankan lagi, membuat Donita terpaksa menemani acara paginya mandinya dengan bermasturbasi ria. Tangan kanan yang tadinya memegang sabun, kini dipakainya untuk meremas-remas payudaranya. Sedangkan tangan kirinya mulai menggosok-gosok vaginanya dari luar. Setelah basah barulah dia memasukkan tiga buah jarinya yang lentik

“aaaaahhhhhhh………..ooooouuuuuugggghhhh……..mmmmmmhhhhhh”. erangan nikmat yang keluar dari bibir seksinya ketika mengocok memiawnya itu.

Tidak sampai dua menit kemudian, tubuhnya menegang dan menggelinjang tak terkendali.

“oooooooohhhhhhhh…………” desahan kepuasan pun keluar ketika gadis cantik itu mendapatkan orgasmenya.

Mata yang tadinya terpejam rapat kini mulai terbuka walau masih terdapat sisa-sisa kelelahan di wajah cantiknya. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal, ia pun membilas tubuhnya dari sisa-sisa sabun yang masih menempel dan mengakhiri acara mandi paginya. Selesai mengeringkan tubuh, dia bercermin sejenak dan melihat bayangan tubuhnya. Tubuh indah yang hanya dapat dikagumi oleh jutaan laki-laki melalui layar kaca itu, kini terpampang jelas dalam balutan handuk yang tidak dapat menutup tubuhnya secara utuh. Selesai mengagumi tubuhnya sejenak, ia berjalan perlahan menuju lemari pakaian. Handuk berukuran mini yang yang melilit tubuhnya, tidak dapat menyembunyikan keindahan paha putih mulusnya setiap ia melangkah. Setiap langkahnya pun sedikit menyingkap ujung handuk tersebut, sehingga memperlihatkan ujung pantat bulatnya yang terpampang karena tidak tertutup celana dalam sama sekali. Donita pun membuka laci lemari pakaiannya, lalu memilih sebuah celana dalam merah yang berenda dan sedikit tembus pandang, sehingga menampakkan bayangan vaginanya. Bra yang dipilih pun senada dengan warna celana dalamnya dan sama-sama tembus pandang, sehingga ketika ia memakainya, masih tampak jelas ujung putting payudaranya yang mengacung, menantang siapa saja yang menatap benda itu untuk melahapnya. Donita pun memilih sebuah celana jeans ketat, yang menjiplak bentuk pantatnya dan daerah selangkangannya. Serta sebuah kaus ketat berkancing yang berwarna hitam senada dengan celana yang dipakai. Penampilannya saat itu begitu segar dan menggairahkan. Tiba-tiba handphone miliknya yang diletakkan diatas ranjangnya berdering.

“Halo, lo dimana don? Gue dah didepan rumah lo neh!” Tanya si penelepon yang ternyata sudah berada di depan rumahnya.

“ok, gue dah siap nih. Gue keluar sekarang ya!”.

Ia pun menutup sambungan telepon dan bergegas turun, dari kamarnya dilantai dua sambil menyambar tas jinjing dan sepatunya yang tergeletak disamping pintu kamarnya. Donita berjalan menuju pintu keluar, ketika mamanya memanggil,

“Don, gak sarapan dulu?” kata sang ibu yang berjalan menghampirinya.

“gak deh ma, nanti aja dijalan. Donita ada urusan penting.” Jawabnya sambil memakai sepatu.

“oh ya ma, kayaknya aku pulang agak telat ya. Kalo ada yang nyariin bilang aja aku lagi keluar kota!” kata gadis manis itu sambil menyium pipi mamanya dan langsung berjalan melewati pintu keluar.

“dah mama!” teriaknya sambil melambaikan tangan, sebelum menaiki mobil yang menjemputnya.

“Dah, gue bt banget tau ga? Udah seminggu nih gue ga’ dient*t ama si Rendy. Mentang-mentang dah dapat job baru, eeh.. gue dicuekin. memiaw gue terasa gatel banget nih. Mana ni kepala dibuat pusing lagi.” Ceplosnya asal pada sahabatnya itu.

Ya, gadis cantik yang menjemputnya itu ternyata adalah Asmirandah, seorang artis terkenal yang karirnya sedang menanjak akhir-akhir ini.

“alaaaah…..itu aja lu pikirin. Kan tinggal cari cowok laen. Emangnya cowok di dunia ne si Rendy aja? Masih banyak tau cowok yang mau sama lo. Apalagi kalo cumin urusan ngent*t.” Jawab Asmirandah yang juga asal menasehati sahabatnya itu.

“aaaahhhh…..ga ah, males gue. Apa kata orang nanti, kalo tau gue lakuin yang begituan.” Paparnya munafik.

“alah… pake belagak suci lagi. padahal lo sendiri sering dient*t ama om-om produser itu kan?pake ngejaga imej lagi!” kata Asmirandah sengit. sebal juga dia melihat temannya yang sok alim itu.

“ihhh…uda deh, ga usah ngebahas yang udah lewat, basi tau. lagian gue maunya Cuma dient*t ama Rendy karena gue cinta ama dia. kalo ama om-om produser itu kan kepaksa. mana ada orderan gue kalo gak jual ni badan.!” tukas Donita terang-terangan.

“hah? jadi lo maunya suka ama suka tu ama Rendy doang? capek de. emang dia bisa muasin lo apa?” sahut Asmirandah keheranan melihat sahabatnya itu.

“ya nggak sih. paling cuma 5 menitan doing, mana kecil lagi. tapi mau sama siapa lagi? gue ga berani ngent*t ama orang yang gak gue kenal.” jawab Donita polos.

“ok, deh gue ngerti. udah ya cantik, jangan cemberut lagi dong! ntar cowok-cowok pada ngejauhin lo lagi”. sahut Asmirandah memberi semangat pada sahabatnya itu.

“sekarang kita dah ditungguin ama temen-temen tuh, lo bilang kan mau ngedance sampe puas hari ni.” tutur Asmirandah.

Singkat kata, seharian itu Donita, Asmirandah dan teman-teman mereka lainnya, bersenang-senang ria. Mereka melepas semua kepenatan dan kebosanan yang menumpuk dalam pikiran mereka. Menikmati waktu liburan dari semua aktivitas yang melelahkan dan membosankan yang mereka jalani sehari-hari. Waktu pun tidak terasa telah berlalu beranjak malam, ketika jam tangan Donita menunjukkan pukul 21.30 wib. Donita yang memang sudah merasa puas dengan berbagai hiburan itu pun, mengajak Asmirandah untuk pulang. Ketika dia melihat ke sudut ruangan, ia melihat Asmirandah sudah pingsan akibat terlalu banyak minum. Dia pun langsung menuju ke tempat sahabatnya itu dan berusaha membangunkanya.

“dah,dah bangun, udah malem ni. kita pulang yuk, lu kan musti anterin gue.” ujar Donita berusaha membangunkan sahabatnya itu.

Tetapi Asmirandah yang sudah terlalu banyak menenggak minuman keras, hanya terbaring diam saat Donita menggoyang-goyangkan tubuhnya berusaha membangunkan gadis itu. Dengan sedikit kesal, karena usahanya tidak berhasil, dia mengambil handphone miliknya, menelepon supirnya yang bernama Suprihatin, yang biasa dipanggilnya pak Supri untuk menjemputnya.

“pak Supri, tolong jemput aku di jalan xxxxxxxx ya! oh iya, bapak perginya ga usah bawa mobil. soalnya disini ada mobil temen Donita!” ujarnya kepada orang yang di seberang telepon.
Setelah menunggu selama 15 menit, tiba-tiba datang seorang bapak-bapak tua dengan sebuah sepeda motor yang dikemudikan oleh seorang tukang ojek. Bapak itu langsung turun untuk membayar ongkos ojeknya dan bergegas menuju tempat Donita menunggu. Bapak tua itu mengangguk tersenyum kepada Donita, walaupun senyumnya itu sama sekali tidak dapat membuat wajah tua bangkanya yang sudah keriput dimakan usia dan buruk rupa itu terlihat ganteng di hadapan nona majikannya.

“lama amat sih pak! dah ditungguin dari tadi juga!” gerutu Donita sewot.

“maaf deh non, baru juga ditelpon bapak langsung jalan. kan susah nyari ojek malem-malem gini. jadi kita langsung pulang, kan?” ujarnya membela diri seraya mengalihkan pembicaraan.

“ya iyalah. emangnya mau kemana lagi? yuk cabut!”

Si supir tua itu pun bergegas menghidupkan mobil dan meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanan, tak lupa tua bangka itu mencoba untuk mencuri-curi pandang ke jok belakang melalui spion mobil untuk melihat-lihat pemandangan indah yang sangat menggiurkan. Ya, saat itu memang ada pemandangan yang sangat menggiurkan dibelakangnya, dimana Asmirandah yang pingsan, mengenakan kemeja ketat yang menjiplak tubuhnya dan rok mini yang berada 15 cm diatas lututnya, yang mau tidak mau membuat sang supir terpaksa meneteskan liurnya karena disuguhi paha putih mulus dan sedikit penampakan celana dalam berwarna putih yang dipakai gadis itu. Kontan saja celana dalam yang dipakai supir itu, berubah ukuran menjadi SS alias super sempit. Itu pun ditambah dengan penampilan sang nona majikan yang juga memakai pakaian yang jelas-jelas mencetak erat lekuk tubuhnya, dibumbui dengan terbukanya 3 buah kancing baju Tshirt-nya yang membuat belahan payudara montok gadis itu seakan-akan menantang sang supir untuk memakan kedua buah melon itu sampai tak tersisa. Donita bukan tak tahu apa yang dilakukan supirnya itu, tapi karena kepalanya sudah sangat pusing akibat terlalu banyak minum dan tubuh yang sudah sangat lelah, membuat dia membiarkan saja perbuatan mesum si supir.

“emmmm…non” tiba-tiba pak Supri membuka suaranya, memecah keheningan.

“apa sih pak?” jawab Donita sedikit kesal karena kepalanya pusing.

“bapak gak sengaja tadi siang liat ada video non lagi begituan dalam handycam non yang ketinggalan di mobil tadi malam.” ujar sang supir yang kontan membuat jantung Donita berhenti berdegup sejenak.

“apaa?? maksud bapak apa?” tanya Donita ketakutan setengah mati mendengar supirnya melihat rahasia paling pribadinya.

“yaa…itu. video non yang sama bapak-bapak lagi gituan. kalo ga salah, yang adegannya di dalam kamar mandi.” jelas sang supir.

Hal ini, jelas membuat Donita ketakutan, rahasia paling penting miliknya diketahui oleh orang lain, yang bisa saja menceritakannya kepada orang lain. Dia teringat, bahwa ia lupa untuk menyimpan handicamnya kemarin malam karena sudah sangat mengantuk dan meninggalkannya begitu saja didalam mobil. Didalam benda itu tersimpan sebuah video dimana Donita sedang bercinta dengan penuh gairah, bersama seorang pejabat yang membokingnya. Adegan panas itu sendiri direkam oleh sang pejabat dan menyuruh Donita menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Dia tak pernah menduga bahwa setelah ia masuk ke kamar, sang supir mengambil benda tersebut dari dalam mobil dan melihat rahasianya itu. Donita terdiam mematung, banyak pikiran melintas di otaknya teringat aib tersebut.

“kok diem non? bapak ga nyangka non bisa ngelakuin hal kayak gitu, padahal selama ini bapak kira non cewek baik-baik!” ujar sang supir munafik, padahal pngen juga.

“alaah… ga usah sok ceramahin orng deh pak! bapak bilang aja mau duit berapa, Donita kasih berapa aja asal bapak bisa tutup mulut!” jawabnya seraya menutupi kegusaran.

“hah? duit? sorry non. gaji bapak lebih dari cukup. bapak mau aja sih tutup mulut asal dikasih yang kayak di video itu…..hak hak hak” tepis si supir yang langsung memperlihatkan sifat aslinya itu.

“oh shit! ni tua bangka pengen nyoblos memiaw gue, yang bener aja? bisa mampus gue ngent*t ama orang aqncur kayak gini!”batinnya yang enggan melayani si bandot tua.

“eh pak! kalo ngomong jangan asal ya! bapk bisa saya laporin polisi tau!

“heh, laporin aja non. paling waktu bapak ditangkep, non udah jadi bintang porno terkenal. kayak siapa tuh? Ariel ama Luna Maya ya? hak hak hak.

Jantung Donita berdegup kencang, ia tak bisa membayangkan jika hal yang dikatakan supirnya itu terjadi. Mau ditaruh dimana mukanya?

“ok. Donita mau kasih apa yang bapak mau!” tapi cuma untuk kali ni aja! ujarnya mengajukan tawaran.

“yeeee si non. masa sekali doang! tak usah la yau! ampe bapak bosen ngent*tin non dong! atom au videonya disebar? hayo? mau pilh yang mana? hak hak hak.” ujar si supir menampik mentah-mentah.

Donita hanya bisa terdiam membisu. Hanya dengan menjadi budak nafsu sang supir dia bisa bertahan. pergulatan batin berlangsung di dalam dirinya, antara horny merasakan petualangan seks yang baru dengan keengganan menjadi budak pelampiasan birahi. Akhirnya dia memilih opsi yang pertama. Dia enggan kehilangan karir dan tidak ingin nama baik diri serta keluarganya tercemar.

“ok. Donita mau! tapi kalo sampe tu video kesebar, Donita ga akan segan-segan laporin bapak ke polisi. biar kita sama-sama ancur!”

“ya ileh si non. buat apa juga bapak nyebarin. kalo bisa ngent*tin non tiap hari! hak hak hak!” ingin rasanya Donita membunuh supirnya ini. “o ya, temennya boleh juga dong bapak nyicipin?” tanyanya asal.

“apa? jangan ngelunjak ya pak! andah ga boleh diapa-apain!” Donita yang mulai membenci makhluk jelek ini, bertambah geram mendengar omongan asalnya.

“cuma becanda non! yang penting bapak bisa ngent*t ama non ampe puas aja dah cukup! hak hak hak!”

“cih, kurang ajar banget ni tua bangka! dah dikasih ati malah minta jantung!”

Benar-benar edan si Supri, sudah dapat satu masih mau nambah. Tidak terasa, mobil sudah sampai di rumahnya. Donita memapa temannya keluar menuju kamarnya tanpa menghiraukan sang supir. Setelah merebahkan Asmirandah, tiba-tiba handphonenya berbunyi,

“iya-iya. sabar dikit napa sih pak? ujarnya ketus, sedikit pelan karena takut membangunkan sahabatnya.

yang di seberang telepon cuma bisa tertawa mesum memuakkan.

“ahhh…. udah seminggu nggak ngent*t, terpaksa deh gue kasih ni memiaw ku tuh bapak-bapak jelek!” batinnya kesal pada nasib buruknya.

Rasa pusing yang dirasakannya pun kini telah sirna. Walaupun merasa benci pada supirnya tapi di dalam hatinya, ia merasa senang juga karena bisa memuaskan dahaga birahi dengan supirnya itu. Dengan langkah sedikit gontai, gadis cantik itupun turun menapaki tangga, untuk menyerahkan tubuh moleknya kepada sang supir buruk rupa.

“heheheh akhirnya si non datang juga’ ujarnya memuakkan, sambil duduk di atas sofa di ruang tamu.

“ouh, males banget gue liat mukanya” batin gadis itu muak walau sedikit horny juga.

“ayo pak, kita ke kamar bapak. bahaya kalau ketauan mama” ajaknya agar dieksekusi di kamar supirnya itu.

“ya ampun! emangnya non ga tau? kan mama non lagi ke Bandung!”

“oh shit! gue lupa lagi. mama papa hari ini kan berangkat ke Bandung!” dia teringat akan orang tuanya yang berada di luar kota.

Donita lupa bhwa orang tuanya hari ini pergi keluar kota untuk menghadiri resepsi pernikahan salah satu saudaranya. Hal ini justru memberi kesempatan si supir bebas untuk “menggarapnya” dimana saja.

“jadi kita bebas mau ngent*t dimana aja kan? hak hak hak”. benar-benar jengkel Donita dibuatnya.

“di dalem sarung bapak ada yang mau kenalan ama non nih! hehehe, sluuuuurrpphhh! ujarnya penuh nafsu. !!

Yang entah sejak kapan mengganti celananya dengan kain sarung yang membentuk jelas “tombak pemangsa wanita”-nya itu. Donita agak ketakutan melihat bentuk penis pak Supri yang menonjol besar di balik sarung bututnya. Apalagi membayangkan vaginanya akan dipaksa menelan seluruh batangan besar itu. Pasti liang vaginanya akan merenggang sampai batasnya. Tangan gadis itu reflex menutup kedua alat vitl yang sedang diburu oleh mata si supir. Jreeeennngg!!! tiba-tiba Supri jelek melepas sarungnya, penis besarnya menginginkan sarung milik Donita yang lebih nikmat.

“ayo non! sok atuh, di isepin tongkol bapak. hak hak hak.”ujarnya sok sopan.

Gadis itu maju dengan tangan gemetaran, memegang “senjata pamungkas” para pria itu, yang mampu membuat semua wanita terbang jauh menembus langit ketujuh menuju surga kenikmatan duniawi. Walaupun sudah berkali-kali melihat dan merasakan berbagai macam bentuk penis, tapi dia tak habis pikir dengan bentuk penis supirnya itu. Bagaimana mungkin, bapak-bapak tua seperti pak Supri ini yang sudah berumur setengah abad dan berperawakan kurus, bisa mempunyai sebuah “tongkat super” yang berukuran besar dan masih keras. Ini adalah penis terbesar yang pernah dilihat pikirnya, dan tanpa sadar Donita ikut terangsang juga membayangkan benda itu akan mengaduk-aduk vaginanya. Nafasnya sedikit tersengal dan lender kewanitaan keluar dengan lancer dari memiawnya yang mungil itu.

“gimana non, tongkol bapak gede kan? dijamin deh, non bakalan puas! Supri gitu loh!! hak hak hak” ujarnya melihat Donita terpana dengan “batangnya” itu.

Tanpa pelu diperintah lagi, gadis itu memasukkan penis si supir kedalam mulutnya yang mungil, untuk memberikan pelayanan oral sex terbaik yang ia miliki.

“ohhhhhh…….enak banget non sepongannya!!! mantabbhh!!” racaunya menikmati sepongan Donita.

Benar-benar hebat sensasi yang dirasakan pak Supri sampai membuat tubuh bawahnya bergoyang-goyang tak terkendali. Tak ingin cepat keluar, dianggkatnya tubuh sang nona majikan dan mendudukkannya di sofa panjang itu. Dengan cekatan dibukanya semua pakaian gadis itu hingga bugil, tanpa perlawanan sedikit pun dari Donita. Matanya yang keriput dan cekung, mendadak terbuka lebar melototi pemandangan indah di hadapannya. Hidungnya yang pesek kembang-kempis tak karuan. mulutnya yang berbibir tebal itu pun tak lupa turut mengeluarkan air liurnya, kontan saja Supri jr mengeras bagaikan sebatang besi yang keras melihat pemandangan yang ada dihadapannya tresebut. Donita ingin muntah dibuatnya, menyaksikan wajah mupeng nan ancur kepunyaan sang supir. Kedua insan yang berlainan kelas social dan jenis kelamin itu pun saling menatap tubuh pasangannya masing-masing. Pak Supri yang terkagum-kagum melihat tubuh indah dan sexy milik Donita, berbanding terbalik dengan sang nona majikan yang memandang jijik kepada supirnya itu. Hanya satu bagian yang bisa menarik perhtian gadis itu, yaitu penis berukuran super milik pak Supri yang membuat vagina-nya tambah basah saja. Tanpa babibu lagi direngkuhnya tubuh Donita yang sangat menggiurkan itu dan mencium bibirnya.

“mmmmmhhhhh……..” dilumatnya bibir Donita dengan penuh nafsu serta dijelajahi seluruh bagian mulutnya.

Sementara itu, Donita hanya bisa pasrah membiarkan bibirnya dilumat habis. Lidah sang supir dengan liar menari-nari di dalam mulutnya itu, saling beradu lidah dan bertukar liur dengan gadis itu. Sambil berciuman, tangan pak Supri meremas-remas payudara montok miliknya. Puting kecil berwarna merah muda itu dipuntirnya dengan gemas. Tangan kanannya tanpa hambatan meluncur kebawah. menyentuh ulit paha doniyta, langsung menuju bagian vaginanya.

“aaaaaahhhhhhhhhh…….” Donita tersentak dengan perlakuan pak Supri.

Sentuhan itu terasa bagaikan segelas air dipadang pasir yang melepaskan dahaga birahi Donita, yang sudah selama seminggu ini tidak merasakan sentuhan laki-laki. langsung saja sang supir menggosok-gosok vagina nona majikannya itu. Tangan yang satunya tidak pernah lupa untuk meremas kencang payudaranya secara bergantian kiri dan kanan. Remasan yang brutal itu, membuat payudara montok yang berkulit putih itu menjadi merah. Sementara itu bibir sang supir yang tebal itu, memberikan rangsangan tambahan di leher majikannya.

“ooooooooooohhhhhhhhhh……..oooooooohhhhhhhh……ooooooohhhhhhh” terpaksa Donita mengeluarkan erangan kenikmatannya karena dihajar dengan rangsangan bertubi-tubi dari supir mesum itu.

Merasa nona majikannya itu sudah sangat siap untuk disetubuhi, pak Supri pun mengambil posisi untuk mengeksekusi nona majikannya.

“non, dah siap yah bapak ent*t? hehehhehe….” ujarnya konyol meminta izin. Padahal walau jawabannya tidak, dia akan tetap melakukan niat cabulnya.

“eeeeeeemmmmmmmhhhhhhhh…….” hanya itu jawaban yang diberikan Donita.

Dengan sangat bernafsu dilebarkannya paha mulus gadis itu untuk mengangkang lebar, memberinya akses untuk menikmati surga duniawi tersebut. Kontan saja, saat melihat celah kemaluan sang nona majikan, wajah pak Supri yang memang sudah buruk itu, semakin bertambah buruk saja tak karuan. Tak kuat menahan nafsu, digenggamnya penis hitam berukuran supernya untuk memasuki liang kewanitaan Donita. Sebelum memasukkan,digesekkannya batang itu terlebih dahulu. Donita yang sudah nafsu berat memprotes perlakuan supirnya.

“heh pak tua! cepetan lu ent*t memiaw gue! dah gatel banget nih tau!” bentaknya yang mengagetkan pak Supri.

Rupanya sifat asli Donita keluar. Setiap kali dalam keadaan BT alias birahi tinggi, perangainya berubah menjadi seperti wanita jalang. Emosi mendengar kata-kata nona majikannya dan memang dia juga sudah sangat bernafsu, tanpa basa-basi lagi dengan posisi “man on top” si supir itu langsung melesakkan penisnya ke dalam liang vagina Donita yang sempit.

“ck,ck,ck. artis jaman sekarang cantik-cantik banyak yang lonte! heeeeeennnngggghhhh!!!!” sentakan yang begitu keras dilakukan pak Supri, membuat tubuh Donita mengejang keras antara nikmat dan sakit.

“oooooookkkkkkkhhhhh……..paaaakkkkkkhhhh……pelan!! eeennnggghhh” Donita sedikit memprotes perbuatan sang supir.

Untuk beberapa saat kedua insan yang sedang diamuk birahi itu berpelukan erat. Si supir mesum sengaja membiarkan Donita beradaptasi dengan penisnya, selagi dia juga menikmati pijatan-pijatan otot vagina Donita.

“ayo paaakk aaaahhhh……. ent*t guee!!!!……ngggghhhh…ahhhhh!!!…ent*t gue yang kenceng!!!….mana peju lo ahhhhh!!!! nih memiaw gue……ahhhhhh!!!!!” benar-benar edan cara si artis mengungkapkan kenikmatan yang diterimanya.

Plok!plok!plok!plok!bunyi tepukan pantat Donita dengan pinggul pak Supri bersuara nyaring, bagaikan sebuah melodi indah pembangkit nafsu bagi keduanya. Kontan saja ruang tamu itu dipenuhi oleh bunyi suara desahan,erangan dan suara tumbukan kelamin mereka.

“aaaaauuuuukkkhhhh…….!!!!!!!” Donita mengerang keras setiap kali pak Supri menyentak masuk ke vaginanya.

Setiap kali si supir menekan masuk penisnya dalam-dalam, Donita merasakan vaginanya seperti tersobek dan tubuhnya terbelah dua. Kepalanya menggeleng keras ke kiri dan kanan, mulutnya terbuka lebar mengeluarkan suara tertahan. Sedangkan pinggulnya tidak bisa digerakkan sedikitpun karena pahanya dipeluk erat oleh sang supir.

Tampaknya dia tak peduli dengan kondisi tubuh majikannya dan terus berupaya keras, mendayung perahu birahi untuk mencapai puncak kenikmatannya itu.

“eeeeennnngggghhhhh……busyeeeeeetttt!!! seret bener memiaw lu nonn..huuuuuunnnggghhh!!!!”

“iyaaahhhhh…..ahhhhhh…..oouuhhhh!!!” benar-benar kewalahan Donita menghadapi kebrutalan pak Supri.

Sambil menyentak, supir tua itu tidak lupa meremas payudara Donita dan menjilat leher gadis itu. Jilatannya perlahan merambat naik menuju bibir mungilnya, dan melahapnya dengan ganas.

huuuuuueeee!!! bau nafas si supir sungguh tidak sedap alias ngga enaaaaak (ala mie sedap ^_^). Entah makan apa pak tua itu tadi siang, tetapi lidah Donita tetap menikmati permainannya dengan liar, sampai ludah mereka menetes-netes disekitar bibir.

“enakkan non ngent*t ama bapaaakkhh!!! trima nih tongkol!!! mampus looohh!!!! heeenggkkkhhh!!!”

“oooohhhh…. ppaaakkhhh!!!! ahhhh!!!! iyaaaahhh….. iya…ahhhhh!!!!”

Tubuh Donita kelojotan, matanya berkunang-kunang. Digebuk-gebuknya pinggiran sofa untuk melepas derita birahinya. Setelah seminggu tidak melakukan aktivitas sexual, akhirnya Donita bisa merasakan lagi kenikmatan itu. Peluh bercucuran keluar dari tubuhnya, nafas pun memburu kencang. Banjir sekali dirasakan vaginanya. Tubuh indahnya berkedut-kedut kecil menikmati sisa orgasme. kenikmatan yang sama juga dirasakan pak Supri, walaupun dia belum mencapai orgasme tapi penis besarnya serasa diremas kuat oleh otot-otot vagina Donita. Diapun mendiamkan tubuhnya sejenak, membiarkan gadis itu menikmati sisa-sisa orgasmenya. Benar-benar sempurna dirasakan pak Suprihatin. Dirinya yang cuma orang kecil dan hanya berprofesi sebagai seorang supir, bisa menikmati tubuh ranum seorang artis cantik seperti Donita. Dalam mimpi pun dia tidak pernah membayangkan hal seperti ini. Dia benar-benar mensyukuri sifat pelupa yang dimiliki Donita bisa berujung pada kenyataan bahwa dirinya dapat menikmati tubuh indah sang artis. Donita pun tidak penah membayangkan bahwa hasrat birahi liarnya, dapat terpuaskan oleh lelaki macam pak Supri yang jelas-jelas kelas sosialnya lebih rendah dari dirinya. Tak pernah terlinyas sedikit pun dalam pikirannya bahwa orang rendahan seperti pak Supri, bisa lebih hebat dalam urusan sex daripada laki-laki tampan, ber-uang dan terlihat dari luarnya sebagai “laki-laki gagah padahal loyo” dalam urusan memuaskan wanita.

“oooooohhhhhh…… oooooohhhhh!!” tiba-tiba Donita tersentak.

Supir tuanya itu mulai kembali mengayunkan pinggangnya. Kali ini dia ingin segera menggapai puncak kenikmatannya. Tanpa menghiraukan kondisi tubuh nona majikannya yang lemas pasca orgasme, ia mengayunkan keluar-masuk penisnya dengan brutal seperti ronde pertama tadi. Donita hanya bisa mengerang dn mendesah memohon ampun diperlakukan secara maniak dan sangat bernafsu oleh supirnya itu.

Plak! ”artis perek….!!!” plak!! “artis lonte…..!!!!” plak!!

Benar-benar brutal pak Supri ini. Dia betul-betul menikmati bisa mempecundangi artis cantik seperti Donita. Tampak pantat Donita yang kemerahan, akibat ditampar sembari digenjot brutal olehnya.

“eeeeeeeemmmmmhhhh…..gue jeol memiaw lu!!!! hhnnnggghhh!!!! makan nih tongkol!!! hnnnggghhh!!!”

Puas dengan posisi missionary, dia membalik tubuh Donita menjadi telungkup, yng dimana Donita harus bertumpu pada sikunya dan kakinya yang berlutut dilantai dengan tubuh bagian atas masih diatas sofa.

Payudara montoknya yang tergencet, serta pantat bulatnya yang kemerahan ditambah bibir memiaw yang merekah memar kemerahan karena teru-menerus digenjot brutal. Menambah sempuerna pesona keindahan dara cantik itu. Serta-merta pak Supri menggenggam penisnya yang masih perkasa dan melesakkannya ke sasaran tembak yang tak lain adalah vagina Donita.

“kontoolll…., shhhhh….shiiiiiitttt!!!!” kepalanya bertengadah mengerang.

Menandakan penis si supir yang berhasil menyeruak masuk. Tentu saja dengan berlimpahnya cairan vagina ditambah dengan cairan orgasme yang masih menetes, memudahkan proses pencoblosan.

“aaaahhhhhh…… pelanan tua!!!!! akkkhhhh…!!!! shiiiiitt!!”

“enakkan non? lu suka kan dient*t? nih kontool!!!…nih!!!! gue ent*t lu!!!!

Begitulah mereka saling memaki, betapa “sakit” cara mereka menikmati persetubuhan itu. Tapi itulah kenyataan. Saat ini mereka tidak memperdulikan apa pun lagi, yang ada di kepala mereka hanya satu,….. secepatnya meraih orgasme!!!!

“shiiittt!!!! ohhhh!!!! fish meee…!!!! ahhhhh!!!! fish meeee…., ahhhhhh….!!! deeper old bastard!!! fuuuuckkk meee!!!! Fuuuuccckkkk!!!”

“heeeeeennnngggghhhh……heeeeeeennnnngggghhhh…..gila memiaw lu nonnn!!! gilaaaaaaaa!!!!!” sisupir meracau tak karuan, sembari meremas kencang payudara Donita dan menjambak rambutnya.

“bandot tua…….!!!! pelenannnnn……!!!!! ancuurrr memiaw gue tauuuuu!!!!! awwwwhhhh!!! kontoooolll…!!! iyyyyyyyyyyaaaaaahhhhhh!!!” sempat-sempatnya Donita memiawi sebelum mencapai orgasme keduanya.

“aaaarrrrrgggghhhhh….!!!! gilaaaaa….!!!! enak banet memiaw lu pereeeekkk!!!! terima ni peju….!!!! heeeennnggggkkkkhhh!!!!!” erang si supir sambil menyodok penisnya sedalam mungkin.

croooottttt!!!!! croot crooot croooooootttt!!!!!

Benar-benar edan, tongkol besar pak Supri memuncratkan peluru mani, layaknya selang pemadam kebakaran saja. Begitu deras dan kencang ditambah air maninya yang banyak dan kental, membuat sebagian keluar paksa dari celah-celah memiaw Donita yang tidak dapat menampung semua sperma si supir. Benar-benar liar cara mereka melepaskan nafsu, sampai-sampai tubuh mereka basah kuyup oleh keringat dan luluh lantak kehilangan seluruh tenaga. Sejenak mereka melupakan status yang dimiliki untuk meresapi kenikmatan duniawi. Berpelukan erat dengan peluh yang membanjir keluar disertai perasaan yang bercampur aduk diantara keduanya, nafsu dan benci menjadi satu. Sehingga menghasilkan sebuah syimponi gairah yang menggebu-gebu dan sangat dahsyat. Mereka berdua telah banyak kehilangan stamina , sehinnga tanpa sadar keduanya terbang menuju ke alam mimpi yang indah disertai dengan kepuasan yang tiada tara. Donita tetaplah Donita, walaupun di depan public dia dikenal sebagai cewek yang imut, alim dan innocent, tapi ada saat dirinya meluapkan nafsu birahi tersembunyi yang besar dan menggebu-gebu. layaknya wanita jalang yang haus akan sentuhan pria-pria perkasa dan menghamba kenikmatan duniawi pada mereka. Meskipun demikian karirnya tetap terus menanjak, serta semakin membuat para pria memimpikan dirinya dalam “mimpi” khusus mereka.

Donita

By Lucy →