Apakah Harus Seperti Ini

By Lucy Monday, September 30, 2019
Seperti biasa aku harus kembali gagal dalam jalinan kasih dan sayang yang selalu aku jalani. Seperti Biasa ? Kenapa aku menyebutnya seperti itu, karena entah mengapa selama ini aku mengalami nasib kurang baik di dalam hal percintaan

Baru seminggu aku harus putus dari kekasih tercinta yang selama ini selalu kudamba. Mau bagaimana lagi karena jarak, hubungan kami harus berakhir. Kembali aku mengalami kegalauan paska diputuskan, tidur tidak nyenyak, makan tak enak, mau kerja juga malas, apalagi mau mandi.

Bagaimanapun terbiasanya aku putus cinta jika aku mengalami fase putus cinta yang kata temanku itu adalah suatu kebiasaan bagiku, aku belum bisa melewatinya dengan mudah.

Andai aku bisa meraih cinta yang selama ini kudamba mungkin kesedihan ini akan berganti kebahagiaan.

Pagi ini aku bangun kesiangan karena semalam aku sibuk menonton pertandingan Big Match Sepakbola Trofeo TIM yang melibatkan tim kesayanganku. Memang pada akhirnya tim yang aku dukung kalah, tapi aku senang menontonnya karena sudah hobby dari jaman SMP.

Segera kustater motor Honda Sonic milikku yang baru aku beli kemarin, tanpa mandi, hanya ganti baju, aku berangkat menuju kantor tempatku bekerja.

--------​

“Mas Agus dipanggil Bapak untuk menghadap,” kata Sekretaris Pribadi Bapak Widi Bosku tercinta.
Kenapa Bandot tua itu pagi-pagi memanggilku, apakah ada yang salah dengan design yang aku kerjakan ?”

Ku ketuk pintu ruangannya, “tok...tok” dan aku dipersilahkannya untuk masuk.

“Duduk Mas Agus,” kata Pak Widi.

Aku segera duduk dihadapannya dan memperhatikan wajahnya, walau sudah berumur kepala lima namun wajahnya tampak masih muda, dan rambutnya putihnya masih jarang nampak, mungkin kebiasaannya berganti-ganti istri menjadikannya awet muda.
“ Jadi begini Mas Agus, saya mau minta tolong kepada Mas Agus untuk membantu pekerjaan Marketing Baru di perusahaan kita namanya Devi, dia keponakan saya, saya harap Mas Agus bisa bekerjasama dengannya.”

Waduh, kerjaanku bakalan nambah lagi nih, pekerjaan sekarang saja sudah cukup banyak, si Bos memintaku untuk membantu keponakannya.

“Saya siap pak !” kataku tegas menjawab permintaan Bosku.

“Agus ! sesuai nama kamu, Mas Agus selalu melaksanakan pekerjaan dengan Agus” kata Pak Widi sambil terkekeh.

Aku tersenyum menanggapi ucapan Pak Widi walo dalam hati dongkol.

“Ada lagi Pak yang perlu Bapak sampaikan kepada saya ? Jika sudah saya kembali ke ruang kerja, pekerjaan saya sudah menumpuk.”

“Oh iya Mas Agus, hampir saja saya lupa, selain masalah tadi saya hendak minta tolong kepada Mas Agus untuk membantu saya mengoperasikan Handphone Baru milik saya, dikeluarkannya Samsung S 6 dari tasnya.”

Perlu waktu agak lama mengajari Bandot tua itu mengoperasikan Handphone baru milikknya.

Saat aku akan keluar dari ruangannya Bandot tua itu memanggilku kembali, “Mas Agus tolong ajari saya download video porno dari handphone saya.”

Wasyu !

Ku buka layar browser handphonenya dan kuketik “XMouse.com” muncul gambar wanita-wanita seronok di layar smartphonenya, setelah aku kasih tutorial sedikit akhirnya dia manggut-manggut.

“Terima Kasih ya Mas Agus, Mas Agus bisa kembali ke ruangan untuk meneruskan pekerjaannya.”

Wasyu ! kembali aku mengumpat dalam hati dengan tingkah Bandot tua ini, sudah dibantu tapi hanya ucapan terima kasih, mana gak ngasih duit buat makan siang atau apalah.

--------​

Saat sibuk mengerjakan design pesenan marketing senior, tiba-tiba staf HRD masuk ke ruangan tempat ku bekerja, disampingnya berdiri seorang wanita berhijab yang cantik dan baru pertama kali ini kutemui.

“Perkenalkan ini Marketing baru di kantor kita, namaya Devi Nurdiana, dia akan menjadi rekan baru kalian.”

Devi kemudian menyalami tanganku “Mohon Kerjasamanya Mas.”

Jantungku berdetak cukup kencang saat kulit putih telapak tangannya menyentuh tanganku.
Itulah awal perkenalanku dengan Devi, cewek cantik berhijab yang baru-baru ini mengisi hari-hariku dengan senyumnya.

Hubunganku dengan Devi semakin lama semakin dekat, dari yang mulai rekan kerja menjadi sahabat, dari sahabat menjadi TTM, hingga ............

Devi said:
Mas Agus design yang tadi tolong diantarkan ke rumah yak ? :*

Akhirnya kelar juga designnya, segera ku copy design itu ke flashdisk minions milikku.
Kalian tahu Minions ? Makhluk kecil berwarna kuning lucu, kenapa saya suka ? Karena warnanya kuning, saya suka dengan warna kuning, bahkan saya suka makan pisang, karena pisang warnanya kuning.

Kuketuk pintu rumah Devi, saat memarkirkan sepeda motor tadi tak kulihat mobil milik ayahnya.
Pintu dibuka dan muncullah Devi yang hanya memakai hotpants dan kaos ketat, kuserahkan flashdisk yang berisi design kepadanya.

Astaga ! apakah ini mimpi, sungguh suatu pemandangan yang menggoda, baru kali ini kulihat Devi tanpa hijab, rambut lurus hitamnya sungguh indah apalagi wajah putihnya, didukung kedua payudara yang bisa bergoyang barbel, eh goyang dribel, kalo goyang barbel kan miliknya om Agung Hercules.

Aku dipersilahkannya masuk dan Devi pergi ke dapur untuk mengambil minuman.

Cara berjalannya sungguh indah apalagi senyumnya, membuatku tak berdaya di hadapannya, kalo tidak di depannya mungkin aku sudah pingsan.

Devi kembali dari dapur membawakan dua gelas es teh, satu gelas diangsurkan kepadaku dan kuucapkan terima kasih, kuminum beberapa teguk dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

--------​

Aku terbangun namun tidak ada cahaya, kucoba menggerakkan tangan dan kakiku, tapi ada yang aneh, mengapa tangan dan kakiku terikat ?
Aku mencoba bersuara, dan terdengar suara Merdu Devi, “Mas Agus sudah bangun ?” tanyanya.

Tenang saja Mas Agus, Devi akan membalas kebaikan Mas Agus selama ini kepada Devi, jadi Mas Agus nikmatin saja apa yang akan terjadi.

“Devi, kenapa harus seperti ini !” kataku.

Tiba-tiba aku merasakan ada lidah menjilati putingku, rasanya geli gimana gitu, tapi mau bagaimana lagi aku tidak bisa menghindari jilatannya karena kedua kaki dan tanganku terikat erat terpancang di tempat tidur.

Perlahan tapi pasti jilatan lidah Devi turun ke bawah ke arah penis milikku, dengan telaten Devi menjilati dan mengulum Penis Milikku, Rasanya sungguh nikmat, mengalahkan oral sex yang pernah dilakukan oleh mantan-mantanku.

Tidak perlu waktu lama, aku sudah hampir sampai batasnya, dan tak lama kemudian rasa nikmat menjalari tubuhku dan muncratlah spermaku tepat di dalam mulut Devi.
Tak perlu waktu lama penisku kembali bangun saat Devi kembali mengulumi penisku. “Wah, Mas Agus cukup jantan ya ? Baru saja keluar sudah bangun lagi” kata Devi.

Tiba-tiba penisku menghujam sesuatu yang lembut dan berarir, dan Devi meracau tidak jelas. Malam itu kami mengarungi lautan nafsu berdua hingga kami berdua berteriak kepayahan.

Terima Kasih Devi

Hari – hariku di kantor terasa semakin indah, apalagi setelah kejadian yang tak terlupakan padaku dan Devi di malam itu.

Aku beberapa kali bertegur sapa dengan Devi, namun Devi tidak pernah mengatakan kepadaku masalah yang terjadi di malam itu. Aku sempat heran dengan tingkah laku Devi yang biasa-biasa saja hingga aku beranikan diri menanyakan kepadanya. Namun bukan jawaban yang aku terima darinya melainkan sebuah tamparan keras dan Devi pergi dari hadapanku

Apa salahku kenapa dia menamparku ?”

Kembali malam hari aku tidak bisa tidur, kembali aku harus mengalami dilema hingga tiba-tiba aku terlelap.
Aku bermimpi, memimpikan kembali apa yang terjadi dimalam itu, namun kali ini aku melihat gambaran berbeda dari apa yang ku alami.

Malam itu setelah Devi mengangsurkan es teh kepadaku dia menemaniku ngobrol dan dia tiba-tiba tertidur di sofa, aku membopongnya ke kamar dan mengikat kedua kaki dan tangannya di tempat tidur, tubuh telanjangnya begitu indah aku mengamatinya dan mengambil beberapa fotonya.

Setelah puas mengambil beberapa foto kumatikan lampu di kamar, dan kujilati putingnya, hingga dia bangun dan bertanya kepadaku “Mas Agus apa yang kamu lakukan ?” Mengapa Mas Agus melakukan ini kepada Devi ?” Aku bilang kamu telah banyak merepotkan aku, saatnya kamu membalas kebaikanku selama ini dengan tubuhmu, Kujilati teteknya, bergantian kiri dan kanan kemudian kujilati memeknya, sungguh aromanya khas. Saat menelanjangi tubuh Devi dapat kupastikan jika Devi masih perawan, mungkin beberapa Pria berhasil merenggut kenikmatan bibirnya namun akulah yang berhak atas keperawannya.

Kumasukkan penisku di memeknya dan Devi menjerit kencang dan penisku terasa menabrak selaput daranya dan aku nikmati Devi malam itu.

Dan kutinggalkan dia dengan ancaman akan menyebarkan fotonya di media sosial dan teman-teman kantor.

--------​
Aku terbangun dan keringat dingin membasahi tubuhku, seakan tidak percaya dengan apa yang kuimpikan barusan, nafasku terengah-engah dan aku panik.